Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
Shakila tidak tahu sekaya apa sebenarnya keluarga suaminya. Rumah yang ditinggali oleh mertua dan adik iparnya terlihat sangat mewah dan megah.
Saat mobil Adam datang, gerbang dibukakan oleh penjaga keamanan dan saat memasuki rumah pun ada yang membantu membuka pintu dari dalam.
Shakila pikir rumah seperti ini hanya ada dalam drama Korea, ternyata ada di dunia nyata dan rumah itu adalah rumah mertuanya.
Rumahnya mengesankan, tapi yang lebih mengesankan lagi pemilik rumah ini penampilannya sederhana dan tidak menunjukan mereka kaya.
Shakila pernah bertemu dan mengobrol dengan mertuanya, mereka sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka orang kaya.
"Tolong siapkan kamar untuk kakak ipar saya," ucap Adam pada salah satu pelayan disana.
"Baik, kak," pelayan langsung pergi untuk menyiapkan kamar Shakila.
Semua yang bekerja disana memanggil Adam, Abian dan Adiba sama seperti orang tua mereka memanggil mereka. Adam dipanggil kakak, Abian dipanggil mas, sementara Adiba dipanggil adek.
Meskipun rumahnya terlihat seperti rumah dalam drama Korea, tapi cara majikan memperlakukan para pekerjanya jauh berbeda dengan yang ada di drama Korea. Keluarga ini menganggap penjaga keamanan maupun pelayan seperti keluarga mereka sendiri.
"Mba mau minum apa biar saya buatkan?" ucap pelayan lain yang mengetahui Shakila istri Abian.
Karena pemilik rumah itu baik, para pelayan yang bekerja disana juga melakukan yang terbaik untuk membalas kebaikan majikan mereka.
Apalagi, para pelayan tahu bahwa banyaknya pelayan disana adalah supaya banyak orang yang mendapatkan pekerjaan di tengah sulitnya mencari pekerjaan di jaman sekarang.
"Tidak usah, makasih. Saya sedang puasa," Shakila menolak tawaran pelayan dengan sopan.
Sesuai dengan ketentuan, hari ini jadwal Shakila untuk melaksanakan puasa sunnah daudnya.
"Baiklah, kalau begitu saya izin ke belakang," pelayan itu pamit undur diri karena merasa sudah tidak dibutuhkan.
Ada pekerjaan yang harus mereka lakukan karena sebentar lagi waktunya jam makan siang.
"Mamah papah dan Adiba sedang diluar sekarang, nanti aku kasih tahu mereka mba disini," ucap Adam setelah pelayan pergi.
Sebenarnya, tujuan Adam menghubungi adik dan orang tuanya supaya tidak hanya berduaan dengan Shakila.
"Iya, terimakasih."
-
-
"Serius mba puasa? memang mas Abian tidak keberatan?" tanya Adiba saat kakak iparnya menolak diajak makan siang bersama dengan alasan sedang berpuasa sunnah.
"Kenapa mas Abian keberatan?" Shakila membalikkan pertanyaan Adiba.
Suaminya tentu saja tidak keberatan karena puasa sunnah adalah salah satu ibadah yang baik untuk dilakukan umat muslim. Shakila malah tidak mengerti kenapa Adiba harus menanyakan hal itu padanya.
"Ya... maksud aku, ada hal-hal yang tidak bisa kalian lakukan jika mba puasa. Mas Abian tidak keberatan?"
Adiba memberikan pertanyaan yang lebih jelas dari sebelumnya supaya Shakila mengerti maksudnya. Tapi ternyata susah sekali membuat Shakila mengerti.
"Hah?" Shakila berusaha mencerna maksud dari perkataan adik iparnya.
Puasa adalah menghindari makan dan minum secara sengaja. Sebagai umat muslim tentu saja Abian tidak akan keberatan karena memang begitulah puasa yang biasa mereka lakukan.
"Maksud kamu keberatan karena tidak bisa sarapan bareng?" tanya Shakila salah memahami maksud Adiba.
"Bukan itu," Adiba gemas karena kakak iparnya tidak mengerti maksudnya.
Adiba bingung harus bagaimana lagi menjelaskan pada kakak iparnya tentang maksudnya.
"Tapi mas Abian sibuk kerja sih kalau siang, paling kalian juga melakukannya juga malam kan?"
"Sarapan bukannya aktivitas makan pada pagi hari ya? memang bisa kalau malam disebut sarapan?"
