"Ah, aku berada di mana?"
Sebuah tempat yang mengesankan! Sial, tapi ini bukan duniaku. Ini adalah dunia sihir! Tunggu, aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda hina yang memiliki sihir sama sekali.
Bodoh, kenapa aku ini mencintai seorang putri kekaisaran sedangkan aku bukan siapa-siapa?
Ahahaha tidak masalah, mari kita genggam dunia ini menggunakan sebuah kecerdasan yang luar biasa. Tidak apa-apa aku tidak memiliki sihir, tapi aku memiliki sebuah seni yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ini adalah dunia yang dipenuhi oleh pedang dan juga sihir. Kau tidak punya sihir? maka kau akan dikucilkan. Tapi mari kita lihat, bagaimana pemikiran dunia modern diterapkan di dunia yang tidak pernah menyentuh sains yang menakjubkan. Juga, mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan dan perkembangan teknologi yang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arachanaee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Bertemu Lagi
Mereka bertemu lagi. Apanya?
Seekor singa itu berjalan bagaikan raja hutan yang berkuasa. Luka di matanya menunjukkan luka baru seolah dia baru melakukan pertarungan yang besar. Surainya menyalakan api yang seolah membakar dirinya sendiri. Dia adalah singa yang sama seperti singa yang Kazuto temui malam itu.
Wajahnya bak meremehkan. Tapi Kazuto jauh lebih percaya diri dengan menaikkan ujung bibirnya. Dia tidak akan kalah lagi.
“Sang koboy disini. Aku tidak akan takut lagi.”
Ah tidak bisa dibayangkan rasanya apabila ada suara atau backsound koboy yang memegang sebuah pistol di tangan kanannya. Kemudian kepulan asap rokok di mulut mungkin akan memberikan sebuah kesan sangar. Ditambah sekeadar memegang topi koboy seolah siap melakukan aksi yang menegangkan.
Tanpa ragu, Kazuto mengangkat flintlocknya. Tapi memang hanya dia, sementara Laura dan Helen, dia mungkin akan menyerang sesuai dengan kemampuannya apabila memang ada sebuah masalah.
Tapi memang, dari jarak yang seperti ini, flintlock agak kurang maksimal karena tidak bisa fokus dalam satu titik. Pelurunya masih menyebar dan tidak bisa ditebak, sehingga Kazuto benar-benar berusaha untuk memperhitungkan semua ini.
Singa itu mulai membara. Lonceng pertarungan sudah di gerakkan. Arena hutan menjadi gladiator dengan berbagai hewan menjadi penonton. Pohon yang merepotkan juga menguntungnya menjadi tantangan sendiri bagi seorang petarung.
Hingga pertarungan itu dimulai! Langkah snga itu mengeluarkan api sehingga dia bergerak ke arah Kazuto seolah api yang menjalar. Tatapannya memiliki niat membunuh yang tidak bisa dihapuskan. Tapi Kazuto, dia menatap sinis dan diam di tempat seolah akan menerima serangan itu untuk pertama kalinya. Sementara Kazuto diam, Helen dan Laura sudah bergerak dan akan menyerang dari arah saming!
Tapi singa itu sungguh cerdas. Dia memang akan berusaha untuk waspada karena tahu salah satu dari mereka bisa menghilang, dan sekarang sudah dia lakukan.
Maka dari itu, singa dari jarak beberapa meter dari Kazuto, kemudian dia menciptakan tornado yang hendak melapisi dirinya. Tujuannya, agar Laura tidak bisa mendekat dan serangan Helen tidak akan bisa mengenai dirinya. Namun, singa itu masih meremehkan dan belum mengerti sedang berhadapan dengan siapa.
Dorrr!
Burung-burung saat itu berterbangan ke arah yang tidak jelas. Hewan-hewan masih belum mengerti apa yang terjadi sebenarnya, tapi yang pasti, mereka seolah sedang mendengar suatu hal yang sama seperti kemarin.
Iya, saat itu juga peluruh jauh lebih cepat dibandingkan ketika singa itu mulai mengeluarkan sihirnya. Tapi jaraknya tidak cukup untuk membuat peluru itu lurus sesuai dengan sasaran Kazuto, sehingga yang terjadi, peluru itu tidak cukup untuk menembus tengkorak si singa. Tapi tidak masalah, hanya sekadar menembus paha kanannya, itu sudah menjadi hal yang menakjubkan.
Kazuto tersenyum jahat di hadapan singa itu ketika singa itu masih tidak mengerti kenapa dia bisa terluka. Tapi yang pasti, dia marah besar sehingga mengeluarkan gelombang api yang begitu besar ke depan.
Kazuto melompat mundur ke belakang secara cepat sambil mengisi pelurunya kembali.
Dalam waktu yang bersamaan, Laura dalam mode menghilangnya, mengayunkan pedangnya dari jarak dekat. Tapi suara tebasan angin itu membuat singa itu melompat dan bergerak secara pincang, sehingga tebasan Laura tidak ada gunanya.
Kemudian, singa itu seolah mengumpulkan energi dari mulutnya dalam jangka waktu yang dekat, kemudian ledakan api memancar keluar secara panjang dan juga cepat ke arah Laura yang memang saat itu dalam kondisi menghilang.
