Pelakor

Richard menggigit bibirnya, keringat dingin membasahi dahinya. Ia tahu, perselingkuhannya dengan Syifa tak akan bisa disembunyikan selamanya. Alice, dengan kecerdasannya, pasti akan mengetahui semuanya. Dan saat itu tiba, Richard tahu, Alice akan mengusirnya tanpa ampun, sama seperti yang terjadi sebelumnya. Bayangan kemarahan Alice, kesedihannya, dan kecewaannya menghantuinya. Ia tak mau kehilangan segalanya.

Sebuah ide licik muncul di benaknya. Ia akan mengambil semua harta Alice, sebelum Alice mengetahui perselingkuhannya. Ia akan memanfaatkan momen ketika Alice sedang tertidur lelap, saat Alice lengah dan tak berdaya. Richard akan mengambil semua dokumen penting, surat-surat tanah, dan dokumen perusahaan. Ia akan memindahkan semua aset atas namanya, sebelum Alice sempat bereaksi. Dengan begitu, meskipun Alice mengusirnya, ia masih memiliki sesuatu yang bisa diandalkan. Ia akan meninggalkan Alice tanpa apa pun, sementara ia bisa hidup nyaman dengan Syifa dan harta rampasannya. Rasa bersalah menggerogoti hatinya, namun keserakahan dan ketakutan lebih kuat. Ia memutuskan untuk melanjutkan rencana liciknya. Ia harus melindungi dirinya sendiri, biar pun dengan cara yang tidak adil dan kejam.

Malam itu Syifa kerumahnya Richard dan di bantu oleh Richard,

Syifa tersenyum licik, menatap surat-surat penting yang baru saja ia ambil dari brankas Richard. Tangannya gemetar sedikit, bukan karena takut, tapi karena kegirangan. Rencananya berjalan sempurna. Guna-guna yang ia gunakan untuk mengendalikan Richard bekerja dengan cepat dan efektif. Alice, yang tengah tertidur lelap, tak menyadari apa yang terjadi. Syifa telah memanfaatkan kelelahan Alice setelah perdebatan hebat mereka, menunggu momen yang tepat untuk melancarkan aksinya.

Syifa dengan hati-hati memasukkan surat-surat itu ke dalam tasnya. Ia tak mau meninggalkan jejak, tak mau memberi Alice kesempatan untuk mengetahui apa yang telah terjadi. Ia tahu, jika Alice mengetahui perselingkuhan mereka dan mengetahui bahwa Richard telah mentransfer semua asetnya atas namanya, Alice pasti akan melawan. Syifa tak mau mengambil risiko. Ia harus memastikan bahwa Richard sepenuhnya berada di bawah kendalinya, sebelum perselingkuhan mereka terbongkar.

Syifa melangkah keluar dari kamar Richard, menutup pintu dengan perlahan. Ia tersenyum puas, menatap bayangannya di cermin. Ia telah menguasai Richard, ia telah menguasai semua harta benda Richard. Alice, dengan segala kelemahannya, tak akan mampu melawannya. Syifa telah memenangkan permainan ini.

Pagi itu seperti biasanya Alice bangun, Alice tidak menyadari bahwa semua hartanya sudah beralih nama.

" mas kamu baru bangun" ujar Alice

" iya sayang ada meeting mendadak."ujar Richard.

Dia menghabiskan sarapannya lalu pergi ke kantor, sedangkan Alice langsung menuju kamar mandi dan mandi Alice merasa curiga pada suaminya itu.

Dia mempercepat mandinya dan mempercepat semuanya dia berharap Richard belum pergi, setelah semuanya siap

Alice langsung keluar kamar dan menuju teras, sebelumnya dia telah mengambil kunci mobil dan tasnya, dilihat suaminya sudah memasuki mobil dan hendak pergi

Alice buru-buru ke mobilnya dan segera mengikuti mobil suaminya itu

Alice menguntit mobil Richard dari kejauhan. Ia merasa takut dan curiga dengan perilaku Richard yang mendadak aneh. Ia bertekad untuk mencari tahu ke mana Richard pergi.

Mobil Richard berhenti di depan sebuah rumah. Alice memperhatikan dengan seksama dan melihat Richard keluar dari mobilnya. Ia kemudian mendekati rumah itu dan melihat seorang wanita yang menyambut Richard dengan senyum manis.

"Richard," gumam Alice, dengan suara yang bergetar karena marah. "Kamu berani mengkhianatiku?"

Alice kemudian melihat dengan jelas wajah wanita itu. Ia mengenali wanita itu. Wanita itu adalah Syifa, wanita yang pernah menjadi selingkuhan Richard beberapa waktu yang lalu.

"Syifa," gumam Alice, dengan suara yang penuh kemarahan. "Kamu berani merebut suamiku?"

Alice merasa sangat marah dan terluka. Ia tidak menyangka bahwa Richard akan mengkhianatinya lagi.

"Aku akan membongkar kejahatanmu," gumam Alice, dengan suara yang penuh tekad. "Aku akan membuat kamu menyesal."

Alice kemudian menarik handphone-nya dan menghubungi teman-temannya. Ia berharap teman-temannya bisa membantunya untuk membongkar kejahatan Richard dan Syifa.

"Aku harus menghukum mereka," gumam Alice, dengan suara yang penuh kemarahan. "Mereka harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka."