Demi menjaga nama baiknya sendiri Aylin sampai rela terjerat dosennya yang galak.
"Pak Aland = Sialand." Aylin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDG Bab 20 - Kamu Berani Membantahku?
Hampir dua minggu Aylin telah bekerja di perusahaan Diamond Group. Besok hari kamis Aylin, William dan Nora akan meminta izin libur untuk menghadiri acara wisuda mereka.
Telah cukup lama berkeja di perusahaan ini Aylin pun telah terbiasa, sudah paham dengan ritme kerja perusahaan tersebut. Aylin bahkan sudah tahu bahwa saat ini pak Aland sedang menjalankan sebuah mega proyek.
Pembangunan Diamond Paradise, sebuah pulau yang akan diubah jadi tempat pariwisata.
Banyak investor yang telah terlibat dalam proyek tersebut, proyek yang ditunggangi oleh Diamond Group.
Wajar saja jika pak Aland begitu sibuk. Di hari wisuda Aylin nanti bahkan pria itu tak akan mampu hadir, karena setelah mengajar di jam pagi pak Aland akan langsung pergi untuk bertemu beberapa investor. Membahas tentang proyek pembangunan yang mulai berjalan.
"William akan jadi pendamping ku saat wisuda nanti, lalu siapa pendamping mu? Hanya keluarga ya?" tanya Nora di sela-sela pekerjaan yang masih mereka kerjakan. Meja yang bersebelahan membuat komunikasi tetap saja bisa terjalin diantara mereka berdua.
Nora bisa bicara seperti itu karena sekarang tidak ada William di sini, William sedang bertemu dengan atasan.
Entah siapa yang memulai lebih dulu, tapi sekarang ini ada istilah pendamping wisuda yang biasanya ditujukan untuk kekasih. Jika tak ada kekasih saat wisuda rasanya akan kurang jadi bahan pembicaraan, saat wisuda juga seperti ajang pamer kekasih..
Aylin sebenarnya tak ambil pusing tentang hal itu, namun Nora selalu mengusiknya.
"Sudah ku duga sih, kamu tidak akan punya kekasih saat kita wisuda nanti. Hidupmu terlalu kaku Lin," kata Nora lagi lalu terkekeh.
"Umur kita sudah 22 tahun, tapi kamu bahkan belum pernah pergi ke klub malam, hihihi." Nora sampai tertawa tertahan saat mengucapkan hal itu.
Aylin yang telinganya gampang panas langsung menghentikan semua pekerjaan dan menatap sang musuh.
"Apa benar kamu pergi dengan William? kemarin dia mengajakku pergi, haruskan aku iyakan?" tanya Aylin, satu pertanyaan yang langsung membuat Nora terdiam, pasalnya apa yang diucapkan tentang William tadi memang bohong, tepatnya masih berusaha untuk mengajak William pergi bersama.
"Aku memang kaku, aku memang tidak pernah pergi ke klub malam, tapi maaf Nora, kamu bukan tandinganku," timpal Aylin lagi.
Disaat perdebatan itu masih berlangsung, William datang dengan membawa beberapa berkas di tangannya.
"Apa yang kalian bicarakan, sepertinya serius sekali," tanya William, kemeja panjangnya digulung hingga ke siku, lengannya yang kokoh nampak jelas.
"Kata Nora kamu akan jadi pendampingannya saat wisuda? apa benar?" tanya Aylin langsung.
"Iya kan Wil? Kita sudah sepakat kan?" sahut Nora pula, besar harapannya William akan mengiyakan. Dia bahkan menatap penuh permohonan, tak ingin dipermalukan oleh Aylin.
"Tidak, bukankah aku mengajakmu?" balas William, dia menatap Aylin intens.
Sebuah interaksi yang membuat Nora langsung sadar bahwa William telah terhasut oleh Aylin. Aylin telah memperdaya William.
"Kita tidak perlu jadi pendamping satu sama lain, kita akan wisuda bersama teman-teman," jawab Aylin, dengan bibir yang tersenyum lebar, lalu menatap Nora dengan tatapan sinis.
"Hem, setuju juga," balas William, asalkan Aylin tidak membawa seorang pria ke acara wisuda itu William sudah merasa lega.
Pertemanan ini dia yakini semakin lama akan semakin manis.
Aylin dan William saling lempar senyum, sementara Nora mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Mendadak seperti kambing congek diantara kedua orang tersebut.
