Pata hati terbesar seorang Ayana, ketika dirinya masih pertama kali mengenal cinta dengan seorang pria dewasa yang begitu membuatnya bahagia dan berasa menjadi wanita yang paling dicintai. Tapi sayang kisah cinta yang sudah berjalan lama harus berhenti karena sang kekasih yang merupakan anak dari keluarga berada, harus menerima perjodohan dengan wanita yang setara dengannya. Hal itulah yang membuat Ayana menjadi pata hati dan sulit membuka hati untuk pria lain. Tapi? Enam tahun setelah kejadian itu Ayana yang berprofesi sebagai seorang guru, harus dihadapkan dengan seorang murid yang pendiam dan murung tidak seperti murid lainnya, sejak saat itu pula Ayana mulai mendekati anak tersebut dan tanpa di sadari anak perempuan itu merupakan anak dari sang mantan. Apakah kisah cinta mereka akan bersemi kembali??? Temukan jawabannya hanya Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Andre segera mengikuti suara teriakan itu, hingga dirinya menemukan sebuah tempat yang memang cukup luas dan di penuhi oleh semak-semak sehingga tidak muda terlihat oleh siapapun jika hendak melakukan tindakan senonoh.
pria itu langsung berlari kencang rahangnya sudah mengeras karena tidak terima calon istrinya di perlakukan seperti itu, hingga kakinya yang panjang menendang tubuh Dani dari belakang.
"Bugh ....," suara tendangan langsung melesat mengenai tulang belakang Dani, sehingga pria itu langsung tersungkur di tanah.
"Kurang ngajar!" geram Andre sambil memberikan kembali tendangan, sampai-sampai Dani kesulitan untuk bernafas karena memang kaki Andre benar-benar menginjaknya.
Para preman itu mulai hendak melayangkan pukulan di kepala Andre menggunakan kayu yang cukup besar, namun tangan kokoh itu segera menepisnya, tanpa melepaskan injakan di tubuh Dani yang sudah tersungkur.
"Kau mau bermain secara curang!" desis Andre yang langsung menarik lengan preman tersebut hingga tubuhnya memutar dan jatuh ke tanah.
"Auuuuh, sakit," rintih preman tersebut.
"Rasakan ini!" desis Andre sambil menginjak perut preman tersebut.
Dani pun mulai bangkit dan mencoba untuk pergi ke suatu tempat, meskipun langkahnya sempat di hadang oleh Andre namun sekuat tenaga pria itu berusaha keras untuk melawan Andre.
"Jangan coba-coba untuk kabur bangsat!" geram Andre sambil membalikkan tubuh Dani lalu mencekik lehernya.
"Kau apakan tadi wanitaku, sampai dia mengalami luka-luka seperti itu hah, kau apakan!" desis Andre sambil terus mencekik leher Dani hingga matanya melotot dan mengeluarkan lidah.
Dani pun berusaha untuk menendang perut Andre ini memang jalan satu-satunya untuk menghindar sebelum dirinya memberi peringatan kembali kepada Andre dan juga Ayana.
"Buugh ...." tendangan Dani mampu melepaskan cekikan tangan Andre dari lehernya.
Akhirnya Dani merasakan sedikit lega karena Andre tidak jadi mencekiknya, bisa mati mendadak kalau dirinya tidak segera mengambil tindakan.
"Bangsat jangan kabur kau tua bangka!" geram Andre sambil memegangi perutnya yang sakit.
Sayangnya Andre kehilangan langka Dani yang sekarang mulai berlari jauh, ketika Andre hendak mengejar langkah Dani tiba-tiba saja ketiga anak buah Dani tadi bangkit, dan mulai mendekat ke arah Ayana, bahkan dari salah satu mereka ada yang menyentuh pipi Ayana dan hal ini membuat darah Andre semakin mendidih.
"Sial kurang ajar!" geram Andre sambil menendang dari arah samping ke salah satu preman tersebut.
"Wiiih, ternyata pemiliknya marah," sahut preman tadi sambil mencoba meluruskan tubuhnya yang sudah oleng akibat tendangan dari Andre.
Ketika Andre ingin menghajar kembali, tiba-tiba saja tangannya mulai di pegangi oleh kedua preman tersebut, sedang preman yang satunya lagi mulai melanjutkan aksinya untuk mendekati Ayana.
"Jangan mendekat!" teriak Ayana di sisa-sisa tenaga.
Namun preman itu tidak mendengarkan dirinya malah mencoba untuk mendekat ke arah Ayana, Andre benar-benar geram dengan situasi seperti dia harus menyaksikan sendiri calon istrinya yang hampir di lecehkan oleh manusia biadab itu.
