Aku Bukan Penghianat

Bagus ragu ketika melihat rumah Sania agak sepi. " Katanya ada acara , tapi kok sepi begini, apa aku pulang saja ya ...".

Bagus pun berbalik kembali ke mobilnya. Tangan Bagus baru mau membuka pintu mobil , tapi berhenti karena panggilan dari Sania.

" Gus....mau kemana , kenapa enggak langsung masuk aja sih ". Sania menarik tangan Bagus untuk masuk ke dalam rumahnya.

" Apa hanya aku saja tamunya , mana yang lain ...kamu bilang mengundang teman - teman kamu , tapi kok sepi begini ?".

" Mereka belum datang Gus ".

Sampai kapan pun mereka juga tidak akan datang Gus....karena aku memang tidak pernah mengundang teman - temanku , sorry Gus aku berbohong supaya kamu mau datang kemari ...

" Jadi aku terlalu cepat datangnya ya ".

" Tidak apa , aku malah senang , jadi kita bisa berduaan lebih dulu ".

Sania menyiapkan minuman untuk Bagus.

" Minum dulu Gus, sambil nunggu teman - temanku enaknya kita ngapain ya ". Sania pura - pura berfikir , sambil sesekali melihat Bagus yang mulai minum minuman buatan dirinya, ia juga tidak lupa melongok ke luar melihat apakah ada temannya yang sudah datang.

Tak lama ...Bagus merasakan rasa kantuknya datang, " Aku kok jadi mengantuk sih ". Gumam Bagus.

" San , teman - teman kamu kapan sampainya , kayaknya aku mau pamitan pulang saja , aku merasa tidak enak badan ". Bukan tidak enak badan , tapi ia sudah meminum minuman yang di beri obat tidur oleh Sania.

Bagus berdiri , ia terhuyung bahkan hampir saja terjatuh karena menahan rasa kantuk yang tidak tertahankan.

Sania dengan sigap menahan tubuh Bagus. Bibirnya menyeringai , " Sini Gus biar aku bantu !". Ucap Sania , ia memapah tubuh Bagus dengan susah payah, tapi bukannya menuju pintu keluar , Sania malah membawa Bagus ke kamar tamu yang terdekat dengan tempat mereka duduk tadi.

Di antara kesadarannya yang tinggal sedikit, Bagus masih sempat protes pada Sania. " Kok ke kamar sih , aku mau pulang San....". Penolakan Bagus tidak ada artinya, karena sesaat kemudian tubuhnya langsung ambruk ketika sudah sampai di pinggir kasur.

" Hufffttt akhirnya kamu tidur juga Gus....saatnya mulai pertunjukkan , maafkan aku Gus, cuma dengan cara ini aku bisa memiliki kamu ".

" Masa bod doh kalau nanti kamu marah , yang jelas kamu tidak akan bisa mengelak jika aku punya bukti akurat yang akan memberatkan kamu ".

Sania melucuti semua pakaian Bagus, lalu ia tutup dengan selimut. Setelah itu ia pun melucuti semua pakaiannya , ia pun ikut masuk ke dalam selimut yang sama dengan Bagus.

Sementara di rumahnya Iza merasa ada yang janggal , " Perasaan semalam aku tidak mendengar suara mobil deh , apa mungkin Mas Bagus tidak pulang ya ".

Iza pun memberanikan diri mengetuk pintu kamar Bagus.

Tok..tok..tok.....

" Mas Bagus....Mas....Mas Bagus.....Mas !!!". Tak ada jawaban dari dalam sana.

Iza mencoba membuka pintu kamar itu, dan ternyata tidak di kunci .

" Sepi...tempat tidurnya pun masih rapi , berarti Mas Bagus tidak pulang , apa dia menginap di rumah orang tuanya , ah aku rasa tidak , mana berani ia pulang sendiri tanpa aku, bisa di marahi sama Papa pasti ".

" Oh iya mobilnya Mas Bagus ". Iza berlari ke luar , dan ternyata mobil Bagus memang tidak ada .

" Benar - benar tidak pulang dia , biarkan saja, aku tidak perduli ". Meski mulut bilang tidak perduli, tetap saja Iza mengkhawatirkan keadaan Bagus.

