KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertikaian Turyo dan Sri
“ Turyo kamu mau kemana nak!!" teriak ibu ani.
Turyo tidak memperdulikan panggilan ibunya. Ia begitu cepat mengayuh sepedanya. Ayu tercengang merasa heran dengan semua kejadian yang ada didepan matanya. Ia mencoba tak mempercayai jika kakaknya kusno setega itu pada marni. Dan ia juga baru pertama kali melihat Turyo semarah itu setelah mengetahui isi surat yang ia terima dari marni.
Kini Turyo sudah sampai dirumah Sri yang letaknya di ujung seberang jalan. Ia mengetuk pintu rumah Sri dengan begitu keras hingga suaranya terdengar ke tetangga sebelah rumah Sri.
“ Buka pintunya Sri!! Keluar kamu! Jika tidak kau buka, akan ku dobrak pintu rumahmu!!" Teriak Turyo dengan amarah yang sudah meluap-luap.
Sedangkan Sri baru saja pulang dari pasar, ia membawa begitu banyak barang belanjaan. Ia belanja dengan menggunakan uang yang dikirim oleh Kusno dua minggu yang lalu. Turyo tak memperdulikan suasana ditempat Sri, ia menghampiri sri yang baru saja meletakkan barang-barangnya diatas kursi.
“ Plak! Plak! Plak! Cara berfikirmu benar-benar kotor Sri!” Teriak Turyo memaki Sri.
“ Mas, apa salahku! Tiba-tiba kamu datang dan menamparku. Aku tidak melakukan kesalahan apapun padamu. Memang apa yang aku perbuat padamu sampai kamu semarah ini padaku. Jika ada masalah denganku bisa dibicarakan baik-baik mas.” Ujar Sri dengan wajah memelas, yang memang belum mengetahui sebab Turyo menampar wajahnya.
“ Memang sebelumnya aku tidak ada masalah denganmu Sri. Bahkan aku selama ini diam untuk menjaga nama baik keluarga kita. Tapi sekarang kamu mencari masalah denganku Sri, dan kali ini sulit sekali aku memaafkanmu." Jawab Turyo sembari menarik rambut Sri, sri meronta-ronta kesakitan.
“ Sabar mas sabar, lepaskan mas! Sakit mas, lepaskan mas!" Teriak Sri kesakitan dan menitikkan air mata karena rasa sakit yang ia rasakan.
Turyo kemudian melepaskan tangannya, lalu meraih surat disakunya dan melemparkan kewajah Sri. Tentu saja Sri menjadi bingung, kenapa ia dilempar sebuah surat.
“ Ambil dan baca isi suratnya! Tak kusangka kau begitu tega Sri pada Marni. Diam-diam kau menghasut Kusno, bahkan kau bilang Marni selingkuh. Sedangkan kau tahu marni setiap hari mengurus ibu kita." Ucap Turyo sembari meraih rokok dan korek api disakunya, lalu menghidupkan rokok ditangannya.
Ia mengisap sebatang rokok ditangannya mencoba meredakan emosinya. Jika sampai Sri keluar kata yang tak pantas didengar, pasti turyo akan menamparnya kembali. Sri kemudian membaca surat tersebut. Matanya terbelalak ia tak menyangka jika kakaknya bisa menerima surat dari kusno. Dan kenapa balasan suratnya bisa ditangan Turyo.
Sedangkan selama ini tidak ada yang mengetahui jika ia sering berkirim surat dengan kusno. Ia mencoba membuat alasan dan berdalih ini dan itu. Tapi Turyo tidak mempercayai perkataan Sri. Dan untuk perihal uang ia beralasan jika digunakan untuk kebutuhan sehari-hari ini dan itu.
Turyo tidak mempercayai perkataan Sri. Turyo kali ini benar-benar murka, ia melihat kalung dan gelang beserta beberapa cincin ditangan Sri yang sebelumnya tak pernah turyo lihat. Apa lagi suami Sri saat ini tengah pergi merantau sebelum kepergian kusno.
Kemudian Turyo dengan penuh kekesalan menarik dan melepaskan kalung, gelang, serta cincin yang Sri pakai.
“ Mas jangan, mas jangan mas! Ini perhiasanku, ini milikku jangan diambil mas," ujar Sri.
“ Buka pintu rumahmu, ambilkan semua surat-surat perhiasan ini. Atau aku dobrak pintu rumahmu dan aku obrak abrik isi rumamu sri. Kamu tahu betul bagaimana jika aku marah bukan?” ujar Turyo dengan tatapan tajam pada Sri.
Kemudian sri membuka pintu, lalu memgambil surat-surat perhiasan yang ia pakai, dan memberikan pada Turyo sembari menangis.
“ Tak perlu kau menangis Sri! Ini semua kesalahan yang telah kau perbuat sendiri. Perhiasan ini akan aku jual dan uangnya diberikan pada Marni. Agar dia pergi menyusul suaminya dijawa. Sudah cukup kamu menikmati uang yang diberikan kusno padamu. Yang seharusnya itu juga milik Marni." Ujar turyo masih dengan tatapan tajam dan wajah marah yang membuat sri ketakutan.
“ Tapi mas, aku tidak suka mba marni. Aku ingin mereka berpisah. Dia tak pantas masuk keluarga kita!" teriak sri kesal.
Turyo menghampiri Sri dan menampar wajah sri kembali, lalu barang belanjaan yang baru saja dibeli Sri ia masukkan semua kedalam karung. Sembari memarahi sri.
“ Sebenarnya yang tidak pantas ada dikeluarga ini adalah kau Sri. Jujur aku kecewa punya adik sepertimu, selama ini aku terlalu baik padamu. Kamu akan menerima akibat dari perbuatanmu ini. Kamu memang adikku tapi Marni lebih baik adabnya dari pada kau!” ujar Turyo kemudian pergi dan membawa pulang semua barang belanjaan yang baru di beli oleh Sri.
“ Mas Turyo jangan kau bawa semua barang yang sudah aku beli. Kembalikan padaku mas, tolong jangan dibawa mas. Nanti aku mau makan pakai apa mas, jangan mas!" Ujar Sri mencoba mengambil barang yang akan dibawa turyo.
“ Makan saja pakai air dan garam! Itu pantas untukmu Sri, adik yang tidak tau diri." Jawab Turyo dengan perasaan kesal dan kecewa pada Sri.
Sri tidak dapat meraih kembali barang-barang miliknya. Turyo bergegas pergi dari rumah Sri dan meninggalkannya begitu saja.
Pertikaian diantara mereka menjadi tontonan tetangga-tetangga Sri, bahkan sampai ada yang ikut mencaci maki perbuatan Sri.
“ Kamu memang pantas Sri mendapatkan semua ini dari mamasmu. Makanya jadi wanita jangan terlalu tamak akan harta. Mending hartamu, lah ini malah hasil dari mengadu domba keluarga sendiri” ujar beberapa tetangga Sri.
“ Iya betul itu, kalau aku yang jadi kakaknya mungkin bisa lebih parah dari pada Turyo Sri. Sadar Sri taubat kamu." Sahut seorang dari tetangganya.
“ Diam kalian semua! Pergi! Pergi! ," Teriak Sri dengan tatapan sinis pada tetangganya.
Kemudian tetangga Sri satu persatu pergi, mereka kembali kerumah mereka masing-masing. Sri yang merasa dipermalukan didepan umum hingga mendapat celaan dari warga, membuatnya diam tak berdaya. Mau menyesali perbuatannya tapi sudah terlambat. Kakaknya Turyo sudah mengetahui segalanya, ia yakin pasti saudara yang lain juga sudah tau.
Sri masuk dan terduduk lemas di kursi yang ada diruang tamu. Sembari ia meratapi nasib yang baru saja ia terima.
Sedangkan Turyo pergi ke pasar dan menjual semua perhiasan yang baru ia ambil dari Sri. Setelah itu ia kembali kerumah ibu dan marni. Sesampainya dirumah Turyo memberikan surat kusno pada Marni agar disimpan baik-baik untuk menjadi bukti saat marni menemui suaminya, jika kusno telah membohongi keluarga pihak wanita dengan mengaku lajang.
Tak lupa Turyo menyerahkan semua barang yang ia bawa pada ibu dan marni.
“ Ibu, marni dengarkan aku baik-baik. Ambilah semua barang-barang ini. Ini adalah milik kalian, semua ini aku dapat dari Sri." Ujar turyo.
Ibu turyo merasa tidak mungkin jika Sri memberikan barangnya, begitu saja. Karena ia begitu faham denga karakter anak-anaknya.
“ Jawab jujur nak, kamu bukan mendapatkannya dari sri justru kamu mengambil secara paksa. Benar kan turyo?" ujar ibu ani.
“ Sudahlah bu semua tidaklah penting. Yang terpenting sekarang adalah Marni dan Tisna," jawab Turyo mencoba mengalihkan pembicaraan ibunya.