Velicia dianggap berselingkuh dari Jericho setelah seseorang memfitnahnya. Jericho yang sangat membenci Andrew—pria yang diyakini berselingkuh dengan istrinya, memutuskan untuk menceraikan Velicia—di mana perempuan itu tengah mengandung bayi yang telah mereka nanti-nati selama tiga tahun pernikahan mereka, tanpa Jericho ketahui. Lantas, bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilylovesss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkunjung
****
"Rumah ini benar-benar sesuai dengan apa yang kau harapkan. Jujur saja, aku sedikit betah di sini," ujar Sharine ketika sudah selesai mengamati rumah milik Velicia.
Velicia yang mendengar perkataan Sharine hanya mengulas senyum sembari meletakkan beberapa cemilan dan buah di atas meja juga minuman kaleng dingin yang biasa Sharine minum.
"Aku kira kau datang bersama Andrew. Aku kira Andrew ada di belakangmu, ternyata dia tidak ada."
Sharine memutar balik tubuhnya, kemudian berjalan ke arah sofa dan terduduk di sana dengan tangan kanan yang mulai sibuk mengambil cemilan di atas meja.
"Andrew memiliki pertemuan mendadak. Jadi, dia akan datang sedikit malam ke sini."
"Itu jauh lebih bagus," ujar Velicia.
Sharine hanya mengulas senyum singkat. Padahal, sebelumnya ia berharap bisa pergi bersama Andrew. Mereka juga sudah berniat pergi bersama, tetapi Andrew justru mendapat urusan mendadak yang tidak bisa ditunda hari itu juga.
"Sharine ...." Panggil Velicia.
"Kenapa?"
"Kau, kan selama ini selalu hidup sendirian. Kau bahkan tidak pernah terlihat berkencan dengan siapa pun. Kenapa kau tidak mencobanya dengan Andrew?"
Detik itu juga Sharine mendadak tersedak cemilan. Perempuan itu batuk-batu dan Velicia dengan segera menyodorkan segelas air minum kepada Sharine. Untung saja perempuan itu bisa tertolong.
"Kenapa? Apakah ada kesalahan dari pertanyaanku?"
"Tentu saja. Kau pikir aku boneka yang bisa kau pasangkan dengan pria mana saja?"
"Maksudku, kau, kan sudah mengenal Andrew cukup lama. Kenapa tidak mencobanya? Aku rasa ... kalian juga memiliki kecocokan."
Sharine berdeham sekilas. Jantungnya di dalam sana berdegup kencang dengan kedua tangan yang mulai berkeringat. Perutnya yang tadi tidak terasa lapar, mendadak lapar dan sibuk menyemil makanan yang ada di hadapannya untuk mengusir seluruh kecanggungan di antara mereka.
"Omong-omong, aku akan menginap malam ini di sini."
"Kenapa mendadak menginap?"
"Ya ... tentu saja untuk melepas rinduku padamu. Apalagi kalau bukan itu?" Nada suara Sharine terdengar ketus. Anehnya, Velicia justru tersenyum sumringah.
"Jangan berpikir yang aneh-aneh padaku."
"Siapa? Aku tidak sama sekali."
"Baguslah kalau begitu."
****
"Ibu, kau mengenal pria itu juga? Pria yang baru saja naik ke lantai atas dan masuk ke ruangan kerja Tuan Jericho."
Seina berjalan mendekat ke arah bibi Anne yang sedang sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk ia masak nanti malam. Wanita setengah baya itu kebetulan baru saja kembali dari mini market karena stock persediaan makanan di kulkas sudah menipis.
"Jeremy yang kau maksud?"
"Benar, kan. Ibu pasti mengenal pria itu."
"Dia teman dekat Tuan Jericho sejak mereka bersekolah. Mereka berteman sudah sangat lama. Itu lah mengapa Jericho kesulitan memberikan posisi asisten untukmu, karena dia sangat dekat dengannya."
"Oh, pantas saja." Seina melipat kedua tangannya di atas dada.
Sembari memperhatikan bibi Anne, Seina berulang kali menghela napas dalam. Padahal, jika Jeremy tidak datang secara mendadak, Seina pasti sudah berhasil membuat Jericho mencurahkan isi hati padanya. Menurut Seina, hal pertama yang harus ia lakukan saat merebut milik orang lain adalah dengan menjadi tempat berkeluh kesah orang tersebut.
Sayang sekali, seluruh rencananya kembali kacau. Jika saja ia memiliki hak untuk mengusir Jeremy, mungkin ia sudah melakukannya sebelum Jericho yang lebih dulu mengusirnya.
"Kenapa kau terlihat sangat kesal, Seina? Ada yang terjadi di sana ketika Ibu pergi?"
