NovelToon NovelToon
Dipaksa Menikahi Tuan Muda Terbuang

Dipaksa Menikahi Tuan Muda Terbuang

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:38.4k
Nilai: 5
Nama Author: PenaBintang

Ruby Lauren dan Dominic Larsen terjebak dalam pernikahan yang tidak mereka inginkan.
Apakah mereka akan berakhir dengan perpisahan? Atau sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBintang , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Bryan

Ruangan itu gelap, hanya diterangi lampu tidur di atas meja yang redup. Dominic duduk di tepi ranjang, wajahnya menunjukkan kelelahan bercampur kegelisahan. Ruby terbaring tak sadarkan diri, napasnya teratur meski tubuhnya tampak begitu rapuh. Dengan hati-hati, Dominic mengusap pipi istrinya, sentuhan lembut yang tak biasa dari pria yang dikenal dingin dan tak berperasaan.

"Pasti kau ketakutan sekali, ya?" bisik Dominic dengan suara yang lembut.

Beberapa menit kemudian, Ruby mengerjapkan matanya. Perlahan, kesadarannya kembali. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling sebelum akhirnya tatapannya bertemu dengan mata tajam Dominic yang sedang memperhatikannya.

"Ruby." Suara Dominic terdengar lembut, hampir berbisik. Tapi reaksi Ruby tidak seperti yang dia harapkan.

Ruby tersentak, tubuhnya menegang, dan napasnya tiba-tiba menjadi cepat. Seolah-olah kilatan ingatan yang tertutup selama ini mendadak menyerbu pikirannya. Dia teringat jelas—Dominic berdiri di halaman belakang mansion, menembak mati satu per satu pelayan mereka. Darah mengalir dari kepala mereka, namun tatapan dingin Dominic saat itu begitu menakutkan.

"Ka-kau baru saja membunuh mereka semua…" Ruby bergumam pelan, namun cukup jelas untuk didengar Dominic. Dia merapatkan tubuhnya ke sisi ranjang, menjauh dari Dominic. "Jangan bunuh aku." Suaranya bergetar, penuh ketakutan.

Dominic membeku. Tatapan takut Ruby menancap di hatinya seperti belati. Dia tidak pernah melihat istrinya setakut ini sebelumnya—tidak kepadanya.

“Ruby, dengarkan aku,” kata Dominic, mencoba mendekat, tetapi Ruby menggeleng keras. Air mata mulai menggenang di matanya.

"Kau membunuh mereka… semua pelayan itu… Kau begitu kejam, Dominic. Apa aku akan bernasib sama?" Ruby terisak, tubuhnya gemetar.

"Tidak, kau mencintaiku bukan? Aku tidak mungkin membunuh orang yang mencintaiku," jawab Dominic, sorot matanya meyakinkan Ruby, bahwa wanita itu akan aman.

"Aku takut jika kau akan membunuhku juga, Dom," ucap Ruby lirih.

Dominic merasa sesak. Ia tahu momen ini akan datang, tapi ia tidak pernah menyangka betapa menyakitkannya melihat wanita yang dia cintai ketakutan setengah mati kepadanya. Dominic menghela napas panjang sebelum berusaha menjelaskan.

"Aku tidak punya pilihan, Ruby," ucapnya lirih. "Mereka semua adalah pengkhianat. Mereka bekerja untuk orang-orang yang ingin menghancurkan kita. Aku melakukan apa yang harus kulakukan untuk melindungi kita—untuk melindungimu."

Ruby menatap Dominic dengan mata penuh kecurigaan. "Melindungi? Dengan membantai orang-orang yang bekerja di mansion ini? Bagaimana aku tahu kau tidak akan melakukan hal yang sama padaku?"

Dominic meremas tangannya, berusaha menahan gejolak emosi yang memenuhi dadanya. "Aku tidak akan pernah menyakitimu, Ruby. Kau istriku. Aku percaya padamu dan kubiarkan masuk ke dalam kehidupanku yang penuh bahaya ini. Semua yang kulakukan, semuanya… adalah untuk memastikan kau tetap aman."

