“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Kolam Renang
Hasil Tes DNA keluar hari ini. Dengan sangat hati-hati, Andi mengantar Hardy menuju Rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Hardy nampak gelisah. Pikirannya menjalar ke mana-mana. Hardy merasa tak enak hati dan pikiran, rasanya ia tak sanggup mendapati kenyataan tentang DNA itu.
Semua ini karena rasa takut dan tak siapnya Hardy mengatakan pada Sisil. Sebenarnya, tak perlu diberitahu pun, Sisil tentu saja pasti sudah tahu semuanya.
Hardy dan Andi pun segera menuju ruang laboratorium. Hardy terus berdoa dalam hatinya, meminta pertolongan Tuhan, untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Setelah hasil DNA tersebut berada di tangan Hardy, ia mengajak Andi untuk segera masuk ke mobil lagi. Ini adalah hal pribadi, Hardy harus melihatnya di tempat yang tak banyak orang.
“Tuan, sebelum kau buka, izinkan aku bertanya satu hal padamu …”
“Apa itu?”
“Apakah kau memang akan melepaskan semuanya?”
“Tergantung. Sekarang aku tak akan takut jika aku jatuh!”
“Tapi, apakah mungkin Nona Tiara masih mau kembali padamu?” Andi sedikit ragu.
“Dia masih sangat mencintaiku, Andi. Aku sangat yakin itu! Aku yang melukai hatinya, maka aku pula yang harus mengobatinya! Aku berjanji, akan menghapus semua sakit di hatinya! Aku akan membuat dia bahagia, Andi,”
“Tuan, delapan bulan itu tidak sebentar. Kita tidak tahu bagaimana hati seseorang. Tidak semudah yang kau ucapkan, Nona Tiara bisa kembali padamu,”
Hardy menghela napas panjang, “aku tak peduli, serumit apapun jalannya. Yang terpenting, dia harus tahu kalau aku sangat mencintainya, dan aku akan mengorbankan semuanya, hanya untuk kembali padanya!”
“Baiklah, itu sudah cukup bagiku, Tuan. Silakan buka saja hasil DNA itu.”
Hardy tak menjawab ucapan Andi. Ia lantas segera membuka amplop besar tersebut. Jantungnya tak lagi berdegup kencang, seolah Hardy sudah tahu apa yang ada dalam amplop tersebut.
Sesuai dugaannya, hasil DNA Hardy dengan Syafika ternyata memang tidak cocok. Sudah bisa dipastikan, jika Syafika memanglah bukan anak Hardy.
“Sudah kuduga, karena beberapa kali aku tidur dengannya, aku selalu merasa, jika dia memang sedang hamil. Dia tak pernah berselera tidur denganku! Dia selalu merasa sakit setiap aku melakukannya. Dia adalah model ternama, tak mungkin dia tak melakukan semuanya! Aku sudah menentukan jalanku, aku pastikan Tiara akan kembali padaku! Andi, tolong bantu aku mewujudkan semuanya, aku hanya ingin Tiara kembali, aku ingin menebus semua kesalahanku. Aku ingin dia hadir lagi dan kita mengulang semua masa lalu kita!”
Andi berusaha memahami semua keinginan Hardy. Memang cintanya habis di Tiara kala itu. Namun Hardy terlalu lama bertindak, dan malah terus hidup bersama Sisil. Jika saja kala itu Hardy pergi lagi, mungkin keadaannya tak akan seperti ini.
.
Pagi ini, Tiara telah selesai membersihkan seluruh ruangan. Ia juga sudah menjemur baju, dan menyiapkan semua perlengkapan Alvin. Tiara membuka jendela, ia menghirup udara pagi ini dengan bahagia.
Seperti mimpi sedang menjadi orang kaya. Ia tinggal dan berada di dalam apartemen mewah, melihat view yang sangat cantik dari atas apartemen suite ini, adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang.
Pandangannya tertuju pada kolam renang di lantai dasar. Inner child Tiara seketika muncul. Merasa hidupnya tak pernah sebahagia ini, ingin rasanya Tiara berenang di kolam renang itu.
“Mas Alvin, enak gak sarapannya?” Tiara membuat nasi goreng spesial untuk Alvin.