Andre pun langsung mengeraskan rahangnya tangannya mulai melakukan perlawanan untuk terbebas dari jeratan dua orang ini. "Aaaaarg ....!" teriak Andre sambil memutar tangannya untuk terbebas dari jeratan dua orang tersebut.
"Bugh ...!" Lagi-lagi Andre melayangkan tendangan bebas ke arah keduanya, sehingga dua orang tersebut langsung terjatuh kembali ke tanah.
Kali ini amarah Andre sudah seperti singa yang siap menerkam lawannya, ketika Andre ingin menghabisi preman yang sudah berani berbuat senonoh terhadap Ayana, lagi-lagi dirinya di hadapan oleh sesuatu yang membuat darahnya semakin mendidih.
"Lihat Andre siapa yang aku bawa," seringai Dani sambil menancapkan pisau ke arah korban.
"Hah Gista," desis Andre sambil mengeraskan rahangnya.
Kini pria satu anak itu tengah di hadapkan dengan situasi yang sangat sulit dan membuatnya benar-benar murka dan berjanji tidak akan mengampuni empat orang ini, lihat saja, dirinya harus melihat sang anak yang sedang di todong dengan pucuk pisau yang teramat tajam sedangkan calon istrinya hampir saja di lecehkan oleh preman tidak bayaran itu.
"Benar-benar keparat." Andre pun berusaha untuk menolong Gista terlebih dahulu karena memang saat ini keadaan Gista begitu ketakutan bahkan wajah anak begitu pucat Pasih karena sedari tadi mendapatkan penekanan dari orang-orang Dani.
Lepaskan anakku, tua bangka, atau akan ku habisi kau dengan tanganku sendiri!" desis Andre sambil melangkah ke arah Dani, namun apa yang di lakukan oleh tua bangka itu, dirinya semakin mendekatkan pucuk pisau itu ke leher Gista sehingga membuat anak kecil itu langsung memejamkan matanya.
Perlahan Andre mulai mendekat dan Dani pun mencoba untuk memundurkan langkahnya dengan posisi pisau masih menempel ke arah Gista, namun anak itu tetap tenang dan tidak bergerak meskipun di landa ketakutan yang sangat luar biasa, hingga pada akhirnya Andre mulai mencari celah untuk kelabuhi lawan dengan cara tangan kanannya yang hendak mengambil Gista ternyata mendapat respon yang luar biasa dari Dani.
Sehingga dengan cepat kaki kanan Andre menjagal kaki Dani dari samping, dan membuat Dani tersungkur refleks langsung melepaskan tubuh Gista begitu saja.
"Daddy ....!" teriak anak itu sambil memeluk ayahnya.
"Sayang kau sembunyi saja dulu, Daddy akan menghabisi orang yang sudah jahat sama Gista," ucap Andre.
Andre pun mulai menghajar Dani, kali ini amarah duda satu anak itu tidak terkendalikan, sehingga tidak mau sedikit pun menyia-nyiakan kesempatan ini.
Sedangkan Ayana, masih terus berjuang untuk melindungi dirinya sendiri dari perbuatan senonoh preman tersebut, hingga pada akhirnya aksinya tersebut di lihat oleh Gista tanpa di ketahui gadis kecil itu mulai melakukan sesuatu yang tak terduga.
"Buuuugh ...!" Gista pun mulai memukul kaki preman tersebut menggunakan kayu besar.
"Kurang ajar anak sialan rupanya kau mulai berani ya," desis preman itu sambil mendekat ke arah Gista.
Ketika preman itu hendak mendekati Gista, tiba-tiba saja gerombolan polisi datang tanpa di duga.
"Berhenti kalian sudah di kepung," ucap salah satu aparat yang membuat preman tersebut menghentikan aksinya.
"Tuan sudah jangan kau teruskan lagi," cegah Jo yang baru datang dengan para aparat polisi.
"Jangan kau halangi biar saja si tua bangka ini mati di tanganku!" geram Andre lalu mulai menghempaskan tubuh Dani ke tanah.
Melihat kedua temannya sudah tumbang akhirnya kedua preman itu memilih untuk kabur, namun sayang, aksinya itu gagal karena polisi sudah mengepung mereka.
"Ah, sial! Ada polisi segala," ucap dari salah satu preman tersebut.
"Jangan mencoba kabur keberadaan mu sudah kami kepung," ucap polisi tersebut dengan sigap.
Saat ini ke empat orang tersebut sudah di ringkus oleh pihak kepolisian, sedang Ayana gadis itu mulai terlihat ketakutan, karena kondisi tubuhnya yang sudah remuk akibat di tampar dan juga di cambuk dengan sabuk pinggang.
