Jillian Amberly, seorang gadis muda, menginjak usia 18 tahun yang masih duduk dibangku sekolah tidak sengaja melakukan One Night Stand di tempat kerjanya dengan seorang lelaki bernama Alfred Dario Garfield seorang pria Bergelar Dokter spesialis Patologi, ternama disalah satu rumah sakit besar di kota Milan.
Lelaki berprofesi dokter itu, berniat menikahi Jillian sebagai bentuk tanggung jawab atas kekhilafan nya yang tidak disengaja tapi Jillian menolak mentah-mentah seolah mengatakan dirinya tidak akan hamil hanya karena bercinta satu malam.
Tapi! semua itu hanyalah angan dan mimpi dalam tidur Jillian nyatanya saat ini ia memegang teshpeck yang menunjukkan garis dua, tangan Jillian bergetar air matanya sudah tidak dibendung lagi.
Bagaimana ia harus memberitahu kebenaran ini pada keluarganya? keluarganya saja tidak memperdulikan nya. Lalu pria yang bercinta dengan nya bagaimana? apa dia percaya dengan Jillian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 6
Setelah pemeriksaan, mereka menuju apotek terdekat sesuai resep yang diberikan Dokter Briana, dan saat ini mereka menuju jalan pulang sejak tadi tidak ada obrolan yang keluar dari mereka yang saling diam.
" Berapa jam kamu bekerja dalam sehari? " tanya Dario membuka suara.
" Sehabis pulang sekolah Dari jam 14.00 sampai jam 22.00 dari jam 22.30 sampai jam jam 2 pagi lanjut lagi bekerja. " ucap Jillian.
" Kamu bekerja sehari dua kali dan selama itu? kau bekerja apa? " tanya Dario cukup terkejut.
" Seperti yang Om dok lihat tadi pagi siang, dan aku bekerja di angkringan juga. " jelas Jillian.
" Sejak kapan kau mulai bekerja? kenapa anak di usia mu harus bekerja? " tanya Dario penasaran.
" Untuk mencari uang lah Om! aku harus bayar uang sekolah, uang keperluan selama sekolah, uang kebutuhan sehari-hari. " ucap Jillian menjabarkan.
"Tapi kenapa? kau anak yatim piatu? " tanya Dario.
" Anggaplah seperti itu. " jawab Jillian.
" Jadi selama hamil kau tetap bekerja seperti itu setiap hari? " tanya Dario lagi.
" Ya, kalau aku tidak bekerja. bagaimana aku melahirkan anak ini? " ucap Jillian.
" Berarti sejak awal kamu memang ingin mempertahankan nya. " ucap Dario lagi.
" Bisa dibilang seperti itu. " jawab Jillian tampak gugup di tatap tajam.
" Dimana rumah kamu? akan saya antar." ucap Dario menghela nafas lelah.
" Ke jalan- "
KRUYUKKK......
Suara perut Jillian membuka keduanya, Jillian tampak malu ia sampai membuang mukanya menatap jendela.
" Ekhem! kau belum makan? apa mau makan dulu sebelum saya antar pulang? " tawar Dario.
" Emm, gak usah deh. " Jawab Jillian cepat.
" Yakin? didekat sini ada restoran makan enak. " ucap Dario berniat menjahili Jillian.
" Enggak usah Om, langsung pulang aja. " ucap Jillian.
" Padahal saya berniat mentraktir kamu makan, di dekat sini ada restoran yang baru buka katanya enak banget. " ucap Dario diliriknya Jillian sekilas mau tapi malu untuk jujur.
" Kalau gak mau ya udah, kita jalan lagi. " ucap Dario yang sudah menghentikan mobilnya didepan restoran seafood.
Oh, ayolah. sejak beberapa hari ini Jillian sangat-sangat ingin makan seafood tapi tidak pernah kesampaian karena harga nya yang cukup mahal menguras kantong kaum mis queen sepertinya dan juga porsinya sedikit lebih baik Jillian beli Mie instan saja berbagai rasa seafood lebih murah dan mengencangkan.
" Gak mau nih? " tanya Dario lagi.
" Boleh deh, tapi Om traktir kan? " tanya Jillian memastikan.
" Iya saya traktir. "jawab Dario tersenyum geleng-geleng melihat kelakuan Jillian.
Mereka sudah duduk didalam restoran, Dario yang memegang buku menu memberitahu apa aja yang di pesan nya pada pelayan yang datang. Jillian hanya mendengarkan saja setiap menu yang dia tidak ketahui bentuk masakan nya seperti apa.
" Semua nya harus dimasak matang ya Mbak, soalnya istri saya lagi hamil tidak boleh makan seafood mentah atau setengah matang harus benar-benar matang dengan sempurna. " ucap Dario mengingatkan lagi.
DEG...
" Istri!!! " Jilian kaget mendengarnya.
" Baik Tuan, kami akan memasaknya sesuai perintah Tuan. " ucap pelayan itu segera pergi.
