Ariella, seorang wanita muda yang dipilih untuk menjadi pemimpin organisasi pembunuh terkemuka setelah kematian sang mentor. Kejadian tersebut memaksanya untuk mengambil alih tahta yang penuh darah dan kekuasaan.
Sebagai seorang wanita di dunia yang dipenuhi pria-pria berbahaya, Ariella harus berjuang mempertahankan kekuasaannya sambil menghadapi persaingan internal, pengkhianatan, dan ancaman dari musuh luar yang berusaha merebut takhta darinya. Dikenal sebagai "Queen of Assassins," ia memiliki reputasi sebagai sosok yang tak terkalahkan, namun dalam dirinya tersembunyi keraguan tentang apakah ia masih bisa mempertahankan kemanusiaannya di tengah dunia yang penuh manipulasi dan kekerasan.
Dalam perjalanannya, Ariella dipaksa untuk membuat pilihan sulit—antara kekuasaan yang sudah dipegangnya dan kesempatan untuk mencari kehidupan yang lebih baik, jauh dari bayang-bayang dunia pembunuh bayaran. Di saat yang sama, sebuah konspirasi besar mulai terungkap, yang mengancam tidak hanya ker
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Perhitungan Terakhir
Pulau Nexus bergema dengan suara tembakan dan ledakan. Pasukan Leonard mulai terkonsentrasi di setiap pintu keluar dan lorong utama fasilitas bawah tanah yang tersembunyi, menjebak tim Ariella di tengahnya. Mereka bertarung untuk bertahan hidup, namun Ariella tahu bahwa kemenangan hanya akan datang jika mereka bisa menghentikan Leonard sekali dan untuk selamanya.
Di tengah kekacauan, mereka akhirnya terjebak di ruang utama fasilitas yang luas, dengan Leonard berdiri di hadapan mereka. Senyum licik terlihat di wajahnya saat dia mengarahkan senapan besar ke arah Ariella, siap mengakhiri segalanya.
“Kau tidak akan menang, Ariella,” ujar Leonard dengan nada penuh kebencian. “Kau pikir kau bisa menghentikan Project Dominion? Itu sudah terlambat.”
Ariella berdiri tegak, meskipun darah mengalir dari luka-lukanya. “Aku tidak peduli seberapa besar kekuatanmu, Leonard. Aku akan menghentikanmu, apapun yang terjadi.”
Di sampingnya, Alex dan Rael sudah bersiap, senjata mereka terarah dengan penuh perhatian. Namun, meskipun persenjataan mereka lebih canggih, mereka tahu bahwa melawan Leonard berarti berhadapan dengan lebih dari sekadar pasukan. Itu tentang menghancurkan impian gelap yang telah dirancangnya selama bertahun-tahun.
“Apakah kau benar-benar percaya bisa mengalahkanku?” tanya Leonard, melihat dengan mata penuh amarah. “Aku sudah mengendalikan lebih dari yang kau bayangkan. Aku menguasai dunia dengan informasi. Kau tidak bisa mengalahkanku.”
Ariella mengangkat tangan, memberi isyarat kepada Alex dan Rael untuk tetap tenang. “Kita tidak hanya berjuang dengan senjata, Leonard. Kita berjuang dengan keberanian.”
Tiba-tiba, Liana muncul dari balik bayangan, membawa tablet yang menunjukkan data yang berhasil mereka ambil. “Kau benar-benar underestimate kami, Leonard,” katanya dengan senyuman penuh kemenangan. “Aku sudah mengakses Project Dominion. Dan sekarang, aku bisa mematikan sistem yang mengendalikan seluruh jaringanmu.”
Leonard terkejut. “Apa yang kau katakan?”
Liana menatap layar tablet dan menekan sebuah tombol. Sesaat kemudian, layar di belakang Leonard berkedip dan mati. Semua sistem yang mengendalikan fasilitas tersebut mulai mati satu per satu.
Ariella tahu bahwa saat ini, mereka hanya memiliki waktu beberapa menit sebelum Leonard mengambil langkah terakhir untuk melawan mereka. “Ini adalah kesempatan kita, tim. Jangan beri dia kesempatan untuk bangkit lagi.”
Leonard menggertakkan gigi. “Kalian semua akan menyesal!” Dengan gerakan cepat, dia mengarahkan senapannya ke Liana. “Tidak ada yang bisa menghalangiku.”
Namun, Ariella sudah siap. Dalam sekejap, dia melompat ke depan, menghalangi tembakan yang ditujukan kepada Liana, dan mengalihkan perhatian Leonard.
