WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!
Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.
Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.
Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menstruasi
Saat Ben sudah selesai mandi, Rosalie menghampirinya. Laki-laki itu memeluk Rosalie dan menciumnya dengan lembut.
Rosalie berusaha menggoda Ben, memberi isyarat jika wanita itu menginginkan lebih dari sekadar pelukan dan ciuman. Namun sayangnya, Ben seakan abai, ia tidak bisa fokus dan kurang bersemangat.
"Sayang, kau tidak merindukanku?" tanya Rosalie.
"Bukan begitu, Sayang. Hari ini aku sedang lelah," keluh Ben. Rosalie tersenyum kecut, namun ia tidak ingin memaksa.
Meskipun terkadang mereka berusaha melakukannya, namun Ben juga Rosalie tidak pernah merasakan kepuasan. Dalam sekali percobaan, Rosalie selalu menangis menahan nyeri. Dan saat itu, Ben bahkan belum mendapatkan apapun. Mereka selalu mengakhirinya dengan perasaan kecewa, meskipun Ben tidak pernah menunjukkannya.
Mereka menghabiskan waktu bersama di dalam kamar. Ben mendengarkan cerita Rosalie tentang perkembangan butik miliknya selama beberapa waktu terakhir, namun sepertinya Ben tidak benar-benar mendengarkan wanita itu.
"Adikku akan pulang minggu depan. Pastikan jadwal pekerjaanmu senggang agar kita bisa menginap di rumah orang tuaku," ujar Ben. Ia adalah anak tertua dari dua bersaudara.
"Hmm, akankah ada pesta penyambutan?" tanya Rosalie.
"Ah, tidak. Dia hanya pulang untuk menjenguk keadaan orang tua kami."
"Baiklah," ucap Rosalie mengangguk.
Saat jam makan malam tiba, Rosalie merangkul lengan Ben dan menggandeng suaminya menuruni anak tangga. Mereka tiba di meja makan namun tidak melihat adanya Ana di sana.
"Ke mana Ana?" tanya Rosalie.
"Kau mau aku menyusulnya?" tanya balik Ben.
"Tidak, pelayan akan menyusulnya," tolak Rosalie. Ia akan berusaha memberi jarak antara Ben dan Ana.
Rosalie memerintahkan pelayan untuk menyusul Ana ke dalam kamarnya. Hanya selang beberapa menit, Ana sudah tiba di depan meja makan.
"Ayo makan, Ana," ajak Rosalie.
"Iya, Kak."
Ana duduk di tempat biasa ia duduk, di samping Ben dan berhadapan dengan Rosalie. Gadis itu makan dengan tenang, seolah tidak ada siapapun di sekitarnya. Meski beberapa kali Ana tidak sengaja bertatapan mata dengan Ben, gadis itu acuh, ia tidak ingin membuat Rosalie cemburu.
Makan malam selesai dengan cepat, sebab tidak seorangpun memulai obrolan.
"Aku akan kembali ke kamar, Sayang," ucap Ben. Laki-laki itu pamit pada Rosalie, namun matanya menatap Ana.
"Istirahatlah," jawab Rosalie sambil mengecup pipi Ben. Ana menunduk dan berpura-pura tidak melihat apapun.
"Kak, boleh aku meminta sesuatu?" tanya Ana pada Rosalie saat Ben sudah hilang dari pandangan meraka.
"Tentu saja, Ana. Apapun yang kau mau aku pasti memberikannya," sanggup Rosalie.
"Karena masa suburku hanya beberapa hari dalam satu bulan, bisakah aku pulang saja ke rumahku?" tanya Ana. "Sayang sekali rumah itu dibiarkan kosong, aku harus mengurusnya," lanjutnya.
"Tidak, Ana. Kau harus tetap di sini," tolak Rosalie. Ia tidak mau Ana keluar dari rumah ini dan membuatnya semakin khawatir.
"Tapi, Kak. Tidak ada gunanya aku di sini."
"Kau tidak boleh melakukan apapun, kau harus diam di rumah ini dan menjaga kesehatanmu. Ingat Ana, kehamilan sangat berpengaruh pada kondisi tubuh seseorang, aku tidak mau kau di luar sana dan melakukan banyak pekerjaan yang melelahkan," ungkap Rosalie.
"Aku tidak bekerja, Kak."
"Tidak, untuk yang ini aku tidak bisa membiarkanmu!" seru Rosalie. "Kau harus rutin ke dokter untuk melihat apakah sudah terjadi sesuatu padamu. Aku ingin kehamilan terdeteksi sedini mungkin," lanjutnya.
