Brondong Tajir Mengejar Janda 2

Hanzel, Aksa, Najma dan juga Khadijah saat ini sudah berkumpul di ruang keluarga. Mereka kini ada di kediaman Pramudya, Hanzel nampak duduk tepat di samping Khadijah. Sedangkan Aksa dan juga Najma duduk saling berdampingan.

"Ada apa sih? Kenapa kamu membawa Umi kamu datang juga? Apa ada hal yang begitu penting?"

"Kek, Nek, Umi. Aku mau nikah sama mbak Sahira, apa boleh?"

Semua yang ada di sana nampak saling pandang, mereka merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Hanzel. Pria muda itu tidak pernah pacaran, tetapi tiba-tiba saja meminta untuk menikah dengan wanita yang baru dia kenal.

"Han, Kakek sudah pernah bilang kalau pernikahan itu bukanlah mainan. Apakah kamu sudah memikirkan semuanya dengan matang?"

"Sudah, Kek."

"Apa kamu menikahi wanita itu karena cinta?"

"Cinta sih belum, tapi jujur aku ingin melindungi Cia dan juga mbak Sahira. Aku ingin membahagiakan mereka, aku tidak mau mereka terluka. Aku ingin membersihkan nama mbak Sahira," jawab Hanzel.

"Memangnya kenapa kamu ingin melindungi dia?" tanya Najma.

"Dion mendatangi mbak Sahira, Dia meminta anaknya dikembalikan. Padahal, dulu dia sendiri yang menolak untuk mengakui kehamilan mbak Sahira. Dia datang dengan ancaman," jawab Hanzel.

"Umi mau nanya, apakah kamu akan menyayangi Sahira dan putrinya dengan sepenuh hati?"

"Ya," jawab Hanzel mantap.

"Lalu, apa yang ingin kamu lakukan saat ini?"

"Aku mau Kakek membantu aku," jawab Hanzel sambil nyengir kuda.

"Ya ampun, Kakek lagi aja. Apa yang mau Kakek lakukan untuk kamu?"

"Aku mau Kakek nganterin aku ke rumah kedua orang tuanya mbak Sahira, lalu membersihkan namanya dan meminta kedua orang tuanya untuk menikahkan mbak Sahira sama aku."

"Gampang, yang penting kamu tidak mempermainkan yang namanya pernikahan."

"Siap, Kek."

Semua keluarga merasa setuju kalau Hanzel menikah dengan Sahira, karena niat pria muda itu begitu baik. Aksa akhirnya mengajak Hanzel untuk pergi ke kediaman Pratama.

Saat Aksa dan juga Hanzel datang, mereka disambut dengan sangat baik, karena tentunya kedua orang tuanya Sahira sangat tahu siapa Aksa Pramudya.

"Kakek ada apa pagi-pagi begitu repot datang ke rumah kami?"

"Aku ingin membahas tentang Sahira," jawab Aksa.

Wajah kedua orang tua Sahira nampak memerah, mereka menyangka kalau anaknya sudah mereka buang itu sudah mendatangkan masalah.

"Apakah anak nakal itu menyinggung anda, Kek?"

"No! Justru kami ke sini ingin membersihkan nama Sahira," jawab Aksa.

"Maksudnya?"

Aksa tak banyak bicara, dia langsung memberikan bukti rekaman CCTV di mana Dion mengambil mahkota Sahira sebelum mereka menikah.

Kedua orang tua Sahira bisa melihat bagaimana Dion merayu wanita itu, sampai akhirnya Sahira luluh dan mereka melakukan perbuatan yang terlarang itu.

Aksa juga memberikan rekaman di mana Sahira sedang berjualan keliling bersama dengan Cia, anak cantik itu begitu mirip dengan Dion. Walaupun tanpa tes DNA, semua orang bisa paham kalau anak itu adalah anak kandung dari Dion.

Aksa juga memberikan rekaman di mana Dion mencegat Sahira dan mengancam wanita itu untuk mengembalikan Cia kepadanya, anak yang dulu tak diakui oleh pria itu.

