Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.
Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.
Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.
Salahkah, aku Mendua ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Satu
Bayi mungil yang cantik itu diserahkan perawat pada Bastian untuk di adzankan. Sedangkan Dara harus dibersihkan.
Tangan Bastian tampak gemetar saat menggendong bayi Dara. Dia menatap tanpa kedip wajah cantik sang bayi.
"Kamu cantik banget, Nak. Mirip bundamu," ucap Bastian dengan lirih.
Dengan suara yang sedikit gemetar, dia mengumandangkan adzan di telinga sang bayi. Setelah itu dia menyerahkan anak itu pada bidan.
Bastian lalu bertanya pada perawat, kemana Dara di bawa. Ternyata dia telah dipindahkan ke ruang rawat inap.
Dengan langkah pasti, Bastian menuju ke ruang yang di sebut perawat. Dia ingin pamit sebentar untuk pulang, karena pagi telah menjelang. Saat ini pasti Fanny sudah mengadu pada mamanya, pikir Bastian.
Saat masuk dia melihat Dara yang ingin meraih sarapan di meja samping ranjangnya. Bastian lalu mempercepat langkahnya.
"Biar aku suapin!" seru Bastian, dia mengambil nasi pemberian rumah sakit tersebut.
Bastian lalu menyuapi Dara dengan telaten. Wanita itu menatap mantan kekasihnya itu tanpa kedip. Menyadari itu, Tian lalu tersenyum.
"Terima kasih, Tian," ucap Dara dengan suara lembut. Bastian tak menjawab, dia hanya mengangguk sambil terus menyuapi Dara.
Setelah nasi di piringnya habis, Bastian lalu menyodorkan minum. Tanpa di duga oleh Dara, pria itu mengambil tisu dan membersihkan mulutnya dari sisa nasi.
"Sekarang kamu istirahatlah. Siang aku datang lagi jika suamimu tak keberatan," ucap Bastian.
"Suamiku pasti tak akan tau keberadaan ku dan tentunya tak akan mau tau. Dia pasti tak peduli," ucap Dara dengan lirih.
"Kalau gitu kamu mau aku bawakan apa nanti siang?" tanya Bastian.
Dara menatap wajah mantan kekasihnya itu dengan tatapan sendu. Tak menyangka jika pria itu masih tetap perhatian seperti dulu. Bukankah terakhir bertemu, mereka berdebat dan bertengkar. Sepertinya dia saat itu sangat membencinya.
"Maafkan aku, Tian," ujar Dara.
"Maaf untuk apa? Aku rasa kamu tak melakukan kesalahan lagi!" seru Tian.
"Maafkan jika aku pernah menyakiti hatimu. Meninggalkan kamu begitu saja. Seharusnya aku menunggu kamu walau tak ada kabar. Tapi, semua telah terjadi. Tak mungkin terulang kembali. Hanya satu keinginanku, melihat kamu bahagia dengan pasanganmu. Kamu berhak bahagia!" ujar Dara.
Dara berkata begitu bukan tanpa alasan. Dibandingkan dengan suaminya, Rico, Bastian jauh berbeda. Dia hanya sekali menyakiti dengan kata-katanya. Dan Dara rasa itu juga pantas dia dapatkan karena meninggalkan kekasihnya itu.
"Apa kamu pikir aku bisa bahagia dengan pasanganku? Kebahagiaanku itu kamu, Dara. Bagaimana bisa bahagia jika tanpa kamu. Aku sudah berusaha melupakan kamu, tapi semakin aku mencoba, semakin sulit aku lupakan. Aku tau ini salah dan gak adil untuk fanny. Namun, aku gak bisa menepis rasa ini," ucap Bastian dengan penuh penekanan.
Air mata Dara menetes tanpa bisa di cegah lagi. Tak menyangka jika mantan kekasihnya itu masih menyimpan namanya. Entah dia harus bahagia atau bersedih. Karena secara tak langsung dia yang telah membuat luka di hati Bastian.
"Maafkan aku, Tian. Aku saat itu tak ada pilihan lain. Aku sendirian. Mereka memaksa aku menerima perjodohan ini agar aku ada teman berbagi dan ada yang melindungi," balas Dara.
"Sebaiknya kita jangan bahas itu dulu. Kamu harus pulihkan tenaga. Tak baik banyak pikiran. Aku pulang dulu, takut Fanny dan mama kuatir dan mencari ku. Aku pergi dari jam dua dini hari," ucap Bastian.
"Maaf, jika aku telah merepotkan kamu," kata Dara.
"Aku tak merasa direpotkan. Wanita mana pun itu jika membutuhkan bantuan seperti yang terjadi denganmu, pasti akan aku bantu. Apa lagi itu kamu!" seru Bastian.
"Sekali lagi terima kasih. Aku nggak tau apa yang terjadi padaku dan bayiku jika tanpa bantuanmu," ucap Dara lagi.
Lagi-lagi Bastian menjawab dengan menganggukan kepalanya. Lalu pamit pulang.
Sepanjang perjalanan Bastian teringat saat dia mendampingi Dara melahirkan. Apakah begitu rasanya mengahadapi istri yang akan lahiran? tanyanya dalam hati.
Satu jam perjalanan, Bastian sampai di rumahnya. Tanpa ketok pintu, dia masuk. Pria itu mendengar suara istri dan mamanya. Mereka menyebut nama Dara. Hal itu membuat dia jadi penasaran. Dengan berjinjit dia berjalan mendekati agar tak ketahuan.
"Seharusnya ini menjadi tugasmu lagi. Kamu harus bisa meyakinkan Bastian untuk menerima cintamu. Kau buat dia jatuh cinta denganmu. Mama sudah berusaha memutuskan hubungan mereka dengan memaksa paman Andi menikahkan Dara dan Rico. Apa lagi yang bisa mama lakukan agar dia mencintai kamu? Itu hanya kamu yang bisa lakukan!" seru Mama Erna.
Bastian terkejut mendengar ucapan mamanya. Tak percaya jika semua ini rencana dari wanita yang telah melahirkannya.
"Jadi mama yang sengaja menjodohkan Dara dan Rico?" tanya Bastian dalam hatinya.
Bastian masih bersembunyi, ingin tahu apa saja yang mereka obrolkan. Walau sebenarnya dia ingin sekali muncul dan bertanya, kenapa mamanya begitu tega memisahkan dia dan Dara? Padahal wanita itu tahu jika sang putra sangat mencintai Dara.
**
Bonus Visual
Dara
Bastian
Fanny
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak