NovelToon NovelToon
Putriku, Ditawan Preman 1M

Putriku, Ditawan Preman 1M

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Pengasuh / Kontras Takdir / Slice of Life
Popularitas:721
Nilai: 5
Nama Author: Bu Alisa

"Assalamualaikum, ini pak Ahmad. Bapak, anak anda sedang tidak baik-baik saja. Bila anda mau bertemu langsung, dengan anak anda... Serahkan kepada saya 1M secepatnya, jangan banyak alasan. Ketemu di depan gedung Serbaguna"

"Apa! Apa maksud mu! Siapa kau!! "

....

Ahmad Friko, pengusaha sukses setelah ia mengadopsi anak panti asuhan, yang diberi nama Rara, pak Ahmad bekerja dengan serius sampai terkadang lupa dengan kewajibannya untuk mengurus anak. Hingga saat ia bangkrut, ia mendapat pesan dari seseorang bahwa anaknya sedang di sekap, ditawan dan dimintai uang satu milliar, yang jumlahnya tak biasa. Apa yang akan dilakukan Ahmad setelah ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bu Alisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab tiga-Putriku, ditawan preman satu milliar

Selamat sore, kawan-kawanku yang bahagia. Aku Alisa, semoga kalian semua terhibur dengan cerita ku ini. Asekk, kalau kalian merasa ada yang kurang, atau salahkah dalam aku menulis, bisa dong di kasih komentar. Bisa dong dee, bisaaa(∩´∀`∩)💕

Bab 3.

"Tadi ada orang, yang nanya kamar ayahku. Apa aku udah benar ya? "

Pororo berjalan disamping Rara dan duduk di sampingnya juga. "Memang orang itu siapa? Kenalan mu atau bukan? "

"Bukan sih, Rara gak tahu dia siapa, Rara juga gak kenal orang itu. Tapi katanya dia temen ayah jadi yah Rara kasih tahu kamar ayah, "

"Tapi ngapain ya, yang jadi pertanyaan Rara kenapa orang itu tanya kamar ayah? "

"Mungkin lagi ambil sesuatu begitu. Penting mungkin, cepet-cepet buat ayah kamu, " seru pororo di samping. Rara mengangguk paham, "Oh begitu, ya Rara paham. Rara tahu, ya.. ya... jadi Rara tak mempermasalahkan sama sekali kan, soalnya itu urusan ayah, "

"Iya! Ayahmu senang denganmu Ra! "

"Dia pasti merasa berjasa mempunyai dirimu. "

"Yap betul! "

"Kita juga bangga padamu Ra setiap hari, setiap kanu membantu orang ada saja ya pahala yang kamu dapatkan, " ucap bezzzbear. Rara mengangguk setuju, "Ucapan kalian berdua sama persis mirip Kiya. Kiya juga bilang kalau shalat, wudhu, baca al-qur'an dapat pahala, mungkin kalau Rara berbuat baik, apa Rara nambah pahala? "

"Pasti dong Ra! "

"Pastilah!!! "

***

Di depan mobil yamaha putih terparkir di teras rumah, seorang pria dengan baju rapi tanpa Jaz karena ia gantungkan di lengan menutup pintu kencang, pria yang terbilang cukup muda itu menatap seisi rumah dari luar, yang berantakan dan porak-poranda, sebagian juga ada bekas kaki kotor seseorang yang menempel di lantai. Tak lain pria itu adalah Ahmad, tangannya jatuh bersamaan dengan HP yang ia genggam tadi untuk wawancara di telepon dengan client kerjanya, tapi terkejut sesaat melihat keadaan rumah begitu berantakan ketika ia pulang malam itu, sekitar jam 9 malam ia baru pulang tak membawa apa-apa pula.

Kaki pria itu masuk kedalam, tanpa melepas sepatu sama sekali. Tatapannya terus mengalir ke arah setapak kaki kotor yang menempel, lalu ia membungkuk. "Apa ada orang masuk? " itu dipikirnya, sebelum ia begitu terkejut tak hanya itu saja saat ada di ruang tamu yang bagian dalam, dirinya melihat kulkas disana terbuka lebar, dibuat dinginnya kulkas merusak hawa sekitar, Ahmad memeluk diri karena kedinginan. Dia merasa ada sesuatu buruk yang baru saja terjadi, "Rara! Rara!!! " panggil Ahmad dari luar, berlari masuk kedalam mengecek anak itu entah dimana sekarang, Ahmad membuka pintu lebar sampai bertabrakan dengan tembok.