Namun, kata-katanya tidak serta-merta menghapus ketakutan Ruby. Wanita itu masih memandangnya dengan hati-hati, mencoba membaca niatnya.

"Jika mereka memang pengkhianat." Ruby akhirnya berkata dengan suara pelan, "kenapa kau tidak menyerahkan mereka pada hukum? Kenapa harus membunuh mereka?"

Dominic terdiam. Pertanyaan itu menusuknya dalam. Bagaimana mungkin dia menjelaskan kepada Ruby bahwa dunia tempat dia hidup tidak mengenal keadilan yang sama seperti yang diharapkan Ruby? Bahwa kelembutan hati bisa menjadi kelemahan mematikan di lingkaran kekuasaan yang penuh pengkhianatan!

"Dunia ini tidak seperti yang kau pikirkan, Ruby,” katanya akhirnya, suaranya dipenuhi keputusasaan. "Jika aku membiarkan mereka hidup, mereka akan kembali dan membunuh kita berdua. Aku tidak bisa mengambil risiko itu. Kau mungkin membenciku sekarang, tapi aku lebih memilih itu daripada kehilanganmu selamanya." Suara Dominic lirih, mengingat kembali masa lalu menyakitkan, di mana dia tidak bisa menyelamatkan Elisa. "Tolong...... percaya padaku, aku hanya tidak ingin hal itu terulang kembali. Aku tidak mau ada Elisa kedua lagi." Dominic memandang Ruby dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku hanya ingin kau aman, aku tidak mau kau menjadi korban dari semua permasalahan dalam hidupku, Ruby."

Air mata Ruby mengalir. Hatinya masih penuh ketakutan, tapi kata-kata Dominic meninggalkan jejak kecil keraguan dalam benaknya. Mungkinkah semua ini benar-benar demi dirinya? Atau Dominic hanya mencoba mencari pembenaran atas kebrutalannya?

Dominic mengulurkan tangannya, tapi Ruby tidak bergerak. Ia tidak memaksakan diri, hanya duduk di sana dengan tatapan terluka yang sulit disembunyikan. "Aku tidak meminta kau untuk percaya padaku sekarang. Aku hanya ingin kau tahu… aku mulai mencintaimu, Ruby. Itu tidak akan pernah berubah. Dan aku berjanji akan selalu melindungi mu. Tak akan aku biarkan mereka menyakitimu. Aku tidak mau gagal lagi kali ini."

Ruby menatap mendalam ke mata Dominic, mencoba membaca kejujuran di sana. Sorot mata pria itu tidak berkedip, tatapannya teguh. Ruby merasakan dentuman lembut di dadanya, tanda keraguan yang sejak tadi mendera hatinya mulai terkikis perlahan. Dominic mengucapkan setiap kata dengan suara yang tenang dan penuh keyakinan, membuat Ruby semakin yakin bahwa setiap kata yang terlontar adalah tulus.

Malam itu berlalu dalam keheningan. Meski Dominic tetap di sisi Ruby, jarak di antara mereka terasa begitu jauh, seolah ada jurang tak kasat mata yang memisahkan keduanya. Dan Dominic tahu, butuh waktu untuk menjembatani jurang itu—jika saja dia diberi kesempatan.

...****************...

Pagi harinya...

Ruby perlahan membuka matanya, merasakan hangatnya dekapan Dominic yang erat di sampingnya. Ketika pandangannya fokus pada wajah Dominic yang tertidur dengan damai, hati Ruby berdegup kencang.

Dia masih tercengang dan tak bisa mempercayai bahwa pria yang selama ini hanya diam, memiliki sisi gelap yang sanggup menghabisi musuh tanpa ampun. Dia merasakan kekhawatiran yang bergulat dengan perasaan aman di pelukan Dominic.

"Kau mengejutkanku, Dom," gumam Ruby.

"Kau masih terkejut?" tanya Dominic tiba-tiba.

