Yang baik hati boleh follow akun ig di bawah.
ig: by.uas
Tag: comedy, slice of life, sistem, Kaya raya, semi-harem.
Jadwal Update: Random—kalo mau upload aja.
Sypnosis:
Remy Baskara, pemuda sebatang kara tanpa pekerjaan, sudah lelah dengan hidupnya yang hampa. Saat hampir mengakhiri hidupnya, tiba-tiba sebuah suara menggema di kepalanya.
[Sistem "All In One" telah terikat kepada Host...]
Dengan kekuatan misterius yang bisa mengabulkan segala permintaannya, Remy bertekad mengubah nasibnya—membalas semua yang menindasnya dan menikmati hidup yang selama ini hanya ada dalam angannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bayu Aji Saputra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19 - Ketauan jadi CEO kedua kalinya jir
Remy terus berjalan santai, seolah-olah tidak ada hal aneh yang baru saja terjadi.
Laila mengejarnya dengan napas sedikit terengah-engah. "Rem, gue serius. Lo tadi boong apa nggak? Itu tanda Visage One, kan? Orang biasa nggak mungkin punya!"
Remy melirik ke arahnya sambil tersenyum tipis. "Hah? Itu tanda? Bukan kok, cuma gantungan kunci custom. Temen gue yang bikin. Dia jago print 3D, keren kan?"
Laila berhenti sejenak, memutar bola matanya sambil berpikir. "Rem, gue emang bukan teknisi, tapi gue tau mana yang asli mana yang bukan. Itu bukan gantungan kunci."
Remy pura-pura terlihat terkejut. "Wah, berarti gue ditipu dong? Aduh, temen gue tuh katanya bikin limited edition buat seru-seruan."
Laila menyipitkan matanya, tatapannya penuh kecurigaan. "Serius lo? Lo beneran nggak ada hubungan sama Trinova Global?"
Remy tertawa kecil, memegang dadanya seolah sakit hati. "Sakit lo nanya gitu? Menurut lo, muka gue cocok jadi CEO perusahaan global? Liat deh."
Dia menunjuk dirinya sendiri dari atas sampai bawah, masih dengan sendal jepit hampir putus dan kaos penuh noda kopi.
"Yah... enggak sih," jawab Laila jujur, tapi lalu menambahkan, "Tapi lo aneh, Rem. Kadang keliatan kayak orang biasa banget, kadang lo ngomong sesuatu yang bikin gue curiga. Kayak tadi—'nulis target lima tahun'? Lo pikir gue nggak ngerti artinya?"
Remy hanya mengangkat bahu, membuka kopi kalengan kedua entah dari mana. "Eh, kebetulan gue suka baca buku manajemen. Mungkin ketularan gaya ngomong CEO pas ngobrol sama temen."
"Temen CEO lo siapa lagi? Mason Parrish?" Laila menyindir.
Remy terdiam sesaat, lalu menggaruk kepalanya. "Eh, gimana ya? Kadang gue lupa nama orang..."
Laila mendengus, menepuk dahinya sendiri. "Gak normal lo, Rem."
Remy hanya tertawa. "La, hidup ini nggak perlu dibikin serius. Gue cuma orang biasa, kok. Kalau gue CEO Trinova, lo kira gue masih pake kolor begini?"
Laila berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Bener juga sih. Kalau lo CEO, lo pasti udah pake jas Gucci atau apa gitu."
Remy mengangguk puas. "Nah, kan? Case closed."
Namun, sepanjang perjalanan, Laila tetap curiga.
Sesekali dia melirik Remy yang tampak terlalu santai.
Kalau benar itu hanya gantungan kunci, kenapa ekspresi Rena dan pacarnya tadi seperti melihat hantu?
...****************...
Di sebuah warung kopi sederhana di pinggir jalan, Remy duduk santai sambil menyeruput kopi hitam panas, sementara Laila memesan teh hijau dingin.
"Rem, gue masih nggak percaya," kata Laila tiba-tiba, memecah keheningan. "Lo pasti ada hubungannya sama Trinova. Ngaku aja deh."
Remy menggeleng sambil tertawa kecil. "Gue ini cuma anak kost yang lagi menikmati hidup. Nggak ada urusan sama Trinova, Mason Parrish, atau siapa pun."
"Tapi tadi mereka keliatan takut banget sama lo," sergah Laila.
"Mungkin aura kolor gue terlalu dominan," Remy menimpali dengan santai.
Laila memutar matanya, tapi sebelum dia sempat membalas, pelayan warung datang membawa pesanannya.
"Mas Remy, ini teh hijaunya," kata pelayan itu dengan ramah, meletakkan minuman di meja Laila.
Laila mengernyit. "Kok dia tau nama lo?"
Remy hanya mengangkat bahu. "Sering mampir sini, udah kayak pelanggan tetap."
Namun, setelah pelayan pergi, Laila memperhatikan sesuatu.
Di belakang meja kasir, ada foto Remy dengan pemilik warung, lengkap dengan tulisan besar:
[ Terima kasih atas dukungan Anda, CEO Trinova Global! ]
Laila mematung. Matanya membelalak, mulutnya setengah terbuka.
"REM!" serunya keras, membuat beberapa pengunjung lain menoleh.
Remy mengikuti arah pandangannya, lalu menutup wajah dengan tangan. "Ah, anjir lupa gue. Dulu warung ini hampir tutup, gue bantu investasi kecil-kecilan. Mereka pasang foto itu tanpa izin."
Laila menatap Remy penuh tuduhan. "Jadi lo beneran CEO Trinova Global?!"
Remy tersenyum kecut. "Gue bilang tadi, kan, gue cuma anak kost yang nikmatin hidup. CEO itu cuma title, La. Di sini, gue cuma masyarakat yang pake kolor hijau cerah."
Laila hanya bisa memegang dahinya. "Gue nggak tau harus kagum atau kesel sama lo, Rem."
Remy mengangkat kopinya. "Santai aja, La. Kalau semua orang tau gue CEO, hidup gue nggak bakal sesantai ini. Jangan bocorin, ya?"
Laila hanya mendengus, tapi diam-diam tersenyum kecil. "Lo aneh, Rem. Tapi... oke, gue nggak bakal bilang siapa-siapa. Tapi lo masih hutang penjelasan kenapa lo pura-pura jadi orang biasa."
Remy mengangkat bahu santai. "Karena jadi 'orang biasa' lebih seru, La. Lebih banyak kejutan."
Mereka tertawa kecil bersama, sementara matahari pagi terus bersinar—kali ini, benar-benar terasa hangat.
