Aksa harus menelan pil pahit saat istrinya, Grace meninggal setelah melahirkan putri mereka. Beberapa tahun telah berlalu, tetapi Aksa masih tidak bisa melupakan sosok Grace.
Ketika Alice semakin bertumbuh, Aksa menyadari bahwa sang anak membutuhkan sosok ibu. Pada saat yang sama, kedua keluarga juga menuntut Aksa mencarikan ibu bagi Alice.
Hal ini membuat dia kebingungan. Sampai akhirnya, Aksa hanya memiliki satu pilihan, yaitu menikahi Gendhis, adik dari Grace yang membuatnya turun ranjang.
"Aku Menikahimu demi Alice. Jangan berharap lebih, Gendhis."~ Aksa
HARAP BACA SETIAP UPDATE. JANGAN MENUMPUK BAB. TERIMA KASIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Enam Belas
Telah empat hari Ghendis membantu Aksa mengaudit keuangan perusahaan, dan dia telah dapat banyak kesalahan dan kejanggalan yang di sengaja.
Hari ini Ghendis dan Aksa mencoba menganalisa berdua agar mengetahui siapa pengkhianat itu. Tuti yang di minta mengantar air minum menjadi sangat ingin tahu kenapa seluruh data keuangan perusahaan diperiksa kembali dengan istrinya Aksa itu.
"Ini Pak, minumnya. Apa saya boleh tahu, apa ada kesalahan sehingga Bapak dan Ibu memeriksa kembali seluruh data keuangan. Bagian keuangan bertanya dengan saya, kenapa saya meminta data lagi tiga hari lalu, padahal semua telah Bapak setujui sebelumnya," ucap Tuti dengan rasa ingin tahunya.
"Saya hanya ingin melihatnya lagi dengan istri saya. Apa salah dan ada yang melarang atau keberatan?" tanya Aksa dengan penuh penekanan.
"Bukan begitu, Pak. Saya hanya ingin bertanya saja. Tidak biasanya Bapak mengulang pemeriksaan. Biasanya Bapak percaya saja dengan bagian keuangan. Apakah Ibu Ghendis yang meminta?" tanya Tuti makin lancang.
Aksa yang tak suka dengan pertanyaan Tuti akhirnya mengebrak meja, hingga kedua wanita di ruangan itu terkejut. Dia akui jika kerja Tuti sangat bagus, itulah alasannya mengapa Aksa mempekerjakan wanita hingga saat ini, walau terkadang rasa kepo nya membuat Aksa muak.
"Apa kamu lupa jika ini perusahaan milik saya. Apa pun yang akan saya lakukan dengan perusahaan ini, itu terserah saya. Jangan terlalu ikut campur dan ingin tahu jika itu bukan bagian dari pekerjaanmu. Sekarang keluarlah!" usir Aksa.
Wajah Tuti memerah karena malu. Tak pernah Aksa mengusirnya seperti saat ini. Dia memandangi Ghendis, berpikir atasannya itu berubah karena pengaruh istri barunya. Gadis itu tetap memeriksa keuangan tanpa peduli dengan pandangan tajam Tuti.
Wanita itu keluar dari ruangan dengan hati dongkol. Dia merasa harga dirinya jatuh karena di bentak di depan Ghendis.
Setelah kepergian Tuti, Aksa kembali fokus dengan laporan yang Ghendis berikan. Dia tampak mengepalkan tangan mengetahui jika banyak kecurangan yang didapati. Dia akan minta pertanggung jawaban dari karyawan yang terlibat.
"Jadi selama ini tenyata mereka telah menipuku. Walau awalnya hanya puluhan juta, hingga tiga bulan terakhir mereka menipu ratusan juta," ucap Aksa dengan menahan emosi.
"Mas, menurut aku, semua ini diketahui tim audit perusahaan. Mereka bekerja sama dengan bagian keuangan masing-masing devisi. Untuk mengelabui Mas, mereka memanipulasi data dari masing-masing devisi," ucap Ghendis.
"Ya, aku paham. Besok aku akan adakan rapat, dan memecat semua tim audit dan kepala keuangan. Aku tak peduli mereka tenaga lama dan yang berkompeten."
Kembali Aksa memeriksa bagian yang Ghendis katakan salah. Keduanya duduk saling berdekatan. Tak ada canggung lagi.
Hingga jam lima semua telah selesai. Aksa rasanya tak percaya melihat kepintaran istrinya itu. Dalam empat hari dia bisa menyelesaikan memeriksa laporan keuangan dua tahun belakangan.
Aksa melihat kelelahan dari wajahnya, tapi Ghendis tak pernah mengeluh. Sampai di rumah masih direpotkan dengan mengurus Alice. Gadis itu tampak duduk dengan bersandar di kursi, dengan mata yang terpejam.
Aksa mendekati dan membangunkan Ghendis. Gadis itu mengucek matanya.
"Ayo pulang lagi. Semua sudah selesai," ajak Aksa.
Entah karena mata yang masih mengantuk atau mungkin karena kecerobohannya, Ghendis yang ingin berdiri jadi sempoyongan, beruntung Aksa segera memeluk pinggang gadis itu sehingga tak terjatuh.