"Oh Tuhan! Jadi, selama ini Dion memfitnah putri kami."

Kedua orang tua Sahira terlihat begitu menyesal, mereka sudah membuang darah daging mereka sendiri tanpa mendengarkan penjelasan dari Sahira.

"Ya, kalian benar-benar sangat bodoh. Bisa-bisanya apa yang dikatakan oleh orang lain tanpa mencari bukti, bersihkan nama anak kalian secepatnya."

"Pasti, tapi di mana sekarang mereka."

"Aku akan memberikan alamat mereka tinggal sekarang, tapi ada syaratnya," jawab Hanzel.

"Apa syaratnya?"

"Nikahkan aku dengan mbak Sahira," jawab Hanzel.

"Eh? Tapi---"

"Gak ada tapi-tapian, kalau tak setuju. Kalian tak akan bisa bertemu lagi dengan Sahira dan juga anaknya," ujar Aksa sedikit mengancam.

"Baiklah, tapi izinkan kami menjemputnya terlebih dahulu. Kami ingin meminta maaf dengan apa yang sudah terjadi, setelah itu, datanglah ke rumah secara baik-baik untuk melamar."

"Oke," jawab Hanzel yang langsung memberikan alamat di mana Sahira dan juga Cia tinggal.

Setelah mendapatkan alamat putrinya, kedua orang tua Sahira langsung pergi ke alamat itu. Keduanya sampai kaget saat tiba di sana, lingkungannya begitu kumuh dan kotor.

"Apa benar anak kita tinggal di sini, Pih?"

"Nggak tau, Mih. Tapi, masa tuan Aksa bohong sih."

Kedua orang itu cukup lama berada tidak jauh dari kontrakan milik Sahira, hingga tidak lama kemudian mereka melihat Sahira dan juga Cia keluar dari dalam kontrakan itu.

Sahira menenteng keranjang berisikan kue, sedangkan Cia menenteng plastik berisikan kantong kresek dan juga air mineral. Keduanya sangat sedih melihat keadaan Sahira, jauh berbeda ketika tinggal bersama dengan mereka.

"Sayang," panggil Ibunda Sahira.

Sahira menolehkan wajahnya ke arah suara, wanita itu begitu kaget sampai tidak bisa berkata-kata melihat kedua orang tuanya ada di sana.

"Sayang, maafkan Papih sama Mamih. Maaf, Sayang."

Kedua orang tua Sahira langsung menghampiri wanita itu dan memeluknya tanpa ragu, mereka memeluk Sahira sambil menangis. Tak lama kemudian mereka juga nampak menggendong Cia secara bergantian.

"Papih, Mami. Ini beneran kalian?" tanya Sahira dengan tidak percaya.

"Ya, Sayang. Pulang yuk, Nak. Kita tinggal bareng lagi, maafkan kami."

"Tapi, aku---"

"Jangan buat Papih dan juga Mamih semakin merasa menyesal, pulang ya, Sayang. Maaf untuk masalah masa lalu, kami berdua terlalu emosi sampai tidak menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi."

"Kenapa Mamih sama Papih bisa berubah?"

"Calon suami kamu sudah datang dan menjelaskannya ke rumah, ayo pulang."

Sahira semakin kaget mendengar apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya, dia tidak percaya jika anak muda itu mampu mendamaikan dirinya dengan kedua orang tuanya.

"Hanzel, Pih, Mih? Dia datang?"

"Yes, kita pulang. Lupakan semua yang sudah terjadi di masa lalu, kita mulai lembaran yang baru. Mau ya, Sayang?"

"Ya," jawab Sahira yang tak mau egois.

Cia sejak tadi diam sambil memperhatikan kedua orang tua dari ibunya itu, tidak lama kemudian anak itu berkata.

"Bu, apakah mereka kakek dan nenek, Cia? Cia punya keluarga lagi selain ibu?"

"Ya, Nak. Ini Kakek sama Nenek," jawab Ayahnya Sahira sambil mengecupi kening cucunya.

"Yeyyy! Cia sekarang punya banyak keluarga," ujar anak itu dengan riang.