"Dimana dia! "

Paniknya, segera berlari ke dapur yang jaraknya sedikit jauh. Pria itu berhenti saat ada jejak kaki di lantai atas, jejak kaki kecil yang sama persis dengan jejak di lantai ruang tamu. Entah hanya feeling aja atau bagaimana, Ahmad udah gak enak aja. Dia langsung lari menaiki tangga, mengos-mengos pas udah di ujung tangga, "Apa yang dia lakukan? Kenapa seisi rumah bisa berantakan? "

"Ck, kemana dia juga, " ucap Ahmad mulai mendobrak pintu ruang kamar di tambah ruang kerjanya kencang, ia buka lebar sampai terpampanglah keadaan kamarnya yang berantakan. "Apa-apaan ini! Siapa yang melakukan ini?! " serunya, terkejut sangat saat kedua mata netra cokelatnya berpasang tatap mata dengan keadaan kamar yang berantakan, juga sendal selop basah karena sesuatu, lalu... Mungkin barang penting Ahmad sedang tak baik-baik saja.

"Laptopku! Dimana laptop ku?! " serunya, mengecek sana-sini, mencari dimana keberadaan benda penting itu, karena sangat ia butuhkan sekarang. Saat tak ia temukan sama sekali, Ahmad langsung menggebrak meja dengan sekali kepalan, meja kerjanya yang berantakan karena ada orang yang mengacaknya, juga ia tendang semua benda di sekitarnya. "Sial!!! Akhhh!! "

"Barang-barangku! Siapa yang mencuri semua barang ku! Siapa! Sial, ada dokumen yang harus kusembunyikan di laptop ku, bangsat emang siapa sih yang nyelonong masuk ke rumah! "

"Ck! "

"Dimana tuh anak, pasti dia tahu semua ini." ucap pria itu segera mencari keberadaan anak itu, yang entah berada dimana, dicari tak kunjung ketemu. Bahkan sampai Ahmad bertanya kepada tetangga, tetangganya hanya mengendik bahu, kebanyakan mereka malah menyindirnya, "Oh anakmu? Ngapain dicari? Wong biasanya di telantarin gitu kan? "

Karena ucapan tetangganya, membuat Ahmad semakin kepalang kesal, urat-urat merah nya muncul begitu saja tanpa diundang, ia terus mengepalkan tangan tak henti dengan kedua kakinya yang terus tersleok-sleok mencari hingga ke gang sempit. Biasanya, anaknya itu malem-malem gini suka main ditempat ini, "Rara! Rara! "

"Dimana kamu Ra!! "

"RARA!!!! "

Serunya, menebas rerumputan lalang dengan kedua tangannya yang menghalangi pemandangan, suasana juga semakin gelap, tapi ada-ada saja gebrakannya. Pria itu jadi pusing sendiri, memiliki anak seperti itu, "Ck, dari dulu gak ku adopsi aja dia. "

"Menyusahkan diriku saja, " ucapnya pelan, tak berucap seperti seorang ayah. Padahal itu keputusannya sendiri pada empat tahun dulu, di tahun 2020, karena Ahmad sudah selesai kuliah ia ikut pekerjaan apapun, untuk mendapatkan penghasilan sendiri, sampai tak bisa menghidupi kedua orangtua Ahmad, hingga pria itu rela pergi ke kota demi mencari uang, sampai sekarang pria itu masih mengirimi mereka uang, sebelum itu Ahmad tak pernah sekaya ini, sampai rumah di komplek ini bukan rumah satu-satunya yang ia tempati. Rumahnya juga berada di tempat lain, yang tak diketahui orang lain, karena keberadaan anak itu, entah mengapa Ahmad semakin diberuntungkan, ia jadi memiliki usaha sendiri, dan memiliki penghasilan atas usaha nya yang jualan makanan berminyak, bekerja sama dengan negara china.

Itupun, Ahmad masih belum sadar diri. Karena Rara lah, dirinya bisa mendapat pekerjaan itu. Entah mengapa semuanya terasa begitu mudah, Ahmad sampai melupakan bagaimana rupa anaknya sekarang, yang selalu mendapat nyinyiran tetangga, Ahmad terlalu fokus dengan dunia nya sendiri, tanpa mengerti bahwa ia punya dunia lain yang harus ia tepati janjinya.

