Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Kencan yang Kacau
Ello, seorang dokter pediatri yang menyandang status Jodi alias jomblo ditinggal mati, mengamati sekeliling dengan curiga. Ia memastikan keponakannya yang usil, Ziel, tidak melihatnya keluar rumah. Dengan penuh kehati-hatian, ia memesan taksi online, berharap bisa kabur tanpa terdeteksi. “Semoga bocah tengil itu nggak lihat aku pergi, atau dia akan mengacaukan kencanku lagi,” gumam Ello sambil mengawasi sekeliling, mengendap-endap, bahkan berlari kecil meninggalkan rumah seperti ... maling.
Tapi apa benar tak terdeteksi?
Dari lantai dua, Ziel, yang berusia tujuh tahun, tersenyum licik. Dengan teropong malam di tangannya, ia bisa melihat omnya yang mengendap-endap keluar rumah. “Om Ello pasti akan bertemu perempuan lagi. Aku tidak akan membiarkan dia pacaran dengan perempuan lain. Tanteku hanya Tante Diana.” gumamnya mengepalkan tangannya, lalu melompat dari tempat tidurnya.
Ziel mematikan lampu kamarnya dan meletakkan guling di atas ranjang, kemudian menutupnya dengan selimut agar terlihat seperti dirinya yang tertidur. Dengan cekatan, ia mengendap-endap keluar rumah, bertekad untuk mengikuti Ello.
Di sisi lain, Ello merasa lega karena bisa keluar rumah tanpa diikuti keponakannya. “Akhirnya … bisa kabur juga. Ingin kencan aja kayak maling. Tapi yang penting sekarang sudah aman,” gumamnya, menyusuri jalan menuju restoran dengan semangat baru.
Sesampainya di restoran mewah itu, suasana romantis menyelimuti ruangan, di mana cahaya lilin menari-nari di atas meja. Ello duduk berhadapan dengan Dira, gadis cantik yang baru saja dikenalnya. Dengan sepotong salmon di piringnya dan secangkir anggur merah di tangan, dia merasa ini adalah momen yang tepat untuk membuka hati setelah berbulan-bulan berkabung dan berkali-kali gagal berkencan karena ulah Ziel.
Dira tersenyum, “Jadi, kamu bekerja sebagai dokter pediatri? Bagaimana rasanya bekerja dengan anak-anak?”
Ello mulai menjelaskan dengan antusias, merasakan koneksi yang tumbuh di antara mereka. “Anak-anak itu selalu membawa kebahagiaan, meskipun mereka juga bisa sangat merepotkan …” Ia mengawali ceritanya. Namun, momen manis itu terputus oleh suara teriakan menggema dari pintu masuk restoran.
“Papa …!” teriak Ziel, berlari ke arah Ello, menjadi pusat perhatian para pengunjung dan pelayan restoran.
Para pelayan restoran merasa bingung dan sedikit terkejut. Salah satu pelayan berkata, “Ini bukan kejadian biasa di restoran ini. Siapa yang mengizinkan anak itu masuk?”
Sebagian pengunjung berusaha berpura-pura tidak peduli, tetapi tetap mencuri pandang dari sudut mata mereka. Mereka berbisik satu sama lain, “Apa yang terjadi di sini? Kenapa ada bocah yang teriak-teriak?”
Ello yang duduk membelakangi pintu masuk restoran langsung mendesah frustrasi. Tanpa melihatnya pun Ello sudah tahu suara siapa itu. “Bocah ini! Aku akan jadi perjaka tua kalau terus begini,” gumam Ello lirih, sambil memijat pelipisnya dengan lelah, merasakan firasat buruk.
Ziel memeluk lengan Ello. “Papa, kok pergi malam-malam ninggalin Ziel dan mama, sih? Papa udah nggak sayang lagi, ya, sama Ziel dan mama,” ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca menyempurnakan aktingnya.
