Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMBASMI
"Apa kesalahan putriku, hingga dia seperti ini?" tanya Ageele sedih.
Kini Gloria berada di ruang perawatan intensif. Gadis itu belum sadarkan diri. Ia masih koma. Efek kelelahan dan panik juga trauma, menjadi penyebab ia masih setia memejamkan mata.
Semua alat penunjang menempel pada tubuhnya. Detak jantung dan tekanan darah yang sangat lemah. Luein menatap gadis rivalnya itu.
"Gloria!" panggilnya.
Ada pergerakan di sana. Gloria merespon panggilan Luein. Ia pun memanggil rivalnya itu lagi.
"Gloria bangun! Kau tak rindu kah mengataiku?" tanya Luein.
Lagi-lagi gadis itu merespon.
Dokter masuk dan hendak memeriksa pasien, cukup terkejut dengan respon Gloria terhadap suara Luien.
"Panggil dia lagi!" titah dokter.
"Gloria bangun!" sentak Luein nyaris serak.
Gadis itu nyaris emosi melihat rivalnya belum sadarkan diri. Dokter terus memberikan treatment untuk menyadarkan pasien. Sayang, Gloria belum bisa dipulihkan, ia masih koma.
Luein pasrah. Ia sudah mencoba, tetapi kesehatan fisik rivalnya sedang lemah.
"Memang pasien masih koma, hanya jika detak jantungnya bisa stabil, ia akan lepas dari koma. Mungkin dia butuh istirahat banyak, sebaiknya semuanya pulang, biar kami yang menanganinya," ujar dokter menyarankan.
Ketika di luar, Ageele mengucap terima kasih pada Adrian, Alex dan Vic. Tiga pria ternama yang ada di industri bisnis. Ia merasa beruntung putrinya bekerja di perusahaan yang tepat.
"Saya sengaja menyuruhnya untuk magang di perusahaan lain., karena menginginkan dia mandiri," jelasnya.
"Tuan, saya juga merupakan suatu kehormatan bisa berkenalan dengan anda, salah satu pebisnis hebat," sahut Adrian menjabat tangan pria itu.
"Ya ... walau sebenarnya saya kalah dengan ...."
"Diana, bukankah kau ingin mengatakan sesuatu tadi. Kenapa Jessy mengincar Gloria?" tanya Luein memotong pembicaraan Tuan Ageele.
Bukan ia tak sopan atau apa. Hanya saja, ia masih tidak ingin ada yang tau siapa dirinya. Ageele mengernyit bingung.
"Oh, iya Tuan. Saya lupa mengatakan jika Jessy berniat menjual kegadisan Gloria. Ia menjualnya pada seorang pengusaha, entah siapa namanya," jelas Diana.
"Waktu di klub itu adalah awalnya. Saya yang ada di toilet tidak sengaja mendengar percakapan Jessy dan Anneth. Saya yakin jika Brenda ada di sana juga," lanjutnya.
Muka Ageele langsung mengelam ketika mendengar jika anak gadisnya akan dijual pada pria hidung belang. Tangannya mengepal. Bahkan Luien begitu terkejut mendengar betapa jahat dan liciknya pada gadis-gadis itu.
Vic juga sangat murka. Giginya hingga berbunyi karena bergesekan. Gadis itu sudah terpatri di pikirannya. Sedang Hugo tercenung mendengar perkataan Diana.
"Apa dia tak berpikir, siapa yang ia lawan?!' tanya Ageele geram.
Ponselnya tiba-tiba berdering. Ageele mengangkatnya.
"..........!"
"Apa katamu, ia memakai pengacara terkenal itu dan uang jaminan tinggi?" tanya Ageele.
"Baik, minta jaminan satu juta dolar cash!" lanjutnya memberi perintah lalu menutup ponselnya.
"Ayah ketiga anak itu juga pemilik sebuah perusahaan. Aku tak bisa membalas sakit hatiku, karena perusahaanku tak memiliki kerja sama dengan perusahaan profit!" keluhnya.
Ageele menatap Luein. pria itu memohon sesuatu pada gadis itu. Namun,.Luien hanya menunduk. Rumor tentang dibuangnya Luein sempat sampai di telinga Ageele.
"Jangan khawatir, Tuan Ageele. Biar kami yang mengurus tiga gadis itu," sahut Adrian meyakinkan.
"Baik lah Tuan. Sekali lagi terima kasih," ucapnya lalu membungkuk hormat.
Kini, semuanya kembali ke kediamannya masing-masing. Luein tak bisa memakai mobilnya yang sudah ringsek bagian depannya karena menabrakkan benda itu.
"Terpaksa, aku menservis nya," ujarnya bermonolog.
"Aku akan mengantarmu," ajak Alex lalu memberhentikan taksi yang melintas.