Salah satu anak perempuan melihatnya masuk ke dalam gang yang sudah hampir ditutup itu, karena sering ada penampakan disana. Dia adalah teman Kiya, atau tetangganya anak laki-laki itu, juga anak perempuan yang cemburu dengan kedekatan Rara dengan Kiya yang sering dipanggil Sindy, "Paman! Paman kenapa ada disana?! "

"Astaga, jangan masuk sana! Disana banyak ular... "

"Kata mom, gak boleh... "

Ahmad langsung menoleh, "Kamu tahu tidak dimana Rara? " tanya pria itu begitu saja, keluar dari sana dan menghampiri Sindy yang seukuran bawah pinggangnya. Anak itu mendongak, demi bisa melihat wajahnya, "Gak, Sindy gak lihat Rara... "

"Emang Rara suka ngilang ya? "

"Udah biasa, nanti palingan balik lagi. Paman tunggu aja di rumah, biasanya dia suka keluyuran... "

"Bikin Sindy ikut pusing ajah... "

Ahmad langsung mencekal kedua lengan anak itu keras, "Tapi tahu kan dimana dia sekarang? Paman butuh banget... "

"Kalau kamu tahu, langsung aja bilang paman. "

"Engga paman, Sindy juga baru pulang dari warung mak Asri. "

"Tapi... mungkin jam segini, Rara ke rumah Kiya sih... "

"Rumah Kiya?! Ngapain dia kesana!! " ucap Ahmad sedikit marah, matanya melotot keluar membuat Sindy sedikit ketakutan mendengar amarah pak Ahmad di depannya yang meledak-ledak. Sindy memakai kerudung biru menggeleng, "Cuma itu yang Sindy pikirkan, biasanya dia main ke rumah Kiya. "

"Semalam ini?! "

"Em gak tau paman, mungkin iya? "

"Ck, tuh anak nyusahin! "

Sindy terpejam kaget, "Paman... Paman... Marah sama Rara? "

"Bukan, bukan urusan mu. Sana balik ke rumah mu, jangan keluyuran malem-malem. "

"Eh iya paman, Sindy mau pulang dulu. Assalamu'alaikum, " ucap Sindy sopan, ia berjalan melewati tubuh Ahmad sambil menyembunyikan senyumnya yang tak henti melebar. 'Yes, habis ini Rara bakal dimarahi. Kapok kan? Salah sendiri, kegatelan deket-deket pacarku, ' pikir Sindy, padahal Kiya juga tak suka dengan sikap jahatnya yang selalu mendekati dirinya, dan menindas Rara secara terang-terangan.

Ahmad mengepal tangan keras, membuang dasi kerjanya sembarangan. "Bangke tuh anak! Bangsat!!! "

"Ck, nyusahin aku saja. "

"Kalau benar hilang karna dia, sungguh aku tak akan membiarkan dia keluar rumah setelah itu. "

Ting-Tong! Ting-Tong! "Mba Winda!! "

"Mba Winda!! Tolong keluar!!! Suruh Rara keluar juga!! "

Winda yang akan tidur, menyiapkan selimut dan kasurnya yang sudah tertata rapi tak jadi, karena niatnya terhenti oleh suara keras seseorang yang menyahut namanya di luar gerbang. Winda melihat dari jendela, tanpa menggunakan kerudung, "Bentar mas!! " seru Winda saat mengetahui kalau itu adalah Ahmad, bapak dari Rara yang sering kasar dengan rumahnya.

"Waduh apa-apaan ini? Ada apa! Kenapa lo kesini! "

"Mau berulah lagi kayak anak lo itu? Cukup ya, gak anakke gak bapakke, sama ae! "

Cibir Winda bersedekap dada dengan daster lengan pendek, dan kerudung menutupi dada, wanita itu enggan menatap wajah pria yang sudah matang di depannya. Pria itu mengetuk gerbang, "Dimana anak saya? "

"Kamu tahu? "

"Loh--" Winda menoleh, "Kok nanya saya, lah memang saya siapa? Ibuke Rara gitu? "

"Jangan tanya saya, wong dia gak kesini, "

"Beneran? Tapi kata Sindy dia sering main kesini... " lirik Ahmad dari samping. Winda mengangguk, dan merasa resah dengan kehadiran gadis itu yang cerewet dan selalu memaksa anaknya, Kiya untuk mau bermain dengannya. "Oh ya benar sekali, anak lo bikin rusuh di rumah gue. Masih dhuhur mas, masih belum adzan pas itu, panas-panas. Anak lo aja yang riweh udah mampir ke rumah gue, dih didik yang bener dong, masa didik anak sampe maksa anak gue buat main sama dia, no level-level, " kata Winda melambaikan jari telunjuknya. Ahmad menelan ludah, "Ah ya maaf mba, kalau misalnya Rara membuat embak jijik atau bagaimana tapi serius saya mau nyari dia.. "

