Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)
....
Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
"Lo dimana, sih? Gue tadi ke rumah lo tau gak. Malah gak ada,"
"Maaf, Man, gue lagi jalan sama pacar."
Salsa menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan suara aneh yang menyebabkan temannya itu curiga.
"Pacaran mulu deh lo. Rafli selalu sibuk, gak pernah ajak gue quality time. Pagi tadi malah bikin gue kesel coba?"
Salsa memegang lembut lengan kekasihnya dan tersenyum miring. "Gak akan gue biarin Rafli sering bertemu lo, Man," batinnya tersenyum jahat.
Ya, Rafli kekasih Amanda malah berselingkuh dengan Salsa, sahabat dekat Amanda.
"Mau bagaimana lagi? Kekasih kita beda, jadi ya beda sifat." kilah Salsa begitu meyakinkan.
Rafli yang mendengar itu tersenyum miring. Tangannya bergerak masuk ke dalam rok mini yang dipakai oleh selingkuhannya.
"Sssttt,," desah Salsa tertahan. la memegang pergelangan Rafli agar pergerakan tangan pria itu tidak semakin jauh.
"Lo benar. Ya sudahlah, gue mau pemotretan dulu dan lo, lain waktu sempetin quality time sama gue. Gak kangen shopping bareng emang?" Amanda terdengar mengomel pada temannya itu.
"Hehe, iya. Semangat cari cuan nya, teman... Nanti pas shopping bayarin, oke?" Salsa cekikikan.
"Ah, gampang itu." Amanda tipe cewek yang royal, ia tidak pernah mempersalahkan berapa uang yang habis hari ini demi kebahagiaan dirinya sendiri. la suka membantu, maka menghabiskan uang untuk orang termasuk kebahagiaannya. Entah bagaimana reaksinya kalau teman yang sering ia traktir itu telah menusuknya dari belakang.
"Sahabat gue emang the best." puji Salsa yang sebenarnya ingin muntah.
"Dari dulu, sih. Udah dulu, ya."
Panggilan itu diakhiri oleh Amanda. Salsa meletakkan ponselnya dan menghadap Rafli yang sedari tadi menggodanya.
"Kamu ini, ya..." gemes Salsa mencubit kedua pipi Rafli pelan.
Rafli memeluk mesra selingkuhannya itu. "Kamu masih berteman baik dengannya," ia tersenyum miring.
Salsa mengacak-acak rambut Rafli dan terkekeh. "Selagi hubungan kita masih tidak diketahui olehnya, semua akan tetap baik."
"Untuk itu tidak perlu kamu memaksaku untuk cepat-cepat mengakhiri hubunganku dengan Amanda,"
Salsa mendengus kesal mendengar perkataan kekasihnya. "Aku tidak ingin berbagi kamu," ketusnya.
"Hm? Bukankah aku lebih sering menghabiskan waktu denganmu?"
"Itu karena aku memberikan apa yang tidak bisa Amanda berikan."
Rafli terkekeh dan mengendus perut rata Salsa. Posisi Salsa berdiri dan Rafli duduk sambil memeluk kekasihnya itu.
"Kamu sendiri yang menawarkan diri lebih dulu. Dan sekarang, jangan marah ketika aku mulai kecanduan."
"Raf hhh.."
"Iya, Sayang?" Rafli tersenyum puas dan ia melanjutkan aksinya.
***
Malam harinya, Aditya terus memikirkan penawaran dari Amanda. Ia melirik anaknya yang tidur diatas tubuhnya sambil ia tepuk-tepuk pelan punggung anaknya.
"Kamu sepertinya menyukai Amanda, bukan? Bagaimana kalau ayah menitipkan mu padanya. Lagian, dia menyukai anak kecil dan tidak mungkin melukaimu," gumamnya seraya membaringkan anaknya secara perlahan.
Amanda tersenyum melihat wajah lelap anaknya. Wajah Zyan begitu persis dirinya, ia benar-benar menyayangi Zyan.
Cup
Aditya mengecup pipi gembul anaknya lama. Aroma bayi dari tubuh anaknya begitu menenangkan. la melirik botol yang berisi susu pemberian dari Amanda yang masih ada sisa sedikit.
"Susu ini akan basi jika sampai esok hari," imbuhnya menatap susu tersebut. "Dibuang sayang,"
Aditya mengambil botol berisi susu itu dan menciumnya. Alisnya sedikit terangkat karena baunya tidak seperti susu formula yang biasanya ia beli.
"Susu apa ini? Zyan begitu menyukainya," gumamnya bingung. Mulutnya pun terbuka dan mencoba susu itu sedikit.