Adiba menepuk jidatnya sendiri, "bukan itu, mba. Kalian kan suami istri, memang tidak pernah?"
Shakila semakin tidak bisa mencerna perkataan Adiba yang terdengar sangat rumit di telinganya.
"Tidak pernah apa?" tanya Shakila bingung.
"Sudah, sepertinya mas kamu memang tidak keberatan istrinya puasa," ucap Hanafi -papah mertua Shakila.
"Iya juga kan mas Abian punya dua istri," Adiba malah semakin bicara kemana-mana dan membuat Shakila bertambah bingung.
Masalahnya, Shakila dan Abian belum sejauh itu. Mereka belum 'melakukannya' meskipun sudah sering tidur di ranjang yang sama. Pikiran Shakila belum sampai kesana.
"Shakila, lebih baik kamu ke kamar saja istirahat daripada memikirkan ucapan Adiba," Annisa -mamah mertua Shakila akhirnya ikut bicara.
Sekarang, mereka berempat sedang berada di ruang keluarga. Hanya berempat karena Adam sudah pergi ke restonya.
"Iya, kamu istirahat saja kalau memang sedang puasa. Kami bertiga akan makan siang," ucap Hanafi menimpali istrinya.
"Iya, mah, pah," Shakila menuruti mertuanya pergi ke kamar untuk istirahat.
Shakila tidak terlalu memikirkan ucapan Adiba karena memang benar-benar tidak mengerti apa yang adik iparnya maksud.
"Jangan seperti itu lagi, Adiba. Masa kamu bertanya hal pribadi kepada mba kamu?" ucap Annisa menegur putrinya setelah melihat Shakila pergi.
"Iya maaf, mah."
-
-
Shakila diperlakukan dengan baik di rumah orang tua suaminya. Saat waktunya berbuka, pelayan mengantarkan makanan dan minuman ke kamar Shakila karena tahu Shakila tidak bisa makan di tempat yang membuatnya terlihat oleh orang lain.
"Terimakasih," ucap Shakila pada pelayan yang sudah mengantarkan makanan ke kamarnya.
Shakila memakai khimar karena tidak akan ada laki-laki yang masuk ke dalam kamarnya dan melihat wajahnya yang tidak tertutup burqa.
"Sama-sama, mba. Kalau mba butuh sesuatu nanti bisa cari saya," ucap pelayan itu sambil meletakkan makanan yang dibawanya keatas meja nakas.
"Iya, nanti saya cari kamu kalau butuh sesuatu," Shakila tersenyum menatap pelayan.
Sementara itu, Abian juga tersenyum setelah membaca pesan dari mamahnya. Tidak akan ada mertua yang bisa mengerti menantunya jika suami tidak memberikan perannya sebagai suami dan juga anak.
Abian yang memberitahu mamahnya tentang istrinya yang tidak bisa makan di tempat yang membuatnya terlihat orang lain. Atau, lebih tepatnya laki-laki lain.
Sebenarnya Adiba juga mengetahui itu, tapi takutnya Adiba lupa dan Shakila terpaksa harus menunjukkan wajahnya di depan laki-laki lain karena merasa tidak enak terhadap mertuanya.
"Suami kamu senyum terus dari tadi sambil lihatin handphonenya, jangan-jangan selingkuh lagi," sindir Nyai Aisyah.
Abian yang disindir langsung meletakkan handphonenya diatas meja. Tidak ingin mertuanya berpikir yang bukan-bukan terhadap dirinya.
"Awas ya, kalau sampai saya tahu kamu selingkuh dari anak saya, saya tidak akan memaafkan kamu!"
"Umi!" tegur Zahra tidak suka uminya mengatakan hal itu terhadap suaminya.
Zahra tahu seperti apa suaminya, Abian tidak akan pernah selingkuh darinya.
"Tidak usah membela suamimu!" ucap Nyai Aisyah masih mencurigai Abian selingkuh.
Abian yang tidak merasa dirinya selingkuh terlihat tenang. Ia menikah dengan Shakila juga karena Zahra yang memintanya dan itu tidak bisa disebut selingkuh.
Abian menikahi Shakila secara resmi dan bukan melalui hal yang tidak baik yang biasa dilakukan pasangan berselingkuh.
"Saya benar-benar tidak akan memaafkanmu jika kamu selingkuh dari anak saya," ucap Nyai Aisyah lagi.
Abian hanya diam. Bukan menantang atau bagaimana, tapi karena Ia mengetahui tabiat buruk mertuanya dan hal seperti ini sudah biasa.
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk