Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dinner Family
Bermula Kakeknya mempunyai 3 orang anak, disana juga ada ayah kandungnya, namun Leon tidak menganggapnya karena pria itu sudah menikah kembali dengan wanita lain, sedangkan ibunya telah meninggal saat umurnya 6 tahun.
Setelah ibunya meninggal, Leon dikirim ke Italia, tiba-tiba dia mempunyai keluarga baru disana, tapi sama saja pria yang ia anggap figur ayah adalah orang yang bejat, alhasil Leon kabur hingga tidak ada yang tahu keberadaan nya, sampai pada titik ini Leon muncul dan tidak akan pernah ditindas lagi oleh siapapun, sebagai Mafia.
Kakeknya tahu pekerjaan cucunya, hanya kakeknya namun Jey tanpa sengaja mendengar perkataan dari kakeknya, ketika sedang membicarakan Leon.
"Tak menyangka adik ku sudah besar" sapa Leon yang terdengar memanasi.
"Adik? Aku tidak sudi melihat anda disini" balas Jey yang menatap tajam ke arah Leon.
"Kalau begitu pejamkan saja matamu, sampai tidak terbuka, selamanya" savage Leon bahkan membuka mulutnya dan menjilat sudut bibirnya sedetik lalu tersenyum miring.
Tak Terima Jey menaruh kedua tangan nya di meja makan.
"Penjahat seharusnya dipenjara, aneh anda masih disini" balas lagi Jey. Namun Leon hanya menanggapi dengan smirk nya lagi tatapan terus tertuju pada Jey.
"Hentikan!" Teriakkan kakek nya membuat ketiga anaknya menoleh bergantian kearah ayah nya dan ke arah Jey serta Leon.
"Kakek.. Sudah lama tidak bertemu, seperti nya adikku suka gurauan pria paruh baya" jawab santai Leon pada kakeknya.
"Mari makan" jawab kakeknya yang tidak menjawab pertanyaan Leon.
Satu hidangan daging disajikan, mereka dengan tenang makan bersama. Bahkan Jey memperhatikan cara Leon memotong daging yang amat ahli.
Tahu seperti diperhatikan, Leon menaruh pisau dan garpu nya. Dan menyeruput wine nya ia mengangguk rasa wine nya sangat cocok dengan steak.
"Aku pamit, terimakasih atas makan malam nya. Kakek" pamit Leon yang bangkit membuat yang lain juga menoleh.
"Duduk lah" singkat kakeknya, namun sekarang Leon bukan orang yang patuh
"Kehadiranku membuat yang lain tidak nyaman, aku pamit" singkat Leon, ia pun pergi tanpa menghiraukan perkataan kakek nya.
Saat Leon sudah berada di luar berjalan di sebuah halaman luas yang akan pergi ke mobilnya.
"Seharusnya kau tahu malu!!" Sahut suara dari arah belakang, membuat Leon menghentikan langkahnya kedua tangannya berada di kedua sakunya. Ia berbalik itu adalah Jey.
"Apa maksud nya??" Tanya Leon sambil mengkerut kening.
"Berani nya kesini?" Balas Jey dengan tatapan sinis nya.
"Aku penasaran, kau tahu aku?? Jika iya sebaiknya berhentilah membuat ku jengkel" balas Leon dengan tatapan tajamnya juga.
"Benar, menjauh lah dari Hana, mafia bréngsëk" umpat Jey tepat berada didepan Leon.
"Bréngsëk??" Ulang Leon yang sambil smirk.
"Jangan ganggu dia, utang ayahnya aku akan bayar--"
"Kau siapa? Mencampuri urusan orang lain? Itu hobi mu, jangan sok tahu semuanya" sela Leon dengan suara rendahnya sambil menatap tegas ke arah Jey.
"Dan..Hana dari awal milikku" lanjut Leon dengan savage nya lalu pergi menjauh dari sana. Sudah dipastikan Jey mengepalkan tangan nya geram melihat Leon yang pergi menjauh.
...
Hana terduduk didepan laptop, ia teringat saat siang bertemu dengan pimpinan nya Leon.
"Seperti apa pak Leon itu?? Kenapa ayah berani membuat hutang pada pria itu, rentenir juga kah dia?? Bisa jadi begitu. Penasaran.. Tapi dia sudah baik untuk tidak menyuruhku mengganti uang yang di ambil ayah" monolog Hana yang mulai melanjutkan pekerjaan nya hanya merapihkan beberapa dokumen.
Karena pegal Hana pun keluar untuk mencari angin, namun ia dibuat terkejut melihat siluet hitam yang berdiri dekat balkon, model rumah studio milik Hana adalah rooftop.
"Siapa disana??" Sahut Hana yang perlahan mendekat.
Namun orang tersebut langsung pergi melompat dari lantai atas, membuat Hana terkejut. Reflek Hana mengeluarkan alat setrum dari kantong celana nya.
"Sudah berapa kali ini? Aku sudah muak" ucap pelan Hana. Ia pun berbalik lagi ia terkejut pasalnya Leon berdiri tepat dibelakangnya.
"Hah!!" Pekik Hana.
Leon langsung menahan pergelangan tangan Hana yang memegang alat setrum.
"Kenapa anda tiba-tiba disini?" Lega Hana.
"Aku lebih penasaran, kenapa kau mempunyai benda ini?" Balik tanya Leon.
Kenapa Leon bisa berada disini, setelah pulang dari acara tidak menyenangkan itu di rumah kakek nya, Leon menuju ke sini, ia masih melihat pria yang masih membuntuti Hana.
Leon melihatnya memanjat tembok untuk mencapai lantai atas, tepatnya rumah Hana. Leon yang khawatir ia keluar dari mobilnya dan masuk lewat depan dan bahkan menaiki tangga.
Dan Hana dibuat terkejut karena kedatangan nya, Hana menurunkan tangannya ia memang sudah persiapan alat seperti itu di tasnya. Bahkan juga berada disisi Nya bawa alat tersebut.
"Aku hanya melindungi diriku saja" santai Hana.
"Apa itu sering terjadi??" Tanya Leon.
"Tidak sering, namun terkadang" jawab Hana lalu duduk di bale-bale.
"Kau kesini karena khawatir??" Selidik Hana melihat ke Leon.
"Aku hanya lewat, apa kau punya BIR?" Tanya Leon tiba-tiba.
Meski heran Hana mengangguk dan masuk ke dalam untuk mengambil bir. Mereka meminum bir dingin bersama menikmati angin malam.
"Jey ingin membayarkan hutang ayahmu" celetuk Leon.
"Dia juga tahu soal itu. Jangan Terima apapun itu dari Jey, aku tidak ingin merepotkan nya" tutur Hana.
"Baiklah" jawab Santai Leon lalu meminum birnya, sampai 1 kaleng bir habis Leon pun pergi.
Leon melihat lagi gedung tersebut, sebelum benar-benar pergi.
...
Di kantor Hana menjalankan hari biasanya, ia juga masih kepikiran tentang Leon yang datang ke rumah nya hanya untuk minum sekaleng bir, setelah itu pergi.
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, bahwa waktunya selesai dari pekerjaannya.
Katuk
"Aku dilantai 1"
"Baiklah"
Balas Hana itu pesan dari Jey yang akan menjemputnya. Hana berjalan ke depan lift sampai pintu lift terbuka ia masuk dan memencet tombol lantai 1. Lift mulai turun saat dilantai 10 pintu lift terbuka terlihatlah pria yang berdiri dengan pakaian rapih, mata sipitnya melihat ke arah dalam lift. Disamping kanan kiri seperti bodyguard nya. Itu Leon yang mata nya langsung tertuju dengan Hana.
Leon menoleh ke samping seperti menyuruh sesuatu pada bodyguard nya, dan itu membuat kedua bodyguard nya mundur satu langkah. Leon pun masuk dalam lift hanya berdua mereka didalam.
Keheningan melanda didalamnya, Hana menerima telfon dari Jey karna tau kenapa lama.
"Iya, oh aku sedang ada di lift, tunggu yaa" jawab Hana.
Dari situ Leon seperti enggan mendengar nya, kepala Leon mendongak keatas melihat ke arah CCTV lift yang lampunya berkedip-kedip merah tak lama lampu CCTV mati, Leon mendekat ke arah tombol lift, tangannya membuka sebuah celah ada sebuah tombol stop, dengan santai ia memencet tombol tersebut membuat lift berhenti dan membuat lift bergoyang.
Klaaatak..
Ponsel Hana yang masih tersambung oleh Jey terjatuh, karena ia reflek mundur karena lift bergoyang.
Namun Leon biasa saja, Hana yang melihat Leon yang memencet tombol tersebut.
"Apa yang anda lakukan??" Tanya Hana.
Leon membalik tubuhnya menghadap Hana yang masih berpegangan dengan sisi lift.
"What do you think?" Smirk Leon menatap Hana.
Hana melihatnya bergidik ngeri, ponsel nya pun masih tersambung panggilan dengan Jey, bahkan Jey juga mendengar sesuatu yang tidak beres.