"Sayang, kau tidak apa-apa?" tanya Andre sambil memeluk erat wanitanya itu.
"Sakit Mas," adu Aya, di terakhir sisa tenaganya.
"Sayang kau bertahan ya," pinta Andre, yang di angguki oleh Aya dengan mata yang sudah terpejam.
Andre pun langsung menggendong tubuh Ayana, dengan perasaan yang begitu khawatir, rasa kesal terhadap dirinya sendiri yang terlambat menolong Aya menjadi pelajaran tersendiri untuk Andre, beruntung ke empat pria itu belum mengobrak-abrik mahkota wanitanya ini, kalaupun itu terjadi pasti Andre tidak akan tinggal diam.
"Sayang bertahanlah setelah ini aku tidak akan membiarkanmu lepas dari genggamanku," janji Andre.
Tuan ayo segera masuk ke mobil," ucap Jo, yang di angguki oleh Andre.
Mobil pun langsung melaju dengan kecepatan tinggi, saat ini kondisi Ayana memang sangat memperhatikan, seluruh tubuhnya mengalami luka memar akibat cambukan yang begitu keras menghantam tubuhnya berkali-kali.
Tidak hanya tubuhnya yang memar wajahnya pun juga di penuhi oleh luka memar karena tangan Dani beberapa kali menampar wajah Aya bahkan sesekali wajah Ayana terkena sabetan ikat pinggang tadi.
"Ayo Jo, cepetan!" perintah Andre yang sudah tidak tega melihat Ayana yang seperti ini.
"Iya Tuan ini sudah cepat," sahutnya sambil fokus ke jalanan.
"Daddy Gista takut Ibu Aya kenapa-kenapa," ucap gadis kecilnya itu.
"Doakan saja semoga ibu Aya tidak kenapa-kenapa," sahut Andre.
Mobil pun kian melaju kencang hingga tidak lama kemudian sudah sampai di res area rumah sakit, Andre langsung menggendong tubuh Ayana lalu membawanya di ruang pendaftaran, setelah itu para perawat langsung gercep menangani pasiennya dan membawa tubuh Ayana ke ruang UGD.
"Sayang, sabar ya kau pasti kuat," ucap Andre yang tidak tega melihat Ayana ketakutan karena menahan rasa sakit ketika lukanya di bersihkan oleh perawat.
Saat ini luka Ayana sudah di bersihkan, lalu dokter pun menyarankan agar Ayana di rawat beberapa hari dulu untuk pemulihan lukanya itu.
"Begini Pak Andre, sebaiknya pasien di rawat dulu untuk beberapa hari, karena khawatir kalau tidak segera di tangani dengan baik lukanya akan menjadi infeksi," saran dokter muda itu.
"Baiklah apapun yang terbaik lakukanlah," sahut Andre, yang masih duduk di samping kekasihnya itu.
Saat ini suster sudah meng infus pergelangan tangan Ayana, setelah semuanya sudah siap akhirnya tubuh Ayana di dorong menggunakan berangkas rumah sakit dan di bawa ke ruang VVIP.
Saat ini perasaan Andre begitu harap-harap cemas, dia tidak bisa membiarkan Ayana seperti ini, jalan satu-satunya dia harus mempercepat akad nikahnya agar supaya Ayana berada di dalam genggamannya.
"Jo, apa kau bisa mengurus surat-surat pernikahan secepatnya," ucap Andre.
"Bisa Tuan, tapi ada jangka waktunya paling tidak satu mingguan," sahut Jo.
"Ya sudah lakukan itu, karena secepatnya aku akan menikahi Ayana, aku tidak mau, kejadian seperti ini terulan
"Baiklah Tuan, kalau begitu," sahut Jo lalu memilih untuk pamit undur diri.
Setelah kepergian asisten pribadinya Andre pun langsung menghubungi orang tua Ayana dan juga Mamanya untuk memberi tahu kabar Ayana saat ini, setelah itu sekitar 30 menitan kedua orang tersebut datang dengan cara yang bersamaan.
"Nak, Andre gimana keadaan Ayana dan juga Gista?" tanya Anjar sambil bercucuran air mata.
"Mereka berdua sudah di tangani Bu, dan sekarang dirinya masih tertidur," sahut Andre.
"Astaga! Itu orang memang durjana, satu keluarga semuanya jahat terhadap anakku semoga saja kau membusuk selamanya di penjara!" geram Anjar.
"Itu pasti, Bu. Akan ku pastikan mereka ada di penjara," sahut Andre.