Ello mendesah pelan melihat akting keponakannya. Kencannya yang baru saja dimulai, kini terasa hampir pasti gagal lagi.
Dira menatap Ello dengan tatapan bingung, lalu bertanya, “El, ini anak kamu? Kamu sudah menikah?”
“Tidak, aku masih single. Ini keponakanku. Dia memang suka usil,” jelas Ello, berusaha meraih kontrol atas situasi.
Namun, Ziel langsung menyanggah perkataan Ello. “Bohong! Papa mau ninggalin Ziel dan mama, 'kan?” Papa jarang pulang ke rumah pasti karena bertemu Tante itu, 'kan?” tuduh Ziel, menunjuk Dira dengan jari telunjuknya.
Ello mengusap wajahnya dengan kasar, merasakan kepanikan mulai merayapi dirinya. “Bocah! Apa kamu ingin Om kamu ini jadi jomblo sampai mati?” ucapnya pelan, frustrasi, berusaha meredam kekacauan yang sedang berlangsung.
Beberapa orang, terutama pasangan yang sedang berkencan, melihat kejadian tersebut dengan pandangan bingung dan heran. Mereka saling bertanya, “Apakah itu anaknya? Atau dia benar-benar jomblo yang terjebak dalam drama?”
Ziel, tidak ingin kalah, tiba-tiba menangis. “Papa jahat! Jahat! Papa nggak mau mengakui Ziel!” Dia terus berteriak, membuat semua mata di restoran kini tertuju pada mereka.
Mendengar semua itu, Dira menggelengkan kepala, merasakan kekecewaan yang semakin mendalam. “Aku tidak mau terlibat dalam drama ini,” katanya sambil berdiri, wajahnya menunjukkan rasa kecewa yang mendalam. “Aku merasa dibohongi, El. Selamat tinggal.” Dira berdiri, bersiap meninggalkan restoran.
“Dira, tunggu!” Ello berusaha mencegah, tetapi sudah terlambat. Dira melangkah pergi, meninggalkan Ello dan Ziel di meja dengan ekspresi kecewa yang jelas terpampang di wajahnya.
Sementara itu, pengunjung lain mulai berbisik-bisik, beberapa menahan tawa melihat adegan kocak ini.
Ello hanya bisa mengusap wajahnya kasar, merasa rencana malamnya kembali berantakan karena keponakannya yang satu ini. "Astaga … Kenapa bocah tengil ini bisa keluar rumah, sih?!” Ello benar-benar frustrasi karena keponakannya yang terlalu cerdas dan tengil ini.
Beberapa pengunjung yang menyaksikan Dira pergi nampak menggelengkan kepala, merasa kasihan padanya. “Dia pasti merasa dibohongi. Sayang sekali,” ucap salah satu pengunjung sambil menghela napas.
Ello beranjak dari duduknya, ingin mengejar Dira, namun Ziel langsung memeluk erat paha Ello. “Om Ello nggak boleh mengejar Tante itu lagi!"
"Ziel, berhentilah mengacaukan kencanku! Om mohon!" keluh Ello, benar-benar frustrasi.
"Aku maunya cuma Tante Diana, nggak mau yang lain," sahut Ziel, tegas.
Ello terdiam sejenak, rasa sakit kembali menyusup di dadanya. "Ziel, Tante Diana sudah nggak ada. Dia sudah pergi ke surga."
"Enggak! Tante Diana belum meninggal. Dia bilang akan kembali," Ziel masih bersikeras.
Ello menarik napas panjang, tak tahu harus bagaimana. "Ziel ... kamu ... ah, aku harus bagaimana bicara sama kamu," gumamnya, semakin frustrasi.
Setelah itu, keduanya pulang dan sampai di rumah, Elin, ibu Ziel tampak terkejut melihat mereka. "Lho, kok, Ziel sama kamu, El?" tanya Elin, heran, merasa bahwa Ziel sudah tidur.