“Saatnya berakhir, Leonard,” kata Ariella dengan tenang, matanya menatap tajam ke arah musuh yang sudah lama mereka kejar.
Dengan langkah mantap, dia berjalan menuju Leonard. Namun, saat itulah situasi semakin genting. Pasukan Leonard muncul dari sisi lain, menyergap mereka dari belakang.
Alex berlari menuju Ariella, memberikan perlindungan sekuat tenaga. “Kita tidak punya banyak waktu! Rael, Liana, bawa data itu keluar!”
Rael, meskipun tertekan oleh rasa bersalah dan ketegangan, berlari menuju pintu keluar dengan tablet di tangannya, berusaha membawa data yang sangat berharga itu.
Tembakan terdengar lagi, dan Ariella bergerak cepat untuk melindungi timnya, berusaha memberi mereka waktu untuk melarikan diri. Namun, di saat yang sama, Leonard tiba-tiba menekan tombol di sakunya, memanggil pasukan cadangan untuk menyerang.
“Tidak akan ada yang lolos,” Leonard berkata dengan senyum dingin, merasa yakin bahwa kemenangan sudah di tangan.
Namun, di luar dugaan, Rael kembali ke dalam ruangan. “Aku tidak akan membiarkanmu menang, Leonard.”
Leonard menatapnya dengan kebingungan. “Rael, kau berkhianat padaku. Apa yang kau harapkan dengan kembali ke sini?”
“Aku harap kau melihat bahwa aku tidak pernah memilih pihak yang salah. Sekarang sudah saatnya aku menebus semua yang telah kulakukan,” jawab Rael dengan suara penuh tekad.
Dengan perasaan yang penuh tekad, Rael bergerak menuju Leonard, mengarahkan senapan yang mereka ambil ke arah musuh. Ariella melihatnya, tahu bahwa ini adalah keputusan besar baginya. Namun, dia juga tahu bahwa Rael telah memilih jalan yang benar.
Ariella memimpin serangan terakhir, menyatukan pasukannya. Mereka berlari bersama, bertempur dalam pertempuran terakhir melawan pasukan Leonard. Suara tembakan terdengar keras, tetapi semangat tim Ariella tak tergoyahkan.
Rael dan Alex mengalahkan pasukan Leonard satu per satu, memberikan kesempatan bagi Ariella dan Liana untuk mencapai pusat kendali utama di dalam fasilitas. Saat mereka berhasil mencapai ruang pengendali utama, Ariella tahu bahwa semua yang mereka lakukan—semua pengorbanan mereka—akan sia-sia jika Leonard berhasil menyalakan kembali sistem tersebut.
Ariella menghampiri terminal dan menghapus data dari semua sistem yang ada. Dengan satu ketukan tombol, dia menghentikan Project Dominion untuk selamanya.
---
Namun, meskipun mereka telah memusnahkan proyek tersebut, pertempuran belum berakhir. Leonard, yang sekarang berada dalam kepanikan, mencoba melakukan hal terakhir yang bisa ia lakukan: meledakkan fasilitas itu.
“Semua ini berakhir di sini, Ariella!” Leonard berteriak, mengaktifkan penghitungan mundur untuk meledakkan fasilitas tersebut.
Ariella, dengan wajah penuh keyakinan, berlari ke arahnya. “Kau tidak akan berhasil, Leonard. Ini adalah akhir dari perjalananmu.”
Dengan satu tembakan, Ariella menghancurkan alat peledak di tangan Leonard. Namun, ledakan besar mulai terdengar, memecah keheningan seiring dengan keruntuhan fasilitas di sekeliling mereka.
“Waktunya sudah habis, Leonard,” Ariella berkata dengan tegas. Dengan cepat, dia berlari menuju pintu keluar, berusaha menyelamatkan timnya sebelum semuanya hancur.
Dalam pertempuran yang memperebutkan nasib dunia, Ariella dan timnya berhasil menghentikan Leonard, tetapi mereka tahu bahwa ini adalah kemenangan yang tak sempurna. Dunia yang mereka kenal akan berubah, dan meskipun ancaman Leonard telah berakhir, masih ada banyak perjuangan yang harus mereka hadapi.
Tim itu selamat, namun mereka menyadari bahwa pertempuran mereka baru saja dimulai. Dunia masih penuh dengan misteri, bahaya, dan musuh yang lebih kuat. Namun, satu hal yang pasti: mereka akan terus berjuang.
Karena meskipun gelap, mereka adalah cahaya yang tak akan padam.