"Baru pertama kali aku mencoba susu ini, terasa lebih gurih dan segar."
Kenapa Aditya mengetahui rasa susu? Semenjak mantan istrinya tidak ingin menyusui Zyan, ia sering membeli susu formula dengan berbagai jenis dan ia coba terlebih dahulu. Tujuannya, agar ia mengetahui susu apa yang disukai dan cocok untuk anaknya.
Aditya mengangkat bahunya terlihat raut wajah yang kebingungan. Dari pada penasaran, ia memilih untuk menghubungi Amanda dan menanyakan apa nama produk itu dan dimana membelinya.
"Semoga dia belum tidur," harap Aditya yang sedikit ragu menghubungi Amanda.
"Halo?"
Aditya menarik napas dan mengelus dadanya pelan. "Selamat malam, Nona."
"Selamat malam. Kamu kurir paket itu, bukan? Apa kamu setuju dengan penawaran ku tadi siang?" tanya Amanda bersemangat.
Aditya tersenyum tipis mendengar nada semangat dari Amanda. "Saya belum memutuskannya, Nona. Saya menelepon hanya ingin bertanya,"
"Tanyakanlah."
"Kalau boleh tau, Nona beli susu itu dimana? Dan apa merk dari susu tersebut?" tanya Aditya pelan.
Aditya melihat ponselnya karena tidak terdengar suara dari Amanda. "Masih terhubung," batinnya yang melihat panggilan mereka masih terhubung.
Nona?" panggil Adit.
"Eh, iya?"
"Bisa jawab pertanyaan dari saya, Nona?" pinta Aditya yang benar-benar ingin mengetahui susu tersebut agar ia bisa membelikannya untuk sang anak.
"Ah itu, anu.. Itu susu asli,"
"Susu asli? Nona sudah menikah?" bingung Aditya yang setahunya model cantik itu belum menikah bahkan pacarnya saja tidak diketahui.
"Belum. I-itu susu asli dari pembantu saya, dia baru melahirkan dan anaknya meninggal. lya, itu susu dari pembantu saya." bohong Amanda.
Aditya manggut-manggut paham, pantas tadi anaknya ingin menyusu langsung dari sumbernya. Mungkin anaknya tahu kalau susu yang diminum itu susu asli dari sumbernya.
"Baiklah kalau begitu, Nona."
"Eh, makanya aku nawarin buat rawat anakmu. Jadi, anakmu bakal dapat ASI dari sumbernya langsung dan pertumbuhannya jauh lebih sehat dan bagus. Bagaimana?"
Aditya melirik anaknya sejenak dan memikirkan ucapan Amanda yang ada benarnya.
"Saya takut merepotkan, Nona."
"Udah, gapapa. Ini aku yang menawarkan, bukan kamu yang meminta."
Aditya menghela napas pelan. "Baiklah, besok saya akan datang pagi-pagi ke rumahmu, Nona." putusnya.
"Gitu dong. Aku tunggu,"
Amanda tersenyum lebar setelah menerima telepon dari Aditya. "Akhirnya asi-ku berguna," senangnya.
la membalik badannya jadi tiarap dan bayang-bayang tadi siang saat di taman melintas dalam pikirannya. la menenggelamkan wajahnya di bantal dan kakinya menghentak-hentak kasurnya.
"Malu banget.... Untung kurir paket itu tidak curiga, huhu.." wajah Amanda tiba-tiba memerah karena malu.
Setengah jam meratapi rasa malunya, Amanda mengangkat wajahnya dan mengambil ponselnya. la membuka whatsapp dan memencet profil kurir paket yang bersama anaknya itu.
"Ayah dan anak ini mirip sekali," Amanda terkikik sendiri memperhatikan foto Adit yang tengah menggendong Zyan.
Amanda gadis yang ceria dan tidak terlalu memikirkan masalahnya. Lihatlah ia, ia tidak memikirkan pacarnya yang tidak ada kabar itu dan lebih memikirkan kejadian esok hari, yang dimana ia akan merawat anak dari seorang kurir paket.
"Eh? Besok 'kan aku ada pemotretan pagi. Sedangkan kurir itu akan mengantar anaknya pagi-pagi," Amanda membalik badannya telentang.
"Gak apa-apa, deh." ujarnya seraya memejamkan matanya. la akan tidur dan menyambut esok hari dengan semangat yang luar biasa.
"Baby Zyan," gumam Amanda tersenyum disela tidurnya.