Di rumah Sania....pagi ini suasana di rumahnya cukup ramai karena kedatangan Pak Rt dan Pak Rw beserta beberapa warga , tetangga Sania.

Mereka langsung masuk ke rumah Sania yang memang sengaja tidak di kunci.

Brakkkk......pintu kamar tamu di buka dengan kasar oleh salah satu warga. Sania pun melonjak kaget , ia langsung mengeratkan selimut ke badannya.

" Ada apa ini , kenapa pagi - pagi sudah ribut ". Bagus yang belum sadar sepenuhnya , membuka matanya dengan malas.

Seketika matanya membulat, kala melihat Sania yang ada di sampingnya dan orang - orang yang semuanya tidak ia kenal. Sania sendiri sudah menangis sesenggukan , padahal Bagus tidak menyentuhnya sama sekali.

" Kalian sudah berbuat mesum di lingkungan kita , jadi kalain harus di hukum ". Ucap Pak RW.

" Berbuat masum bagaimann....naaaa..". Bagus baru sadar kalau ia tidak memakai baju dan celana , Sania yang ada di sampingnya itu sepertinya sama seperti dirinya , ia meneliti ke sekeliling kamar.

Ini bukan kamarku...sial...apa yang Sania lakukan padaku...

" Sudah Pak Rw di arak saja keliling kampung biar kapok ". celetuk salah satu warga.

" Iya benar di arak saja Pak Rw , Pak Rt jangan diam saja cepat bertindak ".

" Tenang semuanya , kita jangan berbuat yang melanggar hukum, kalian pakailah dulu baju kalian , kami akan menunggu di ruang tamu ".

Kini Sania dan Bagus duduk berdampingan ....mereka sedang di sidang oleh warga.

" Maaf Pak Rw , saya benar - benar tidak ingat dengan apa yang telah saya lakukan semalam ". bela Bagus, memang benar kan dia tidak tau karena pengaruh obat tidur yang di minumnya.

" Ehhh pake enggak ngaku lagi , kita aja lihat kalian sekamar....enggak pakai baju lagi ". celetuk warga lagi.

" Jujur saja sih... gitu aja kok repot , percuma membela diri , kalian sudah ketangkap basah ".

Sania makin menundukkan kepalanya, Benar , terus salahkan Bagus , dan minta ia bertanggung jawab untuk menikahi aku...". Sania tersenyum di sela tangisannya.

Bagus sudah tidak bisa mengelak lagi , ia di posisi yang salah dan semua bukti memberatkannya.

" San...bicara dong , aku enggak ngapa - ngapain kamu kan...kita cuma tidur saja kan ?".

Sania malah mengencangkan tangisannya, " Tidak apa kalau Mas Bagus tidak mau bertanggung jawab , saya pasrah Pak Rw ". Sania berlagak seperti orang lemah yang tertindas.

" Tidak bisa begitu mbak Sania , Mas ini harus bertanggung jawab karena sudah menuduri Mbak Sania , paling tidak harus menikahi Mbak Sania ".

" Tapi orangnya kan enggak mau Pak , saya harus bagaimana ini , kerucian saya sudah di renggutnya secara paksa ".

" Apa - apaan nih San , kamu mengarang cerita ". bentak Bagus, dan Sania berakting kembali menangis sesenggukan.

" Lihat Pak Rw , Pak Rt ...bahkan dia berani membentak saya di drpan Pak rt dan Pak Rw , saya takut Pak ".

" Tenang Mbak Sania , kami pastikan Pak Bagus akan bertanggung jawab dengan perbuatannya ,hari ini juga kami akan menihkahkan kalian ". Sania bersorak gembira , rencananya berjalan dengan lancar sesuai dengan keinginannya.

Bagus pun kalah , ia ingin menghubungi Pak Rahman tapi urung, " Kalau aku telpon Papa , pasti aku akan di cincang hidup- hidup,

Bagus memberanikan diri untuk menelpon Bu Irma. Meski terkejut dengan penuturan Bagus , tapi Bu Irma tetap menbela anaknya , ia tidak memberitahukan kejadian ini pada suaminya.

Berdambung....

di like ya...

di comment juga , mana yang perlu di perbaiki....

Terima kasih sudah mampir....🙏👍🏻😘