Namun, sebuah kobaran api panas dengn titik suhu yang meningkat juga melesat. Melewat Laura yang saat itu sedang mundur ke belakang. dimana api itu kemudian membentur ledakan api milik singa tersebut sehingga mengakibatkan keduanya saling tertahan untuk waktu yang cukup lama.
Jika sebelumnya api milik singa itu mungkin akan melahap habis api milik Helen, tapi sekarnag titik suhunya mencapai kondisi yang seimbang. Walaupun memang sekarang api ini tertahan lebih lama, sebelum api milik singa itu mampu mendorongnya hingga api milik Laura seolah terdorong dan terlahap milik lawan.
“Singa sialan!”
Dorrr!
Tembakan kedua, tepat mengenai kaki depan kanan singa itu. Sekarang, keduanya benar-benar pincang! Singa itu meraung kesakitan, kekuatannya gagal untuk menyerang Laura, sebagai gantinya memang membuat menyebar kemana-mana sehingga memicu kebakaran di berbagai pepohonan.
“Aku penasaran, kenapa kalian berdua tidak menggunakan senjata yang aku ciptakan.” Kata Kazuto dengan sombongnya sambil meniup asap dari ujung flintlock tersebut.
Mungkin karena Helen atau mungkin Laura masih takut untuk menggunakannya, karena itulah mereka enggan untuk menggunakannya. Tapi tidak masalah bagi Kazuto, recoil dari senjata ini sungguh besar sehingga mungkin membuat mereka sulit untuk mengendalikan.
Darah berceceran di atas tanah. Singa itu meraung-raung kesakitan dan tidak bisa bergerak sedikitpun. Kedua kakinya pincang karena dua peluru bersarang. Itupun di kedua kaki depannya. Suara eraman singa agak memekakkan telinga, tanah jua begetar, seolah suaranya setara dengan peluru yang ditembakkan.
Kazuto mulai menunjukkan sifat yang agresif. Di dunia lama, memang manusia adalah seorang raja di bumi. Siapapun yang menghuni bumi seperti hewan, harus tunduk kepada sang raja. Jangan katakan bahwa puncak rantai makanan adalah harimau, atau mungkin singa, atau mungkin paus orca. Tidak! puncak rantai makanan yang sebenarnya adalah manusia. Itu kejam, dan itu fakta.
Untuk kesekian kalinya, singa itu mengaum keras! Tapi tidak hanya itu saja, tiba-tiba ada api yang melingkari singa itu dimana seperti sebuah dinding yang menjulang tinggi. Kemudian, api itu melebar secara cepat hingga mungkin akan membakar apasaja yang ada di radiusnya.
Kazuto terkejut!
“Berlindung dibalik batu atau pohon!”
Semuanya bergerak! Termasuk Kazuto itu sendiri yang kemudian dia berlindung dari balik pohon. Tidak, dia sudah memperhitungkannya bahwa api itu bergerak dengan cepat dan hanya memberikan efek panas yang melepuh. Paling tidak jika berlindung dari balik pohon, pohon itu tidak sepenuhnya akan hangus.
Sementara Laura dan Helen, mereka benar-benar kebingungan karena tidak yakin bahwa pohon-pohon itu mampu untuk menahan serangan dari singa api itu. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka pasrah dan hanya ada pohon sehingga pohon mereka gunakan untuk melindungi diri!
Wushh!
Kazuto dari balik pohon, bisa melihat api menyebar dari samping kanan dan kiri yang hanya melewatinya. Dia bisa melihat, apapun yang dilahap api secara cepat akan hangus seketika tak bersisa. Jantungnya berdetak kencang dan menelan ludah secara kasar, tapi secara bersamaan, dia juga mengisi peluru di Flintlocknya.
Api itu menyebar ke segala penjuru, membakar rerumputan dan dedaunan pepohonan hingga habis tak tersisa dalam sekali serangan. Batang pohon dari depan juga lansung hangus terbakar, dan untungnya, beberapa pohon yang memiliki batang tebal, bagian belakangnya masih bagus. Seperti yang diguanakan untuk mereka bertiga bersembunyi.
Kazuto segera keluar dari pepohonan dan menodongkan pistol. Tapi singa itu tiba-tiba sudah ada di depannya dengan kaki yang berdarah-darah dan hendak mengayunkan kaki depan kirinya. Tentu saja, dia kaget dan hampir bergerak ke belakang. Namun segera, dia menarik pelatuknya.
Sayangnya, singa itu lebih cepat mengayunkan kakinya dalam kondisi darah berceceran. Sehingga membuat tangan Kazuto tercakar dan membuatnya terhempas ke samping. Flintlock yang dia pegang juga terlempar sehingga dirinya tidak sedang memegang senjata apapun.
...****************...
Halo teman-teman, selamat datang di Novel pertama saya. Untuk teman-teman, jangan sungkan-sungkan untuk memberikan like dan komentarnya nya. Jangan sungkan juga untuk memberikan kritik ataupun saran agar author bisa berkembang lebih jauh lagi.
Oh iya, author cinta kalian semua
ayo mampir juga dinovelku jika berkenan