Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Rasanya Ayuna tidak bisa untuk tidak terkejut setelah dirinya memasuki mansion yang ia ketahui tempat dimana Lara dan Ibra tinggal selama ini. Bangunan ini bahkan jauh lebih besar ukurannya jika dibandingkan dengan kost-kostan yang pernah ia tinggali.
Tidak sampai disitu saja, Ayuna kembali dibuat menganga ketika Lara dan juga Farah menuntun dirinya menuju lantai dua dan memasuki sebuah ruangan yang Lara katakan adalah kamar untuk Ayuna.
"Ini beneran Yu barang-barangnya kamu cuma segini?" Dengan mulut yang masih menganga dan ekspresi wajah terkejut itu, Ayuna menganggukkan kepalanya dengan sangat pelan.
"Karena di sini udah ada ranjang, jadi ranjang yang kamu bawa ini untuk sementara di gudang dulu nggak apa-apa ya?" Kenapa Lara harus bertanya terlebih dahulu? Padahal kalau wanita itu mau membuangnya pun Ayuna tak akan mempermasalahkannya sama sekali.
"Nah, kalau gitu silakan kamu room tour dulu. Supaya kamunya juga lebih terbiasa nantinya." Semua barang kepunyaan Ayuna sudah tertata dengan rapi dibantu oleh beberapa pelayan Lara tentunya, hanya ada satu benda besar saja yang harus disingkirkan ke gudang.
"Udah sana, kok malah ngelihatin aku kaya gitu sih?" Tidakkah Lara tahu kalau Ayuna masih sangat terkejut saat ini sampai ia tak mampu membuka mulutnya sama sekali.
Tetapi karena Lara sudah meminta dirinya untuk berkeliling, maka Ayuna akan melakukannya dengan senang hati meskipun agak berdebar sedikit.
Ternyata setiap sudut yang Ayuna singgahi malah membuatnya semakin takjub, apalagi saat dirinya memasuki kamar mandi dan juga sebuah ruangan khusus yang difungsikan sebagai walk in closet.
Hey, bahkan pakaian yang ia miliki tak sampai mengisi setengah dari ruangan ini. Tapi kenapa Lara tidak memberikan sebuah lemari saja pada Ayuna?
"Gimana, Ayu suka nggak? Atau ada yang mau kamu ubah designnya?" Kamar sebagus ini, mustahil sekali Ayuna tidak menyukainya.
Bahkan saat dirinya masih kecil dulu, Ayuna seringkali berkhayal kalau dirinya akan memiliki kamar seperti tuan putri ini. Dan sekarang keinginannya telah tercapai meskipun dengan cara yang menurutnya tidak baik sama sekali.
"Enggak ada Mba, semuanya bagus dan saya suka sekali. Makasih banyak ya Mba Lara karena sudahi mengizinkan saya untuk menempati kamar ini." Benar, walau bagaimanapun Ayuna tetap harus berterima kasih pada Lara yang luar biasa baik hatinya.
"Aih kamu ini, ngomongnya jangan kaku gitu ah. Santai aja Yu, kamu kan bagian dari keluarga kita juga mulai sekarang." Keluarga ya? Memangnya Ayuna yang tidak jelas asal usulnya ini boleh bergabung menjadi anggota keluarga orang sekaya Lara dan Ibra?
"Oh iya Farah, minta semua pelayan kumpul di bawah ya. Aku sama Ayuna turun sebentar lagi, aku juga harus kenalin Ayuna ke mereka semua." Tak lama setelah perintah itu Lara lontarkan, Farah lantas beranjak pergi meninggalkan ruangan yang dulunya kosong itu.
"Kita ke kamarnya aku sama Mas Ibra yuk, selagi nunggu Farah nyuruh mereka buat ngumpul." Tidak bisakah Lara berhenti memberikan kejutan pada Ayuna? Sejujurnya hatinya saja masih belum siap untuk menerima semua ini.
"Eh? Nggak usah Mba, nggak sopan banget kalau saya malah masuk ke kamar kalian." Seolah sedang mengekspresikan kekecewaannya, Lara berdecak pelan dan mulai memasang raut cemberut di wajah pucatnya.
"Mana ada kaya gitu, ayo dong Ayu. Mau ya, aku maksa deh ini supaya kamunya mau." Nyatanya rasa tidak enak yang memenuhi relung hati Ayuna tadi malah luluh begitu saja kala mendengar suara Lara yang begitu mendayu merayunya.