Ruby melotot, dia pikir Dominic masih terlelap. "Siapa yang tidak terkejut. Kau selama ini sangat diam, aku tidak menyangka kau bisa melakukan hal seperti itu."

Dominic membuka matanya dan tertawa. "Apa kau lupa? Wanita yang sebelumnya menjadi istriku telah mati di tanganku?"

Ruby menelan ludah kasar. Dia merutuki dirinya karena melupakan hal sepenting ini.

"Tapi kau berbeda, aku tak mungkin membunuhmu, jadi jangan takut padaku," kata Dominic dengan cepat, dia melihat perubahan pada raut wajah Ruby.

"Baiklah, aku akan percaya padamu," sahut Ruby.

Dominic tersenyum, tangannya terangkat dan mengusap pipi Ruby, kemudian dia menarik dagu wanita itu dan melumat bibirnya. Mereka mulai tenggelam dalam ciuman panas pagi itu.

...----------------...

Sementara itu di suatu tempat..

"Sepertinya rencana kita berhasil," kata Bryan, kepada seseorang yang berdiri di hadapannya.

"Berhasil bagaimana? Dominic tidak hadir di pesta itu!" sahut pria itu, sambil melepaskan topeng wajahnya.

"Kau salah, dia hadir di sana dan dia juga yang membeli Clarissa, kakaknya Ruby!" ucap Bryan

"Benarkah? Jadi pria itu Dominic!? Bagaimana bisa aku tidak tahu!?"

Bryan berdecak. "Karena kau tidak memperhatikannya! Kau sibuk berbicara dengan orang-orang yang hadir di pesta itu!"

"Apa kau yakin pria yang membeli Clarissa adalah Dominic? Aku masih merasa ragu, dia tidak terlihat mirip dengan Dominic," kata pria tersebut.

"Aku yakin sekali, sebab pria itu pasti akan menyelamatkan keluarganya Ruby! Saat itu dia bahkan datang ke rumah Ruby," sahut Bryan penuh penekanan.

Pria yang baru melepaskan topeng itu terlihat begitu geram. Dia merasa kesal karena tidak berhasil menangkap Dominic, padahal pria itu sudah di depan matanya.

"Kau tidak perlu merasa marah, aku sudah memiliki rencana lain. Aku tahu tentang Dominic sekarang, dia memiliki markas. Ketika dia pergi ke markas, kita akan meledakkan Markasnya itu," ujar Bryan.

...****************...

1
safana
kayaknya itu bukan orang tua asli nya masak orang tua tega bunuh anaknya
safana
dom junior akan segera launcing
Tia
lanjut dong 😌
Lia Yanna
Luar biasa
yunidarwanti2
akhir biang kerok dr kekacauan dialami Dom bs trtangkap mreka siap di eksekusi 😁😁
Azril Rahadika
Linjut kk
Tina Andrianny
lanjit kak jngan lama lama update nya
Tia Dwi
lanjut
Ny. Lutolf
Gilak banget keluarga nya itu
Ny. Lutolf
lanjut Cici /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Tia
lanjut dong 😢
Ny. Lutolf
lanjut author kesayangan 😘
Ny. Lutolf
aduh Ruby, suami mu itu seorang mafia loh gausah lebay deh /Drowsy//Drowsy//Drowsy/


baru kali ni aku julid di lapak Cici /Grin//Grin/ maafkan aku yaa author kesayangan 😘
Ny. Lutolf
aduh Ruby kenapa lebay banget sih pake pingsan segala /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ny. Lutolf
lanjut Cici /Rose//Rose/
Ny. Lutolf
lanjut kakak ❤️
Ny. Lutolf
uhhh penasaran siapa deh /Chuckle//Chuckle//Chuckle/
yunidarwanti2
msh sembunyi Angelic blm nongol buat ngadepin Dominic nya org"sruhan apa hbungn Angelic dg Dom sih🤔🤔🤔
yunidarwanti2
siapa lg nih stelah mantannya Dom metong pelakor nih🙄🙄
yunidarwanti2
noh siapa yg terbakar wajahnya nih kakak Rubykah🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!