Aksa memeluk erat pinggang Ghendis hingga gadis itu terkejut dan tak percaya. Dia memandangi wajah suaminya. Begitu dekat keduanya. Gadis itu segera memalingkan wajah.
"Ghendis, ingat ya, kamu tak boleh jatuh cinta. Dia itu tak bisa mencintai wanita selain isterinya Grace, walau kalian telah resmi menjadi suami istri, jangan pernah simpan perasaan lebih untuknya," gumam Ghendis dalam hatinya.
"Apakah aku salah jika aku jatuh cinta lagi? Salahkah jika aku melakukan pernikahan turun ranjang? Apa ini bisa disebut aku telah mengkhianati cintaku pada Grace? Aku pernah berjanji padanya, tak akan pernah mencintai wanita selain dirinya," ucap Aksa dalam hatinya.
"Kita makan malam di luar saja. Nanti pulang dari sana langsung ke rumah mama. Menginap di sana," ucap Aksa.
"Aku tak bawa pakaian ganti," balas Ghendis.
"Kita beli saja. Sekarang kita pergi!" ajak Aksa lagi.
Mereka lalu berjalan meninggalkan kantor menuju sebuah restoran. Ghendis tak tahu ke restoran mana suaminya itu mengajaknya. Gadis itu tak begitu mengenal restoran mewah, dengan Dicky mereka lebih sering makan di pinggir jalan, walau gaji mereka cukup untuk makan di restoran. Keduanya lebih suka menabung untuk masa depan.
Berhenti di sebuah restoran, Ghendis yakin jika makan di sini bukan lah murah, pasti harus merogoh kocek lebih dalam.
Baru memasuki restoran terdengar suara piano yang lembut dan riang mengalun di sudut restoran itu, menciptakan suasana yang romantis dan menawan. Cahaya lembut dari lilin-lilin yang dinyalakan di setiap meja terlihat seperti bintang-bintang yang berkelap-kelip. Aroma makanan yang harum dan wangi menguar dari dapur, menarik perhatian semua tamu yang datang untuk merasakan makan malam yang istimewa.
Tepat di tengah ruangan, terdapat sebuah panggung kecil yang dipenuhi oleh bunga-bunga segar. Di atas panggung itu terdapat seorang penyanyi wanita yang anggun dengan gaun malam hitam yang elegan, menyanyikan lagu-lagu romantis yang menyentuh hati. Suara merdunya meresap ke setiap sudut ruangan, menenangkan hati yang gelisah dan mewujudkan suasana damai dan tenang.
Setiap meja dihiasi dengan cinta dan kelembutan. Masing-masing meja memiliki bunga-bunga segar yang indah dan pewarnaan cahaya yang lembut, menciptakan perasaan hangat dan dekat. Beberapa meja dilengkapi dengan lilin-lilin mengambang di dalam vas transparan yang dipenuhi air, menambahkan sentuhan romantis yang lebih intens dan menyenangkan.
Pelayan dengan pakaian serba hitam berjalan dengan lemah lembut, selalu memberikan senyuman dan perhatian kepada setiap tamu. Setiap hidangan yang disajikan benar-benar lezat. Dari hidangan pembuka hingga hidangan penutup, semuanya terlihat dan terasa sempurna. Baunya yang begitu menggugah selera membuat setiap tamu ingin segera menikmati hidangan yang tersajikan di hadapan mereka.
Ghendis tak pernah membayangkan akan makan di restoran mewah seperti ini.
"Apakah Mas Aksa selalu makan malam di sini?" tanya Ghendis. Dia penasaran dari tadi, apakah sang kakak selalu makan malam di sini dengan suaminya ini.
"Grace suka makan di sini. Dia tidak mau di bawa ke restoran sembarangan," jawab Aksa.
"Pantas dia mengajak aku ke sini, ternyata mengenang saat makan malam berdua dengan sang istri," gumam Ghendis dalam hatinya.
Setelah makan malam, Aksa mengajak Ghendis ke butik. Lagi-lagi dia kaget karena itu butik dengan baju bermerek. Aksa membelikan satu baju tidur dan satu pasang baju kerja untuk gadis itu.
Setelah itu pulang ke rumah mama Aksa. Sampai di rumah, Alice telah tidur.
"Alice nya sudah tidur. Kalian langsung saja ke kamar," ucap Mama Reni.
"Ke kamar yang mana, Ma?" tanya Ghendis.
Mama Reni menatap menantunya dengan wajah keheranan.
"Tentu saja ke kamar Aksa. Tak mungkin kamar tamu," jawab Mama Reni.
Ghendis memandangi Aksa, mengharapkan pria itu menjawab atau membantah ucapan mama Reni.
"Aksa, bawa istrimu ke kamar. Pasti sudah capek. Istirahatlah ... Mama juga ingin beristirahat. Sudah malam," ucap Mama.
"Iya, Ma. Ayo Ghendis," ajak Aksa.
"Apakah aku harus sekamar dengan pria itu?" tanya Ghendis dalam hatinya.
...----------------...
thor. bikin aksa nyesel