Ello menghela napas kasar. "Kakak harus lebih serius mengawasi bocah ini. Dia sudah mengacaukan kencanku lagi," ucapnya dengan nada lelah.
Elin menatap Ziel penuh peringatan. "Ziel..."
"Aku cuma nggak mau Om Ello sama perempuan lain," Ziel melipat kedua tangannya di dada, tak mau mengalah.
"Tante Diana sudah nggak ada, Ziel," Elin mencoba menenangkan.
Tiba-tiba suara bariton Zion terdengar dari arah lain. "Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?" Zion menghampiri mereka dengan langkah tenang.
"Kakak ipar, tolong jaga bocil ini! Dia sudah menganggu dan mengacaukan kencanku," keluh Ello dengan tak tahu harus bagaimana lagi menghadapi keponakannya.
Zion hanya tersenyum tipis sambil mengelus kepala putranya. "Ziel terlalu sayang sama kamu, El. Dia nggak mau kamu dekat dengan wanita yang salah."
Ello mendengus, mengusap wajahnya. "Kakak ipar selalu saja membelanya. Kakak harus mengajari Ziel dengan benar. Jangan selalu membenarkan kalau dia berbuat salah."
Zion menatap Ello dengan santai, tetapi penuh keyakinan. "Ziel nggak salah. Semua wanita yang kamu kencani itu memang nggak benar. Si Dira yang kamu kencani malam ini, dia itu suka gonta-ganti pacar. Ziel hanya melindungi kamu."
Ello tersentak, terdiam sesaat sebelum menatap Zion tak percaya. "Kakak serius? Jadi ini bukan cuma ulah bocah cemburu?"
Zion mengangguk pelan, menyiratkan bahwa ada hal-hal yang lebih dalam dari sekadar kecemburuan seorang anak kecil.
"Tidak ada salahnya menyelidiki dulu sebelum memutuskan berkencan dengan seorang gadis, El," ujar Elin dengan nada lembut.
Namun, Ziel langsung menyambar, "Nggak usah diselidiki! Nggak ada yang lebih baik dari Tante Diana."
Zion hanya bisa menghela napas pelan. "Ziel, Tante Diana sudah--"
"Tante Diana masih hidup!" potong Ziel cepat. "Dia janji bakal kembali!" Anak itu berlari ke kamarnya, tak mau mendengar penjelasan lebih lanjut.
Elin menarik napas panjang. "Sampai sekarang Ziel masih percaya kalau Diana masih hidup. Semua itu karena dulu mereka sangat dekat."
Ello terdiam, dadanya terasa sesak saat pikirannya melayang pada wanita yang ia cintai, yang hilang dalam kecelakaan setahun yang lalu. "Benarkah dia masih hidup seperti keyakinan Ziel?" gumamnya dalam hati.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Malah Diandra yang melindungimu Ello. Hah,kamu mengecewakan aku Ello. 😁😁😁
Dengan adanya tragedi seperti ini, bisa ada jalan untuk penyelidikan tentang Diandra, dan ternyata yang menghadang Ello & Diandra adalah orang suruhan Brata 😱😱😱😱
Setelah ini Pak Hadi & Zion yang bekerja & tetap waspada! 😅
Makasih Author udah UP 🥰
Diandra menguasai Ilmu Bela Diri...Ello tertegun saat Diandra bicara seperti itu..Ello hrs berlindung di ketiak Perempuan🤣🤣🤣hrsnya Ello yg berkata demikian
Waaaaahhhhh ngeri-ngeri sedap 🤭😅
akan tetapi kembaran diana hanya dimanfaatkan oleh brata dan kembaran diana jg tahu kebenarannya berusaha kabuuur dr brata......
ello sangat bimbang dan galau perasaannya semenjak kehadiran diandra sll mengganggunya ello sll melihat bayang2 diana ada diri diana.....
Smg diana msh hidup akan terungkap kebenarannya
lanjut thor💪💪💪💪💪