Kesal kesal kesal! Maki Nora di dalam hati.
Meskipun sedang merasa tak baik-baik saja, namun dia tetap harus melanjutkan semua pekerjaan.
Sore ini Aland masih mengajar di kampus, demi membuat Nora semakin kesal, Aylin berencana untuk pulang bersama William.
Jadi disaat jam 4 sore Aylin mengabarkan tentang rencananya tersebut. 'Pak, nanti tidak usah datang ke kantor untuk menjemput ku, aku akan pulang bersama William.'
'Apa ini rencana mu untuk membuatku kesal?' balas Aland dengan cepat, padahal saat ini pria itu sedang mengajar, tapi bisa membalas pesan secepat ini.
'Astaga, tidak Pak, bukannya kemarin aku sudah bilang, aku lelah membuat pak Alan marah, karena bapak tidak marah-marah, jadi aku sudah ikhlas dengan hubungan ini, yang jelas suatu saat nanti akan berakhir. Aku pulang dengan William karena ada sesuatu yang ingin kami beli,' balas Aylin, sedikit berbohong tentang beli-beli, karena alasan utamanya adalah Nora.
'Beli apa?'
'Untuk wisuda besok.'
'Apa?'
'Iihh rahasia!' kesal Aylin, padahal dia bingung sendiri mau jawab apa. Kebohongannya jadi terkesan berkelanjutan.
'Sejak kapan kita memiliki rahasia? Tidak perlu pulang dengan William, nanti tetap aku yang akan mengantarmu pulang.'
'Aku tidak butuh izin bapak, yang penting aku sudah bilang.' balas Aylin yang kukuh, dia tak ingin dikekang oleh pria itu. Lagipula hubungannya dengan William hanyalah teman.
'Kamu berani membantahku?' tanya Aland.
Namun kali ini Aylin tak membalas lagi pesan tersebut, dia justru menyimpan ponselnya di dalam tas.
'Aylin.' 'Balas pesanku.' 'Aylin!' pesan Aland bertubi-tubi, tapi pesannya sudah tidak terbaca lagi.
"Gadis itu," gumam Aland, tanpa sadar bergumam seperti ini saat berada depan kelas.
Untung saja para anak didiknya masih sibuk mengerjakan tugas, jadi tak menyadari jika dosennya sibuk sendiri dengan ponselnya.
*
*
Jam 5 sore wajah Nora sudah terlihat ditekuk, pasalnya dia telah tahu bahwa William akan mengantar Aylin pulang.
Tahu begini aku tidak usah bawa mobil, batin Nora, dia juga berharap William akan menawarinya tumpangan.
Sementara Aylin tidak peduli dengan raut wajah apapun yang ditunjukkan oleh Nora, dia tetap melewati gadis itu dengan acuh dan segera pergi bersama dengan William.
"Hih! Menyebalkan sekali sih!" kesal Nora, setelah menghentak-hentakkan kakinya sendiri dia pun pergi dari sana.
"Kenapa kamu selalu berselisih dengan Nora?" tanya William dengan nada meledek, mereka telah berada di dalam satu lift yang sama. William menatap Aylin dengna senyum yang selalu terukir. William bersandar di dinding lift dan menghadap gadis berwajah ketus tersebut.
Tadi William juga lihat saat Aylin dan Nora terlibat perdebatan.
"Dia yang lebih dulu mulai, dia menyukai mu dan selalu membanggakannya di hadapan ku."
"Apa? Nora menyukai aku?"
"Kamu tidak tahu? Cih! padahal sikapnya terlihat dengan sangat jelas. Dia masuk ke perusahaan ini juga karena kamu."
"Benarkah?"
"Jangan pura-pura tidak tahu!"
"Jadi akhirnya kamu menerima tawaran ku untuk pulang bersama karena Nora."
"Hem, kamu merasa keberatan? Maaf," balas Aylin, saat itu bertepatan dengan pintu lift yang terbuka, mereka berhenti di lobi. Namun bukannya langsung keluar, keduanya justru masih saling bertatapan.
Sebab pembicaraan masih ditahap serius.
"Tidak apa-apa, aku akan dengan senang hati selalu kamu manfaatkan," balas William.
Aland yang berdiri di depan pintu lift langsung mendelik saat mendengar ucapan William tersebut.
Dan Aylin makin terkejut ketika dia lihat sang dosen galak berdiri di sana. Langkahnya yang hendak keluar dari lift seketika terhenti.