Ketika Andre sedang berbicara dengan Ibu Anjar tiba-tiba saja Mamanya datang, dan terkejut apalagi dengan keadaan Gista yang ternyata ada di tempat kejadian, dan sopir dari Gista pun sampai sekarang mengalami luka-luka karena di hajar oleh anak buah Dani di pertengahan jalan.
"Sayang, bagaimana keadaan Ayana, dan cucu Mama," ucap suara itu tiba-tiba.
"Mereka berdua sudah di tangani Mam." Andre pun mulai mengajak mamanya untuk bergabung dengan Ibu Anjar.
"Ya Allah Nak, keadaanmu bisa seperti ini, Sayang, kau harus mempercepat pernikahan ini," titah Retno yang sependapat dengan anaknya.
"Aku sudah menyuruh Jo, untuk mengurusi semuanya," sahut Andre.
"Gimana ini apanya yang di urusi Nak Andre?" tanya Anjar yang merasa bingung dengan obrolan ibu dan anak itu.
"Eeemb, begini Bu, aku akan segera menikahi Ayana," ucap Andre dengan hati-hati.
"Menikah segera," gumam Anjar.
"Iya Bu," sahut Andre.
"Baiklah jika memang bagi Nak Andre itu yang terbaik, tapi Ibu punya permintaan untuk Nak Andre, jagalah dia dengan baik dan jangan pernah lukai hatinya, bahkan ibu sendiri saja sangat tahu kalau cinta Ayana begitu besar kepada Nak Andre," ucap Anjar yang membuat Retno merasa bersalah, karena dulu main menjodohkan anaknya tanpa peduli di balik semuanya ada seorang gadis yang sakit hati pada waktu itu.
"Iya Bu, aku pasti akan menjaga dan mencintai Ayana, karena aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk yang kedua kalinya," janji Andre.
Ketika semua sedang asyik mengobrol tiba-tiba saja Ayana mulai membuka matanya perlahan. "Hah masih ada di sini," gumam Ayana.
"Iya Nak, kamu masih ada di rumah sakit," sahut Anjar.
"Ibu jangan menangis, Aya tidak apa-apa Bu, dokter sudah mengobati luka Aya," terang Ayana.
******
Dewi begitu resah ketika mendengar kabar kalau suaminya di tangkap oleh polisi karena sudah menyiksa dan hampir melecehkan Ayana, sungguh hal ini membuatnya malu, kalaupun suaminya itu hanya menyiksa pasti dia tidak terlalu malu.
Namun kali ini melecehkan sungguh hal ini yang membuatnya harga dirinya sebagai seorang istri terinjak-injak bahkan dirinya tidak berani untuk keluar rumah karena tidak tahan dengan omongan warga tentang keluarganya yang satu persatu harus mendekam di penjara.
"Pak, kenapa sih, kau lakukan itu, tahu nggak hatiku sakit ketika mendengar kau ingin melecehkan perempuan lain, bagaimana nanti jika tetangga ngomong yang tidak-tidak tentang keluarga kita," tangis Dewi pecah.
Ketika Dewi sedang meratapi nasibnya tiba-tiba saja para tetangga datang mengetuk pintunya.
"Tok ... Tok ... Tok." Pintu di ketuk Dewi pun segera membuka pintunya.
"Eh Bu RT, mari masuk," ajak Dewi.
"Bu Dewi kami turut prihatin atas kejadian yang menimpa keluarga ibu, sebagai RT di kampung ini, kami tidak ada maksud apapun selain ingin menguatkan hati Ibu," ucap Bu RT yang di dampingi oleh dua warga yang ikut datang ke rumah Dewi.
"Kalian tidak usah pura-pura baik seperti itu, aku tahu kalian semua ingin menertawakan aku, karena keluargaku sekarang sudah hancur gara-gara Ayana!" sarkas Dewi yang salah faham.
"Kami tidak ada maksud untuk menertawakan siapa-siapa kedatanganku ke sini murni untuk memberi dukungan moril dan menguatkan hati ibu," timpal Bu RT.
"Aku tidak butuh itu! Lebih baik kalian semua keluar dari rumahku!" usir Dewi dengan membentak.
Selepas kepergian Bu RT dan para warga Dewi langsung berteriak dan berjanji akan membuat hidup Ayana tidak tenang.
"Aaaaaah .... Sialan kau Ayana tunggu saja pembalasanku!" geram Dewi.
Catatan penulis:
Selamat pagi Kakak-kakak semoga suka ya dengan kelanjutan cerita ini.
Dan jangan lupa ya untuk mampir di karya terbaruku.
Jangan lupa mampir ya!
padahal prnh ngehalu tentang cerita seperti ini,,, penasaran,,,
cuzzzz ahk,,,