"Kalau mba Winda tahu tolong telepon saya, "

"Kenapa gue? " seru Winda keras, melotot sampai dirinya tak sudi untuk berhubungan dengan keluarga pria itu, Winda memainkan bibirnya, "Sudah kubilang kan? Buang saja anak tak berfaedah mu itu, untuk apa masih kau pertahanin. Karena kau aja ga becus ngerawat anak sendiri, dia jadinya kayak gitu, rusuh sama tetangga-tetangganya. Ga ngerti pas dia lewat kecium bau apa? "

"Kecium bau Tai! "

"Lo seharusnya ga usah ngerawat dia kalo ga telaten, buat apa? Buang aja! Buang aja tuh anak, balikin ke yayasan panti asuhannya. Lebih mudah kan? "

Ahmad berdecak, "Kalau soal itu gak bisa, soalnya saya sudah adopsi dia. Kalo saya balikin, saya yang malah di denda, karena melanggar aturan, "

"Dihhhh! Siapa sendiri ngadopsi anak, mendung nikah sono punya anak sendiri, lebih enak, gampang, dan gak ribet, daripada ngurus anak darah daging orang lain, bukannya seneng malah mendarah daging lu. Ya kan? "

Ahmad mengangguk, "Kok ngerti mba? "

"Kalau gitu mbak tahu gak siapa orang yang masuk ke rumah saya? Soalnya laptop saya bersama dokumen penting kerja saya dicuri disana, saya tanpa itu harus ngulang dari awal, "

Winda langsung tertawa mendengarnya, merasa puas dengan masalah yang ketimpa pria itu. "Hahahaha, ya itu namanya karma. "

"Mangkanya jadi pria itu kalau udah jadi pengusaha sukses jangan sombong, sering pulang lah bagi-bagi jajan atau makanan lah, lah ini enggak cuma numpang tidur doang, lu gak pernah nyempat nyapa tetangga, udah berangkat shubuh, pulang malam gitu aja wes. "

"Terserah saya dong mbak, orang itu rumah saya. Kenapa malah emba yang merasa cemburu? " seru Ahmad menaikkan sebelah alis, sambil memegang gerbang. Winda melotot, "Cemburu? Cemburu saya? "

"Saya cemburu sama elo??? "

"Gak lah, mana mungkin. Orang saya cuma memberitahu, jangan ngeles... "

"Anak juga gak pernah dirawat, seliweran kan omongan tetangga. Sekarang gue bilang gini, lo ada urat malu ga ketemu dan nanya gitu seolah minta bantuan ke kita hm? Bahkan pas ketemu kita aja, elo gak ada sadar diri sama sekali, "

"Mampus! Biar usaha lo bangkrut sekalian... " ejek Winda menjulur lidah, Ahmad mengumpat kesal, ia dikatai seperti itu. Dia sampai memukul gerbang hitam di depannya. "Kalau mba Winda gak tahu urusan saya jangan ikut campur ya!!! "

"Ma... Ada apa rame-rame? "

"Om Ahmad? "

"Ada apa kesini? "

"Nyari Rara? "

"Hm, dimana dia? " tanya Ahmad cepat. Kiya yang setengah ngantuk setelah belajar menggaruk kuping, "Tadi pulang, aku lihat dia di jendela tadi kayaknya ngarah ke rumah, "

"Tapi saya nggak ngeliat dia?? "

"Ada ommm, tadi Kiya lihat Rara baru aja pulang sebelum paman kesini. Coba cek dulu deh di rumah mungkin aja ada kan? "

Bersambung...

1
Joshou
hello guys
Joshou
hello guys tinggalkan komentar ya
Joshou
hei kamu udah like dan sucribe belum!
Joshou
kurang apa lagi coba
Joshou
Hai guys ramein dong
Joshou
udah jangan nangis, orang masih manusia
Joshou
Ahmad mengira dirinya main utama
Joshou
Kok ngilang ya yang bawah sendir8
Joshou
siapa yang kesel?
Joshou
hello Hai ga
Joshou
hello hai
Joshou
hello
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!