Hari sudah mulai malam. Diana diantar oleh Adrian dan Vic menggunakan mobil mereka.. Adrian sudah mengetahui jika kakaknya menjadi kekasih gadis yang ia sukai tadinya. Vic, yang menyetir. Sedang Hugo menggunakan taksi daring yang sudah dipesankan Alex dan sudah dibayarnya.
"Pulanglah, jangan khawatir aku sudah membayar ongkosnya," titah Alex menenangkan pria itu.
Hugo mengangguk dan mengucap terima kasih. Setelah Hugo naik taksinya. Barulah Luien bersama Alex naik taksi yang lain.
Butuh waktu dua puluh menit mereka sampai di apartemen Luien. Sebuah apartemen sederhana, Alex mengantarkannya hingga depan unitnya. Suasana sudah sepi karena orang-orang sudah nyaman di peraduan mereka.
"Kau tak mengajakku masuk?" tanya Alex mesra.
"Aku sudah terlalu lelah Tuan," jawab Luein.
"Tuan?" Alex lagi-lagi tak menyukai sebutan dari gadis itu.
"Ah, maaf. Aku sudah terbiasa," sahut Luein lalu tersenyum.
Alex memaksa dirinya masuk dan menutup pintunya. Pria itu mendesak gadis itu hingga ke tembok dan mengurungnya di sana.. Alex menciumnya. Luein langsung memalingkannya wajahnya.
"Luein!" panggilnya dengan napas memburu.
Gadis itu menatap iris hijau di hadapannya.
"Just one kiss, please!' pinta pria itu.
Dengan jantung yang berdebar, Luein memejamkan mata ketika mulut Alex bergerak di bibirnya. Sebuah pagutan pelan di sana. Perlahan Luien menikmatinya.
Gadis itu tak tahu mesti melakukan apa. Ia minim pengetahuan tentang ciuman dan sejenisnya. Bahkan, ketika ciuman itu makin menutut. Luein menahan napasnya.
Merasakan jika gadisnya benar-benar buta akan berciuman. Alex akhirnya menghentikan aksinya. Lalu mencium bibirnya bertubi-tubi.
"Aku mencintaimu, Luein," ungkapnya jujur.
Sedang Luien langsung menghirup napas rakus. Melihat mulut gadisnya terbuka. Lidah Alex langsung menyelusup ke dalam dan mengeksplor di sana. Luein kembali tergagap. Lagi-lagi ia menahan napas.
Alex kembali melepas ciumannya, setelah Luien mendorong tubuhnya kuat-kuat gadis itu sudah kesulitan bernapas.
"Sayang ...," panggilnya dengan napas menderu.
"Alex ... aku mohon, pulang lah!" pinta Luein juga dengan napas tersengal.
"Iya,.sayang, aku pulang," ujar Alex dengan berat hati melepas kukungannya.
Rona merah menjalar di pipi Luien ketika pria itu kembali mencium bibirnya dan mengucap kata cinta.
"I love you too," sahut Luein membalas ungkapan Alex.
Kini ia berada di kamarnya. Ayahnya baru saja menelepon dirinya.
"Kau tidak apa-apa sayang?" tanya Ludwina khawatir.
"Iya, Mama. Aku baik-baik saja," jawab gadis itu.
"Lalu bagaimana dengan Gloria?" tanya Ludwina juga cemas.
"Dia masih koma, tetapi, jika jantung dan tekanan darahnya stabil, mungkin ia akan cepat pulih," jawab Luien menjelaskan.
"Baiklah sayang, tadi Tuan Ageele menelepon Daddymu meminta bantuan, bagaimana menurutmu?" tanya Ludwina lagi.
'Bicaralah dengan Daddy-mu, oke," lanjutnya.
"Hon," panggil pria itu.
"Perbuatan Jessy sudah keterlaluan,.ia harus mendapat ganjarannya berikut teman-teman yang mendukungnya!' ucap Luein tegas.
"Baik sayang. Daddy akan membantu rivalmu itu," sahut Deon.
"How do you know that?" desis Luien tak percaya.
"Sayang, aku ayahmu. Kau pikir aku tak tak tahu apa yang kau lakukan setelah ini?" tanya pria itu sedikit kesal.
Luein terkekeh mendengarnya.
"Sayang, Daddy pastikan semuanya, jadi jangan khawatir oke?" ujar Deon menenangkan.
"Baik Dad, good nite and love you all," sahut gadis itu.
'Oke nite baby, we more love you," sahut Deon di seberang telepon.
Deon menutup sambungan teleponnya. Pria itu pun melakukan satu panggilan pada sosok tampan yang selalu siap siaga.
"Ken ... derek mobil Nona muda mu di halaman rumah sakit dan bereskan tiga gadis itu!" titahnya.
"......!"
Deon menatap nyalang dengan gigi geraham mengerat.
"Tidak ada yang boleh membuat putriku direndahkan lagi. Aku pastikan tercabut hingga akarnya!" ancamnya.
bersambung.
mampus loh Jess, Anneth dan Brenda
next?