Pernikahan yang sejatinya diinginkan seumur hidup sekali akhirnya kandas juga oleh sebuah pengkhianatan.
Di hari ia ingin memberikan sebuah kejutan anniversary yang ke 2 dan memberikan kabar tentang kehamilannya, Sita melihat sang suami Dani tengah mengerang nikmat di atas seorang perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Hancur hatinya, namun ia memilih tegar. Meminta perceraian walau tidak mudah.
Hidup sebagai single mom membuat Arsita Ayuningrum tidak lagi percaya cinta dan fokus ke putra semata wayang nya Kai.
6 tahun berlalu, dan di saat tak terduga ia bertemu kembali dengan Dani Atmaja, sang mantan suami. Dani meminta Sita kembali, akankah Sita mau menerima mantan suami yang telah menghianatinya kembali? Akankah Kai Bhumi Abinawa mau menerima daddy nya?
Disaat bersamaan ada seorang pria single yang begitu tulus tengah berusaha mengambil hati Sita dan Kai. Pria itu bernama Raden Rama Hadyan Joyodiningrat.
Akankah Sita kembali kepada Dani, atau malah menerima Rama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Namanya Rama Hadyan Joyodiningrat
Hay readers happy reading ya…
Maaf nih kalau masih banyak-banyak typo dan salah.
Ini karya kedua aku, semoga suka ya.
Jangan lupa terus berikan like dan komen. Jangan lupa vote nya ya agar Author semangat dalam berkarya.
Terima Kasih
Matursuwun.
🍀🍀🍀
"Mas Rama…." Kenapa mas Rama bisa di sini. Terus kenapa bisa bersama dengan Kai, Sita tampak kaget sekaligus bingung melihat Rama masuk ke ruang rapat bersama dengan Kai. Rama langsung duduk di kursi paling depan dan memangku Kai tanpa rasa kaku sedikitpun seolah-olah mereka adalah ayah dan anak.
Semua orang diruangan itu pun menganga melihat pemandangan yang ada di depan mereka.
Rama dan Sita beradu tatap. Rama tersenyum dan Sita seketika menundukkan pandangannya. Kai yang melihat gerak gerik sita bisa mengambil kesimpulan bahwa memang Sita dan orang yang baru saja itu memang saling mengenal. Kia tidak pernah melihat tingkah Mommy nya yang seperti itu di depan siapapun.
"Silahkan duduk kembali bapak ibu." Ucap Roni
"Perkenalkan beliau adalah tuan Rama Hadyan Joyodiningrat, putra dari Tuan Hardiyan Joyodiningrat dan juga sekarang telah menjabat sebagai CEO JD Coal." Roni melanjutkan ucapannya.
Semua membungkuk memberi salam, namun Rama tidak terlalu memperhatikan. Matanya tertuju kepada Sita. Mata hazel Sita yang cantik ditambah rambut ikalnya sungguh membuat Rama terpesona sampai tidak sadar ia memuji Sita, "cantik"
"Uncle mommy ku memang cantik." Bisikan Kai membuyarkan pandangan kekaguman Rama terhadap Sita. Ia pun kembali fokus dengan acara perkenalannya sebagai CEO baru.
Akhirnya acara perkenalan pun selesai. Semua orang kembali ke ruangan masing-masing. Namun tidak dengan sita. Tadi Roni sudah meminta sita untuk tinggal atas permintaan Rama.
"Sudah lama ya Ta, 6 tahun tidak bertemu." Ucap Rama memecah keheningan.
"I-iya mas eh pak…" Jawab Sita gugup.
"Mas… panggil mas saja."
Nguuuung…. Keheningan kembali terjadi diantara keduanya. Sungguh Sita sangat gugup berhadapan dengan Rama. Dia menjadi pribadi yang berbeda. Biasanya ia tampak tegas, tegar seperti wanita perkasa namun entah mengapa dihadapan Rama dia seperti gadis pemalu. Dan Rama ia juga bingung harus berkata apa lagi. Kai yang melihat tingkah mommy nya hanya bisa geleng-geleng kepala. Mereka duduk bertiga di ruangan itu. Rama menyuruh Roni keluar.
"Uncle mom… bagaimana kalian saling mengenal."
"Eh…." Sita kaget mendengar pertanyaan Kai. Sedangkan Rama hanya tertawa kecil. Ingatannya kembali ke 6 tahun yang lalu. Karena Sita tak kunjung menjawab, akhirnya Rama yang menceritakan.
"Waktu itu, mommy mu hendak melahirkan, lalu……" Kai mendengarkan cerita Rama dengan serius. Sungguh ia tidak menyangka jika Rama adalah orang yang menemaninya melihat dunia untuk yang pertama kali dan bukan sang ayah.
"Uncle… terimakasih." Kai begitu terharu sampai tidak sadar air matanya membasahi pipinya. Rama meraih Kai dalam pelukannya mengusap punggung anak itu dan mencium puncak kepalanya, rasa sayang terhadap Kai memenuhi dirinya hingga hati Rama serasa tertusuk pisau tajam melihat anak itu menangis.