“Standar, kurang enak!”
“Ah, baiklah, aku tak akan membuat nasi goreng lagi!”
“Jiah, begitu saja marah! Sebentar lagi aku akan ke kantor. Kau diam di apart, jangan macam-macam, ya.” pinta Alvin.
“Mas, kalau berenang boleh tidak?”
Alvin mengerutkan dahinya, “berenang?”
“Iya, di bawah itu, kolam renangnya sangat besar! Sepertinya segar sepagi ini berenang di sana!” Tiara begitu antusias.
“Berenang? Di kolam umum seperti itu?”
“Memangnya kenapa?”
“Menjijikkan!” Alvin bergidik.
“Apanya yang menjijikkan? Kan kolam renang itu pasti selalu dibersihkan. Mereka juga pasti tahu SOP kolam renang, kan? Gak mungkin apartemen semewah ini kolam renangnya jorok!”
“Jijik! Bayangkan tubuh kita berada dalam satu air yang sama dengan orang asing! Bagaimana jika kuman menempel di tubuh kita? Aku memiliki private pool, tak perlu kolam renang umum seperti itu!”
“Ya terserah! Itu kan kamu! Aku ya mau berenang di sana! Aku hanya izin saja, kenapa jadi panjang lebar seperti itu!” Tiara sedikit kesal.
“Ya, terserah kau! Aku berangkat dulu!”
“Baiklah, hati-hati di jalan!”
Alvin pun pergi ke kantor, dan Tiara mulai mengganti pakaiannya menggunakan kaos oblong dan legging street selutut. Meskipun ia sedikit canggung, berenang bersama beberapa orang lain.
Tiara bermain air sendirian, sesekali ia bermain air bersama dengan anak kecil yang berada di sana. Inner child-nya benar-benar terobati kali ini. Tiara senang, meskipun hanya sendirian, hal ini mampu membuatnya tersenyum senang.
Ada sebuah kolam yang sangat besar, dan sepertinya memang agak dalam. Tiara ingin mencoba berenang di tempat dalam itu. Ia ingin menguji skill berenangnya, yang sepertinya masih bisa ia lakukan.
Tiara pun masuk ke dalam kolam yang dalam tersebut. Tak ada orang lain di kolam ini, hanya ada dirinya seorang. Tiara berenang dengan kemampuannya. Rupanya ia bisa, berenang di kolam yang dalam.
Setelah beberapa lama, Tiara merasa kelelahan, ia kehabisan napas, dan tak lama Tiara kehilangan keseimbangan. Ia oleh dan tangannya serasa keram tak bisa digerakkan. Tiara memohon-mohon pada orang lain. Ia meminta tolong, karena sepertinya Tiara akan tenggelam.
Kolam renang itu sangat dalam, kedalamannya hampir tiga meter. Tiara tentu saja kewalahan saat ia kehabisan napas dan keseimbangannya. Tak dapat Tiara pungkiri, ternyata beberapa saat ia tenggelam masih belum juga ada yang menolongnya.
“T-tolong …, t-tolong …” Tiara berusaha meminta tolong.
Di sisi lain, ternyata Hardy dan Andy tengah berada di apartemen ini, untuk menemui investor barunya, yang baru saja datang dari Cina, dan menginap di apartemen mewah ini.
Hardy tengah berjalan melewati kolam renang tersebut. Betapa kagetnya ia, melihat seseorang meminta tolong karena tenggelam saat berenang.
“Andi, ada yang tenggelam! Kita harus menolongnya!”
“Tuan, jangan! Kita harus segera bertemu dengan Mr. Chen, bahaya jika kau menolong dia! Kita panggil saja petugas apartemen ini!” cegah Andi.
“Itu terlalu lama! Apartemen semewah ini, kenapa keamanannya buruk sekali! Sudah, nyawa itu lebih penting dari segalanya. Aku harus menolongnya!”
“Tuan, t-tapi …” Andi berusaha mencegah Hardy, namun pria itu tetap keras kepala.
Hardy tak mengindahkan ucapan sekretarisnya. Dengan sigap, ia membuka jas nya, lalu menceburkan diri ke kolam renang, untuk menolong seseorang yang tengah tenggelam itu.