"Bagaimana tidak kesal, Bu? Setiap kali aku merencanakan sesuatu untuk menggodanya, selalu saja mendapatkan hambatan. Padahal, aku sudah berusaha dengan keras untuk mendapatkan perhatian Tuan Jericho. Hari ini, ia hampir saja masuk ke dalam jebakanku jika pria sialan itu tidak tina-tiba datang menghancurkan semuanya."
Bibi Anne menghentikan aktifitasnya. Mendengar Seina yang sudah kelelahan menghadapi sikap Jericho, membuat bibi Anne sedikit merasa jengkel. Padahal, apa yang kurang sari Seina? Tubuh idaman dengan tinggi yang pas. Wajahnya juga sangat cantik ibarat model. Jika dibandingkan dengan Velicia saja, Seina bahkan lebih unggul.
"Ibu melihat pria itu naik ke lantai atas atau tidak?"
"Memangnya kenapa jika Ibu melihatnya?"
"Kenapa Ibu bilang? Ya, jelas Ibu salah, Bu. Seharusnya Ibu menghentikan pria itu dengan cara apa pun. Bukannya membiarkannya begitu saja. Semuanya sudah kacau sekarang dan aku sudah banyak mengeluarkan energiku."
Seina meraih beberapa cemilan yang ada di rak dapur. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, ia berpamitan kepada bibi Anne untuk beristirahat di kamar kosong yang tidak terpakai, tetapi selalu mereka pakai untuk beristirahat sejenak dari pekerjaan.
"Aku sepertinya akan tidur. Jangan lupa untuk membangunkanku nanti, Bu."
"Ya. Ibu pasti membangunkanmu."
****
"Bibi Anne, selamat malam," sapa Jeremy saat pria itu baru saja masuk ke ruang makan.
Bibi Anne yang tengah sibuk menyiapkan makanan untuk makan malam, menghentikkan aktifitasnya sejenak untuk menjawab sapaan Jeremy yang sepertinya malam ini akan ikut makan malam bersama Jericho. Karena tak lama setelah pria itu turun, Jericho juga datang menghampiri mereka.
"Bibi Anne, Jeremy akan ikut makan malam bersamaku malam ini."
"Oh, tidak masalah, Tuan muda. Saya sudah menyiapkan banyak makanan untuk malam ini."
Jeremy dan Jericho akhirnya duduk di kursi masing-masing. Sementara itu, dari balik dapur Seina mendengar suara Jericho dan Jeremy. Perempuan itu mengulas senyum, bersiap-siap untuk menampilkan diri berpura-pura membantu ibunya.
"Ibu, apakah sudah selesai? Aku sudah menyelesaikan pe—" Seina berpura-pura memotong perkataannya.
Langkah kakinya sontak ia hentikan, kemudian kedua matanya berpura-pura terkejut saat melihat Jericho dan Jeremy di meja makan, tengah siap menyantap makan malam mereka masing-masing.
"Oh, Tuan Jericho sudah berada di sini. Saya minta maaf karena baru saja masuk untuk membantu Ibu saya. Tadi, saya membereskan beberapa hal di belakang. Saya minta maaf, Tuan," ujar Seina kepada Jericho sembari membungkukkan sekilas tubuhnya.
"Oh, tidak masalah, Seina. Kau bisa membantu bibi Anne setelah kita selesai makan."
Seina menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian perempuan itu kembali berjalan dan mendekat pada bibi Anne yang baru saja sudah selesai menaruh beberapa makanan di atas meja. Setelah selesai, bibi Anne dengan segera membawa Seina kembali ke belakang sampai Jericho dan Jeremy selesai menghabiskan makan malamnya.
"Ibu, bagaimana aktingku? Hebat, bukan?" tanya Seina ketika mereka sudah sampai di halaman belakang untuk beristirahat sejenak sembari menunggu Jericho dan Jeremy selesai.
"Ibu akui, kau memang hebat, Seina. Ibu tidak tahu di mana kau mendapatkan bakat akting sebagus itu."
"Yah, tentu dari Ibu. Dari siapa lagi?"
Bibi Anne tertawa. Meraih salah satu lengan Seina, kemudian membawa putrinya tersebut untuk duduk di salah satu anak tangga yang menghadap pada kebun belakang.
"Ibu yakin, kau akan mendapatkan perhatian Jericho. Sebentar lagi."
"Tentu. Aku bisa melakukannya, Ibu. Untuk masa depan kita juga. Kita harus berhasil menjadi orang kaya."
****
yg pinter disini cuma Jeremy 👍😤
kau masuk dalam jerat wanita siluman itu 😏🤨
bahkan kau tak memikirkan perasaan orang tua mu yg ingin sekali bertemu Velicia disaat terakhir nya 😡😡
jika bertemu Valencia dalam keadaan yang lebih baik dan begitu bahagia 🙂