Niat awalnya yang hanya ingin bersenang senang ketika pergi berlibur ke Cappadocia, ternyata berakhir petaka.Karena pria muda yang sempat menjadi teman bermainnya selama disana tiba tiba datang ke Indonesia dan menjadi mahasiswanya.
Membuat kehidupan Cantika yang sudah mulai tenang setelah perselingkuhan yang dilakukan oleh tunangan nya,kembali kacau. Sebab selain datang sebagai mahasiswa nya Saka Samudra,pria muda berusia 22 tahun itu juga datang meminta pertanggung jawabannya,akibat malam panas yang mereka habiskan saat di Cappadocia waktu itu.
" Ibu harus bertanggung jawab padaku,karena sudah mengambil keperjakaan ku, lalu pergi begitu saja!"
" Sial!"
Hanya itu yang bisa terlontar dari mulut Cantika, karena sadar kalau sekarang dia dalam masalah serius. Sebab ternyata pria muda itu tidak berniat melepas kan dirinya begitu saja, padahal waktu itu dia sudah sengaja buru buru kabur agar mereka tidak bertemu.
Penasaran dengan cerita mereka berdua, Cus baca reader🥰.
Happy reading🥰🥰?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22.Kita Perlu Bicara(2)
" Ini,kompres dengan ini."Cantika menempelkan es batu ke pipi Saka yang tadi dia tampar.
Tidak bengkak,tapi memang terlihat merah mungkin kalau dibiarkan besok akan menjadi lebam kebiruan, batin Cantika tidak melepaskan tatapan nya dari pipi pria itu.
" Sakit, tolong lakukan untukku."
Astaga! Dia bukan anak kecil bukan, tapi kenapa bertingkah semanja ini! Batin Cantika emosi melihat tingkah manja yang sengaja ditunjukan pria itu.
" Kamu yang melakukannya, jadi berusahalah bertanggung jawab. Jangan terus kabur."
Raut wajah Cantika langsung berubah cemberut,satu kalimat tapi banyak makna itu yang dia rasakan dari perkataan Saka saat itu.
"Aku tidak bermaksud begitu!" Dia berusaha membela diri, tidak terima disalahkan oleh Saka.
" Tapi memang begitu bukan.Saat di Capadocia, juga tadi."
Enteng sekali bibir pria itu bicara begitu, gelas sekali Cantika mendengar sampai ingin membekapnya.
" Aku memang kabur, tapi itu untuk kebaikan kita berdua Saja.Bukan karena aku tidak bertanggung jawab. Aku lebih tua darimu punya pengalaman hidup lebih banyak dibanding kamu yang lebih muda 5 tahun dariku. Pahit manis,sedih kecewa dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis sudah pernah aku alami. Belum lagi pengalamanku sebagai anak yang ditinggal kedua orangtuanya lebih cepat dari seharusnya. Semua pengalaman itu pasti belum pernah kamu alami dan kamu tidak bisa memahaminya karena aku yakin dari kecil sampai seusia mu sekarang hidup mu selalu mudah. Iyakan?!"
"Sepertinya..." Balas Saka dengan ekspresi getir dan seperti orang menahan sakit.
Membuat Cantika langsung mengeryit heran, dengan tanggapan yang diberikan pria itu untuk semua yang baru saja dia katakan.
Aneh,disini dia yang sedang marah tapi kenapa ekspresi Saka yang terlihat lebih terluka dibandingkan aku,pikir Cantika bingung.
" Kok sepertinya?Apa maksudnya sih?" Saka tidak menjawab tapi hanya mengedikkan bahu membuat Cantika semakin bingung dan merasa ada sesuatu yang tidak ingin diceritakan pria itu padanya. Tapi soal apa?
Sebenarnya sejak dia bertemu Saka saat masih di Capadocia waktu itu,pria itu memang selalu terlihat ceria dan menyenangkan saat diajak bicara serta bergaul.
Membuat liburan nya selama disana memang sangat menyenangkan sampai dia lupa dengan semua pengkhianatan yang sudah dilakukan Arga padanya sebelum dia pergi.
Semua masih terasa tidak ada masalah meski dia pergi tiba tiba meninggal kan pria itu begitu saja di Capadocia waktu itu.Sampai tiba tuan saja Saka datang ke Indonesia dan tiba tiba menjadi muridnya.
Lalu terus mengejar dirinya tanpa henti, seperti sekarang. Cantika mulai merasa aneh dan semakin heran waktu melihat secara langsung interaksi antara pria itu saat bersama kedua orang tuanya.
Dia mungkin dulu pernah marah serta bertengkar dengan kedua orang tuanya ketiak mereka masih hidup.Tapi dia tidak pernah menunjukan sikap sedingin itu pada mereka.