Esok paginya, Amanda turun ke lantai utama dengan semangat membara. Senyum cerah terukir indah di wajah cantiknya.
"Selamat pagi, Bella...." sapanya pada sang manager.
Bella terkekeh pelan melihat semangat yang tidak biasa dari majikannya itu. "Selama pagi, Nona." jawabnya.
"Bella, apakah bisa pemotretan dilakukan disini saja? Tempatku bagus-bagus kok," pinta Amanda agar pemotretan dilakukan di rumahnya saja.
"Saya akan menghubungi mereka dulu, Nona."
Amanda mengangguk pelan dan memulai sarapannya. "Pokoknya mereka harus mau."
"Saya usahakan, Nona."
"Hm,"
Bella pun menjauh dari meja makan agar ia tidak mengganggu Amanda sarapan. Amanda sarapan dengan senyum yang tiada henti menghiasi wajahnya.
"Bi, aku akan mengadopsi bayi dan pagi ini bayinya akan datang." ungkap Amanda senang.
Bibi yang tengah meletakkan beberapa buah itu terhenti pergerakannya karena perkataan sang majikan.
"Apakah Tuan besar dan Nyonya tau, Non?" wanita paruh baya itu bertanya.
Amanda mengangguk. "Mereka setuju, kok. Lagian, aku hanya merawatnya siang hari dan malamnya dia bersama ayahnya." jelasnya.
"Baiklah, Non."
"Non,"
Amanda dan pembantunya itu menoleh kearah satpam yang tiba-tiba datang itu.
"Ada apa, Pak?" tanya Amanda bingung.
"Kurir paket yang membawa bayi itu datang untuk bertemu denganmu," beritahu sang satpam.
Mendengar perkataan satpamnya, Amanda terlihat kegirangan. "Suruh dia masuk, Pak."
"Baik, Non." satpam tersebut lekas kembali ketempat asalnya.
Amanda sudah tidak sabar menunggu kurir itu masuk. la menghabiskan sarapannya terlebih dahulu dan meneguk air minumnya. Ia mengajak pembantunya itu ke ruang tamu untuk menyambut kedatangan baby Zyan.
Setibanya diruang tamu, bertepatan dengan Adit yang baru masuk. Baby Zyan menatap rumah besar nan mewah itu dan matanya tidak sengaja melihat kearah Amanda.
"Mamma," celotehnya.
"Hai, Zyan...," semangat Amanda menyambut kedatangan ayah dan anak itu.
Aditya tersenyum canggung, namun ia juga heran saat melihat pembantu Amanda. "Apa itu pembantu yang Amanda maksud? Dia masih mampu melahirkan?" batinnya bertanya-tanya.
Pasalnya, pembantu Amanda itu kemungkinan berusia 50 tahun dan mustahil usia segitu masih melahirkan.
Amanda menatap Aditya dan beralih menatap pembantunya yang tengah ditatap kurir paket itu. "Ada apa?" tanyanya pada Aditya.
Aditya tersentak dan menatap Amanda penuh arti. la lantas mendekat dan berbisik. "Nona yakin kalau dia baru selesai melahirkan? Dia sudah tua," bisiknya.
Amanda melirik pembantunya dan mengumpat untuk dirinya sendiri. "Bodoh sekali aku ini, astagaaa..." batinnya.
Amanda tertawa canggung. "B-benar kok. Kamu mau lihat?" tawar Amanda sengaja.
Aditya refleks menggeleng kuat. "T-tidak, Nona. Saya titip Zyan, ya." ia segera memberikan sang anak pada Amanda.
Amanda menerima anak itu dengan senang hati. "Kamu tenang saja. Baby Zyan tidak akan kesusahan jika bersamaku,"
"Terimakasih, Nona." Aditya menunduk sopan.
"Nen," dasar Zyan. Baru saja berada di gendongan Amanda, ia sudah menepuk-nepuk payudara gadis itu untuk meminta susu.
Amanda tersenyum canggung kearah Aditya. "Tau banget ini bayik kalau gue bisa netein dia," batinnya. Aditya hanya tersenyum kaku dan berpamitan untuk pergi. "Semoga kamu suka dititipin disini, Zyan." batinnya.
Amanda menatap punggung Aditya yang mulai menghilang itu. la bernapas lega dan menatap Zyan yang sudah mengendus dadanya.
"Untung aku belum memeras asi pagi ini," batinnya lega.
"Nen," pinta Zyan lagi.
Amanda terkekeh gemes melihat wajah Zyan yang lucu saat meminta asi. "Iya, Sayang."
🌸🌸🌸🌸🌸