Ayuna memang tidak menyetujui ajakan itu secara verbal, namun kedua tangannya sudah berada pada pegangan yang ada di belakang kursi rodanya Lara.
"Kamarku nggak jauh kok dari sini, cuma ada di lorong yang berbeda aja. Kalau kamu kan lorongnya belok kiri setelah tangga, nah kalau kamar kami belok kanannya. Let's go!" Sebenarnya Ayuna tidak perlu mendorong benda itu sama sekali karena yang Lara miliki adalah kursi roda yang bisa dioperasikan sendiri berkat bantuan mesin.
"Selamat datang!" Berkat bantuan Ayuna, Lara jadi tidak perlu mengerahkan tenaganya sama sekali untuk membuka pintu kamarnya yang ukurannya memang sangat besar.
Sesuai dengan apa yang ada di kepala Ayuna sejak tadi, kamar utama ini ukurannya jauh lebih besar dan juga designnya terkesan jauh lebih mewah. Berbeda sekali dengan kamar Ayuna yang terasa dingin, kamar Lara justru terasa begitu hangat.
"Masuk sana, terus kamu room tour lagi." Aneh, biasanya tidak ada tuan rumah yang akan mengizinkan orang asing untuk memasuki ruangan private ini. Tapi Lara malah menawarkan pada Ayuna secara cuma-cuma.
"Nggak perlu, Mba. Dilihat dari sini aja cukup kok." Karena merasa tidak enak dan lancang, Ayuna memilih untuk menolak tawaran itu dengan cara yang sangat halus agar Lara tidak merasa tersinggung.
"Huft yaudah deh, kalau gitu kita langsung ke bawah aja ya." Untuk permintaan yang satu ini, Ayuna tidak menolaknya sama sekali sehingga ia langsung mendorong kursi roda itu untuk memasuki lift yang posisinya tidak terlalu jauh dari kamar Lara.
Keren sekali kan? Bahkan di dalam bangunan ini juga terdapat lift, tapi Ayuna juga sangat mengerti kenapa Ibra sampai membuatkan alat ini.
Saat keduanya tiba di sana, semua pelayan yang mayoritasnya adalah wanita terlihat sudah berbaris dengan rapi dan langsung memberikan salam ketika melihat sang pemilik rumah muncul.
"Maaf ya saya malah ganggu kalian yang lagi kerja." Para pelayan itu lantas menggeleng pelan sebagai konfirmasi kalau mereka tidak terganggu sama sekali dengan hal ini. Toh ini juga bagian dari pekerjaan yang harus mereka jalani.
"Kenalin, ini Ayuna dan mulai hari ini dia akan tinggal di rumah ini juga. Saya mau kalian memperlakukan Ayuna selayaknya kalian memperlakukan Ibra selama ini." Mereka memang memberikan salam kepada Ayuna dengan cara membungkuk sampai membuat Ayuna gelagapan sendiri.
Namun sebenarnya mereka semua dibuat bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya gadis muda yang tiba-tiba saja Lara bawa pulang ini. Sayangnya mereka tidak memiliki keberanian yang besar untuk bertanya, takut malah kena potong gaji nanti karena kepo.
"Bersihkan kamar Ayuna juga ya tolong, kamar yang ada di lorong satunya. Pasti kalian juga sudah tau, kan?" Tentu saja mereka tahu dengan kamar kosong yang sebenarnya diperuntukan untuk tamu.
"Anu, nggak usah Mba. Saya bisa bersihin sendiri kok kamarnya, jadi biar saya aja." Permintaan Ayuna yang barusan mendapatkan penolakan keras dari Lara. Hah, padahal Ayuna paling tidak suka kalau daerah teritorinya dimasuki oleh sembarang orang.
"Usah ah, kan aku udah bilang kalau mulai hari ini tuh kamu anggota keluarganya aku juga. Jadi, udah seharusnya kamu dapatin pelayanan yang terbaik juga, jangan ditolak Ayu." Selalu saja Ayuna dibuat tidak bisa berkutik kalau Lara sudah melontarkan kalimat yang begitu panjang padanya.
Baiklah, kalau begitu Ayuna harus bisa bertahan berada di tempat yang baru ini dan mulai membiasakan diri mendapatkan pelayanan yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.
Hanya dalam beberapa hari saja, hidup Ayuna telah berubah total.
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/