Bukan marah atau kesal,tapi...lebih ke seperti dua orang asing karena pernah sangat disakiti. Seperti sikapnya pada Arga yang sudah tidak ingin tau apapun tentang sosok pria itu. Itulah sikap yang ditunjukan Saka tadi siang pada Ayahnya, saat dikediaman mereka.
Jujur menurut Cantika ini sangat tidak normal untuk hubungan orang tua dan anak.Meski mereka sempat tinggal berjauhan.
ditambah lagi dengan cara nyonya Ailin menanyakan soal Saka pada dia dan Bu Laura tadi.Itu membuat Cantika jadi semakin yakin kalau hubungan keluarga mereka saat ini bermasalah.
Karena itu mungkin Saka jadi selalu berada disekelilingnya, seperti anak kucing yang ingin disayangi.
"Bicara!"
Saka menatap Cantika terlihat bingung mendengar ucapannya.
" Ayo bicara denganku soal masalahmu. Aku perlu tau supaya bisa memutuskan."Ulangnya menegaskan.
Dia sengaja menggunakan nada saat dia sedang menjadi seorang dosen. Karena Cantika merasa dia perlu melakukan, untuk membuat Saka yang terus berusaha menyembunyikan masalahnya bersedia untuk bicara.
Meski ekspresi wajah pria itu terlihat bingung karena Cantika yang semula marah, tiba tiba berubah serius.
" Mengenai apa?" Saka membuka suara.
" Masalahmu,antara kamu dan keluargamu. Lalu baru kita akan membicarakan mengenai masalah kita ini."
Saka tiba tiba menarik nafas keras mendengar perintah Cantika.Jelas sekali dia merasa tidak ingin melakukannya.
Tapi ekspresi Cantika juga terlihat kalau perempuan itu menyuruhnya harus mengatakan.
"Hah!" Ini benar benar menyesakkan untuknya, karena seperti harus mengorek lagi luka lama yang susah payah dia abaikan.
Tapi mungkin ada benarnya juga permintaan Cantika. Mungkin memang sudah waktunya dia mengatakan pada seseorang, bagaimana perasaannya yang sebenarnya pada keluarganya.
" Saka ..."
" Iya, baiklah. Aku cerita meski sebenarnya tidak mau!"
" Kalau begitu mulai." Cantika memberi perintah dengan nada yang terdengar tegas.
Jujur Saja tidak suka mendengar nada itu, dia lebih suka kalau Cantika mengomeli dia. Dibanding memerintah seperti sekarang ini.
Dia jadi merasa Cantika seperti gurunya bukan perempuannya.
" Hah! Iya. Bawel!" gerutu Saka kesal yang sengaja diabaikan Cantika.
" Cepat bicara,ceritakan padaku!" Perintah Cantika mengulangi permintaan nya tadi.
" Ya, meski aku tidak ingin. Karena ini bukan cerita yang menyenangkan Cantika. Bahkan kalau bisa....aku tidak ingin pernah lagi ada orang yang tau mengenai hal ini."
Nada suara Saka berubah menjadi sendu, membuat Cantika tanpa sadar mengulurkan tangannya, lalu menggenggam tangan pria itu sebagai bentuk dukungan moril, karena merasa kalau masalah pria itu sangat berat. Meski belum dengar apa itu.
" Ibuku.... sebenarnya sudah lama meninggal."
Deg!
Cantika sontak menatap Saka mendengar yang baru saja dikatakan pria itu.Terkejut sekaligus bingung, karena setahu dia dan banyak orang tahu, istri Adrian Samudra....
Apa ada yang tidak diberitakan di internet mengenai keluarga mereka, batin Cantika sambil berusaha mengingat ingat lagi informasi apa saja yang pernah dia baca soal keluarga Saka ini.
Tapi sepertinya tidak ada berita mengenai apakah Adrian Samudra pernah menikah sebelum bersama dengan Ailin Samudra ini.
Tapi Saka juga tidak mungkin berbohong bukan. Apalagi membicarakan mengenai ibunya sendiri. Semarah, sebenci apapun dia pada perempuan yang sudah melahirkannya Cantika yakin Saka tidak mungkin mengatakan pada dirinya kalau ibunya sudah meninggal, seperti sekarang.
" Itu...kapan?" Alih alih tidak percaya Cantika memilih bertanya waktunya.
" Sudah cukup lama, sekitar 7 tahun yang lalu Cantika.Dia tidak meninggal disini karena itu banyak yang tidak tau mengenai ini. Sebab 7 tahun yang lalu, ayahku juga tidak seting berada di Indonesia seperti sekarang."
Kalau seperti itu sih pantas saja banyak yang tidak tau soal hubungan keluarga mereka, batin Cantika mulai mengerti.
" Lalu nyonya Ailin. Apa dia istri ayahmu setelah ibumu meninggal?" Cantika bertanya dengan hati hati, karena sadar itu pertanyaan yang sangat sensitif untuk Saka dan berharap pria itu mau menjawab jujur, agar dia semakin memahami lagi karakter Saka.