" Kenapa Om bilang ke kakak pelayan itu, aku istri Om? aku kan bukan istri Om setelah ini kita juga tidak akan bertemu lagi. " ucap Jillian.
" Kamu akan jadi istri saya nanti, jadi tidak salah mengatakan seperti itu. " ucap Dario.
" Istri? bukannya Om tidak berniat bertanggung jawab dengan kehamilan ku? " ucap Jillian.
" Kapan saya bilang tidak mau tanggung jawab? apa kau pikir, saya membawamu ke ke klinik benar-benar menyuruh mu aborsi? " ucap Dario.
Jillian menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Dario barusan. lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir.
" Saya tidak sejahat dan sekejam itu sampai mau membunuh darah daging sendiri, jangan kan seperti itu, saya saja tidak mampu mengatakan untuk menyuruhmu pergi ke tempat Aborsi tapi kamu dengan entengnya menyuruh saya mencari tempat Aborsi. " jelas Dario bersedekap dada.
" Hehehehe, Maaf Om. aku bukan berniat mengancam tapi hanya itu saja yang terpikirkan oleh ku. " ucap Jillian terkekeh pelan.
" Sudahlah, saya masih belum tahu. kenapa saat itu anak se usia kamu pergi ke Clubbing? " tanya Dario penasaran.
" Em, ak-aku belum bisa menceritakan pada Om Dokter. maaf, tapi ini benar-benar anak OM kok! kalau gak percaya tes DNA saja, katanya bisa melakukan tes DNA saat lagi hamil. " seru Jillian tanpa sadar.
" STTT! orang-orang pada perhatikan kita, kecilkan suara mu. " ucap Dario membekap bibir Jillian.
" Ma-maaf. " cicit Jillian.
" Saya yakin itu anak saya, tapi kamu tau dari mana istilah seperti itu? tes DNA saat hamil? melakukan aborsi Ilegal? terutama obat perangsang dan Pil Kontrasepsi. " tanya Dario mulai serius.
" Em, ya.... kita ini hidup bukan di zaman purba lagi Om. anak-anak seusia aku, ah-bukan deh! anak SMP saja pastinya sudah tahu mengenai hal-hal berujung NEGATIF seperti itu walaupun masih dibawah umur, pastinya bagi kami itu sudah biasa hanya orang dewasa saja yang tidak tahu kelakuan anak muda di zaman era modern sekarang. " jelas Jillian.
" Tidak sedikit anak muda, yang sudah kehilangan perawan dan perjaka Om! mereka hanya menutupi kepolosan dan kelicikan dibalik wajah lugu nya tapi mereka begitu naif didepan bicara mengenai hukum dan kemoralan manusia tapi di belakang mereka melakukan hal ' itu ' yang dianggap tidak bermoral dalam hukum. " sambung Jillian.
" Ya, seperti kamu. " jawab Dario telak.
" Ak-aku pengecualian! karena kesalahan saja ya!!! " ucap Jillian tidak terima.
" Lalu kenapa kamu pergi ke Clob? " tanya Dario.
" Aku belum siap cerita. " ucap Jillian lirih bertepatan dengan pelayan datang membawa menu makanan mereka.
Mereka mulai makan dengan khidmat, sejak tadi Dario hanya memperhatikan bagaimana lahapnya wanita yang sedang berbadan dua itu makan seperti orang kelaparan sampai tidak memperdulikan sekitarnya hanya fokus pada piring nya.
Dario hanya membantu mengupaskan apa yang di mau wanita hamil itu, Dario sama sekali belum menyentuh nasi di dalam piringnya yang masih utuh sedangkan sebagian lauk pauk nya sudah tersisa setengah saja lagi.
" Makanlah pelan-pelan, nanti kau akan tersedak. " celetuk Dario.
Benar saja, tidak lama setelah Dario mengatakan itu Jillian tersedak dengan sigap Dario memberikan orange Jus untuk ia minum hingga tandas tak tersisa.
Hal ternikmat dan paling indah dalam hidup Jillian adalah bisa makan Seafood sepuasnya seperti ini tanpa memikirkan harga nya, ditambah ia kelaparan berat sejak pagi ia belum mengisi perutnya dengan makanan berat hanya roti saja yang mampu di konsumsi.
" Jangan terburu-buru, semua nya buat kamu. " ucap Dario lagi.
" Om tidak makan? " tanya Jillian baru sadar dilihatnya piring Dario masih terlihat bersih.
" Saya tidak lapar, kamu makan saja. " jawab Dario entah kenapa pemandangan didepan nya lebih menarik dari pada makanan dihadapannya.
" Makanlah Om! rasanya tidak enak, kalau hanya aku saja yang makan. " ucap Jillian menghentikan makan nya.
" Kenapa? kamu kan lapar, jadi makan saja lagi. " ucap Dario.
" Aku merasa bersalah, Om yang bayarin aku makan. masa aku yang habiskan sendirian mendingan aku gak usah makan tadi. " ucap Jillian memasang wajah sedih.