Ana tidak bisa membantah, tidak ada gunanya terus memohon, karena obsesi Rosalie tak terbantahkan.
Dengan perasaan kecewa, Ana kembali ke kamarnya. Padahal gadis itu hanya ingin menjauhi Ben, ia tidak mau Rosalie terus menerus merasakan cemburu. Dengan tidak adanya Ana di rumah ini, seharusnya Rosalie akan lebih tenang. Begitu yang Ana pikirkan.
Namun sayangnya, pikiran Rosalie berbanding terbalik dengan gadis itu. Rosalie menginginkan Ana tinggal di rumah ini karena rumah ini sangat aman, terdapat banyak CCTV yang bisa memantau keseharian gadis itu. Dengan begitu, Rosalie tidak khawatir jika Ana dan Ben bertemu diam-diam.
Hari-hari terasa begitu membosankan bagi Ana. Gadis itu hanya berdiam diri di kamar, membaca buku, bermain ponsel atau sekadar duduk-duduk di tepi kolam renang di halaman belakang rumah.
Sudah satu minggu pernikahan Ben dan Ana, gadis itu sukses menghindari Ben dan bahkan tidak menyapa laki-laki itu meski mereka sedang berpapasan setiap pagi atau malam.
Pagi ini, Rosalie dan Ben nampak bersiap pergi ke suatu tempat. Mereka keluar membawa koper kecil sebelum sarapan.
"Ana, kami akan pergi selama dua hari," pamit Rosalie setelah mereka bertiga menyelesaikan sarapan pagi bersama.
"Baik, Kak."
"Jika kau ingin pergi ke mall atau sekadar berjalan-jalan, kau bisa mengajak satu pelayan untuk menemanimu. Kami akan menyiapkan sopir jika kau mau," jelas Rosalie. Ana hanya mengangguk dan tersenyum, ia tidak berencana pergi ke manapun.
Melihat bagaimana kehidupan Rosalie, Ana merasakan sedikit perasaan iri pada wanita itu. Hidupnya menyenangkan dan terjamin sejak kecil, karir yang bagus dan suami yang sempurna membuat segalanya terlihat mudah bagi Rosalie. Hanya saja, wanita itu harus menderita karena penyakit dan ketidakhadiran seorang anak dalam hidupnya.
🖤🖤🖤
Beberapa hari kemudian, Ana mendapatkan tamu bulanannya. Gadis itu gelisah sekaligus takut, ia khawatir jika Rosalie dan Ben akan kecewa padanya.
"Kak, hari ini aku datang bulan," ucap Ana setelah ia selesai makan malam bersama Ben dan Rosalie.
"Bagaimana bisa?" tanya Rosalie sambil mengernyitkan dahi.
"Maaf, Kak. Sepertinya ini tidak berhasil."
"Kalian tidak melakukannya dengan benar?" tanya Rosalie sambil memandang Ana dan Ben secara bergantian.
"Apa maksudmu, Rose?" Ben menatap tidak suka pada istri pertamanya.
"Kalian sudah melakukannya, kan? Lalu kenapa Ana tak kunjung hamil?"
"Kau pikir rencana akan berjalan sesuai perkiraanmu? Apa kau pikir hamil adalah sesuatu yang dengan mudah terjadi begitu saja?" bentak Ben.
Rosalie menghentakkan kaki dengan kesal, ia berlari menaiki anak tangga meninggalkan Ana dan Ben yang masih berdiri di ruang makan.
Ben menatap Ana, gadis itu menunduk diam. Ben berusaha memahami perasaan Rosalie, namun ia juga tidak suka saat wanita itu bersikap terlalu berlebihan.
"Ana, maafkan Rosalie," ucap Ben pelan. Laki-laki itu melihat pundak Ana berguncang, ia lalu merangkul gadis itu.
Namun belum sempat Ben menyentuh kulitnya, Ana sudah menghindar lebih dulu.
"Aku baik-baik saja," gumam Ana. Kini gadis itu juga pergi meninggalkan Ben sendirian.
Ana masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya rapat. Gadis itu menangis, kini datang bulan terasa lebih menakutkan baginya. Menstruasi seakan bencana yang akan mengguncang rumah ini setiap kali ia datang.
🖤🖤🖤
g sk sifat kek rose egois,kejam,dan biadab,hrs nya di buat kanker nya nyebar aja dan mati biar ana n ben bs bahagia bersm anak mereka
harusnya bisa lebih panjang lg biar dapet rasanya ,,ini terlalu cap cus 🤭
eh ternyta rosali udh ko id 🤣
mudah²an ana bisa pergi jauh dn membawa anaknya 😩