Sedangkan Sita, matanya berkaca dan akhirnya meleleh juga. Sita tidak menyangka Kai yang selama ini nampak dewasa bisa menangis seperti itu. Bahkan saat terjatuh dan luka hingga berdarah Kai tidak pernah menangis.
Kai semakin membenamkan kepalanya dipelukan Rama, ia mengeratkan tangannya ke tubuh Rama. Rama pun mengusap-usap punggung bocah itu dan tanpa mereka sadari Kai tertidur pulas. Akhirnya Rama pun mengajak Sita untuk pulang dan membawa Kai dalam gendongannya. Tadinya Sita menolak karena membawa mobil tapi Rama mengatakan biar nanti mobilnya diantarkan oleh sopir saja.
Mereka berjalan beriringan, sungguh nampak serasi. Kalau yang tidak mengetahui maka akan beranggapan mereka adalah keluarga kecil yang harmonis. Rama pun memerintahkan Roni untuk mengambil mobil dan tak lama mereka pun sudah masuk ke mobil. Kai masih pulas dalam pangkuan Rama.
"Sini mas biar aku saja yang memangku kai." Ucap Sita
"Sudah tak apa. Nanti di malah bangun. Biarkan saja." Rama menolak.
Sita pun mengalah, " Biasanya Kai tidak seperti ini."
"Memangnya seperti apa biasanya?"
"Kai akan selalu waspada terhadap orang baru. Dia termasuk anak yang sulit didekati bahkan dengan opa dan oma nya juga tidka bisa sedekat ini."
"Maksudmu om wira."
"Iya papa wira mantan mertua aku."
"Ooh iya aku paham. Tapi waktu itu dia mengatakan kau putrinya."
"Iya, alhamdulillaah papa dan mama sangat sayang padaku. Jadi meski aku sudah bercerai dengan Dani papa dan mama tetap menyayangiku."
"Apakah kamu masih berhubungan dengan om wira dan tante Laila."
"Iya masih"
"Lalu mantan suamimu?"
"Sudah tidak pernah. Semenjak Kai lahir dan surat cerai keluar aku tidak pernah berhubungan lagi dengan Dani."
"Bagus."
"Eh… maksud mas Rama?"
"Y-ya.. Bagus jadi dia tidak ganggu kamu dan kai gitu."
"Ooh…"
Apaan sih kamu Ram, bisa-bisanya keceplosan gitu, batin Rama.
Yaelah bos belum apa-apa udah cemburuan… hadeeh… Gumam Roni yang bisa melihat aura cemburu sang Bos.
Tak lama kemudian mereka sampai rumah. Rama menggendong Kai dan Sita berjalan mendahului Rama untuk membuka pintu. Sita selalu membawa kunci cadangan agar tidak merepotkan bi Surti. Rama pun bawa kai masuk, sita mengarahkan dimana letak kamar Kai dan lalu meletakkan Kai dengan perlahan. Ia bahkan membuka sepatu Kai dengan hati-hati agar Kai tidak terbangun. Rama membenarkan selimut Kai, mengecup puncak kepala bocah itu dan keluar dari kamar. Sungguh pemandangan yang indah.
Bi surti yang melihat pemandangan itu hanya bisa kaget dan heran dalam hatinya ingin bertanya tapi urung. Pasti nanti Sita akan menjelaskan, pikirnya.
"Yaudah Ta, aku pamit ya. Nggak enak kalau lama-lama soalnya dirumah ini nggak ada lelaki dewasa takut jadi omongan tetangga."
"Iya mas… makasih ya."
"Iya sama-sama. Salam untuk Kai kalau sudah bangun nanti"
"Iya mas… hati-hati."
Rama pun mengangguk dan kemudian masuk kedalam mobil. Ia melihat ke belakang dan masih melihat sita berdiri di sana tiba-tiba Rama tersenyum lebar.
"Berasa dianter istri pergi kerja ya bos."
"Iya… eh sialan kamu. Kamu ngeledek saya Ron."
"Hahahha enggak bos. Maaf. Tapi vibes nya gitu lho bos."
Rama hanya tersenyum mendapat penuturan sang aspri.
Di Kediaman Sita keingintahuan bi surti sudah tidak terbendung lagi.
"Neng siapa pria barusan. Kok bisa gitu Kai nemplok gitu. Kan Kai nggak pernah begitu sama orang. Sama tuan Wira aja enggak."
"Iya Bu. Sita juga kaget. Bisa-bisanya Kai tidur di pangkuan mas Rama."
"Oh namanya Rama."
"Iya namanya Rama, Rama Hadyan Joyodiningrat bu. Anak pemilik perusahaan tempat Sita bekerja."
"Kok bisa kenal."
"Iya… mas Rama lah yang nolong Sita saat melahirkan. Dia yang menemani Sita saat proses melahirkan. Dia juga yang mengadzani Kai dan memberikan nama untuk Kai."
"MasyaaAllaah…."
TBC