NovelToon NovelToon
Signal

Signal

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hilnaarifa

Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.

Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.

Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.

Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.

Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.

Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Masih ada lima menit sebelum kelas masuk, dia memiliki kesempatan untuk menceramahi murid-murid sialan ini.

"Selama ini, aku diam. Tapi, seperti nya kalian tidak memiliki kesadaran diri untuk berhenti berbicara buruk tentang ku."

Alice berjalan keluar dari mejanya dan mengelilingi kelas dengan santai.

Dia mendatangi sekelompok gadis yang paling sering menghina nya secara terang-terangan karena mereka berpikir dia tuli dan bisu. Alice menendang meja mereka dengan keras.

Bug

Meja itu terseret beberapa centi dari tempatnya para gadis itu terkejut dan berpura-pura sibuk.

"Aku bisu, aku tuli. Apa kalian rugi?"Tanya Alice pada para gadis itu. Mereka menundukkan kepalanya dan tidak mau melihat ke arah Alice.

"Jawab!"Bentak Alice marah.

"Tidak!"Teriak mereka serempak karena takut. Semua kelas masih tetap hening tanpa ada yang berani membuka mulutnya.

Alice mendengus sinis, "Kalian menghina ku hampir setiap hari, aku tidak tahu kenapa kalian melakukan hal itu, Jika kalian tidak suka pada ku, hadapi aku. Jangan beraninya bicara di belakang lagian apapun kekurangan ku, tidak ada dari hal itu yang dapat merugikan kalian semua."

Alice berjalan ke depan kelas. Dia menatap tajam satu persatu murid-murid itu. "Kalian hanya sekelompok remaja idiot, bodoh dan hanya bisa mengandalkan harta orang tua saja"Ucapnya dengan menghina, mereka yang mendengar nampak tidak terima terlihat dari wajah mereka yang memerah menahan marah dan kesal.

Bahkan mereka berbisik-bisik, tidak ada yang berani menyuarakan kekesalan mereka atas apa yang di ucapkan Alice tadi.

"Kenapa? Tidak terima apa yang aku bilang? Memang benarkan, kalian hanya anak manja yang berlindung di balik harta orang tua kalian. Aku tanya prestasi apa yang telah kalian buat disini sehingga kalian dengan gagah berani selalu menghina kekurangan ku?"

Alice tertawa kecil, "Selama aku bersekolah disini tidak akan informasi yang aku dapat tentang kalian yang membuat prestasi kecuali orang tua kalian yang berlomba-lomba menjadi donatur agar anak-anak nya dapat berkuasa di sekolah. Padahal anak nya bodoh."

"Lo udah keterlaluan!"Teriak salah satu pemuda yang duduk di belakang. Dia sudah tidak tahan lagi mendengar kata-kata Alice jangan membawa-bawa orang tuanya.

Alice menaikan alisnya dan menatap dingin pemuda itu, dia tidak berbicara sedikit pun. Dia hanya diam dan fokus pada pemuda itu.

Akibatnya, semua murid ikut menatap pemuda tersebut hal itu membuat si pemuda terdiam dan merasa malu. Dia menunduk kan kepalanya dan tidak berani lagi membuka suara.

Alice ingin sekali melempar nya dengan kursi guru di depan ini. Hanya, dia tidak mau mengganti rugi jika kursi nya rusak lebih baik dia membeli makan.

"Jangan berlebihan, kalian menghina ku, mengatai ku bahkan membully ku. Aku tidak pernah protes kenapa kata-kata ku yang tidak seberapa ini malah membuat mu marah?"

Alice tidak habis pikir dengan otak para murid disini.

"Kalian ingin mengusir ku dari kelas karena aku menipu kalian? Hahaha... kalian bercanda? Jangan mengatakan hal yang konyol tidak ada yang membuat kalian susah karena kebohongan ku yang ku tahu, aku sudah muak mendengar hinaan kalian selama ini."

Alice berjalan kembali ke mejanya, "Aku akan membalas nya. Semua nya jadi kalian hanya perlu menunggu saja"Lanjut Alice dingin sebelum dia duduk di kursi nya kembali memasang earphone nya.

Tidak lama, seorang guru masuk ke dalam kelas. Dia menatap heran para muridnya yang terlihat lebih pendiam dari biasanya.

Guru itu melirik Alice yang sibuk dengan dunia nya, nilai gadis itu sudah lebih baik dari yang lalu, ini adalah perkembangan menurut nya.

"Kita akan mengadakan ulangan. Semua buku yang ada di meja kalian segera simpan, kecuali kertas dan alat tulis"Ucap nya dengan tegas.

Semua murid tidak mengeluh dan hanya melakukan apa yang di perintahkan sang guru. Guru wanita itu hanya mengangkat bahunya acuh, selama murid-murid nya mendengarkan ucapannya, dia tidak keberatan dengan keanehan ini.

***

Alice duduk meja kantin pojok seperti biasanya. Tidak banyak yang ia lakukan hanya memesan makanan dan menikmati nya dengan tenang.

Untung, kali ini dia tidak di ganggu oleh ketiga orang itu soalnya, dia sedang tidak ingin di ganggu.

Hidup menjadi Alice memang menyenangkan, dia bersekolah dengan layak memiliki orang tua dan tidak kekurangan uang sedikit pun.

Hanya saja, dia merasa hidup nya seperti hampa dan hambar. Tidak ada tantangan sama sekali, hal ini membuatnya mulai bosan dengan hidup damai.

Padahal, dia yang menginginkan untuk dapat hidup damai seperti ini. Tapi, kenapa sekarang dia malah tidak menginginkan nya? Itu yang Alice pikirkan sedari tadi.

Dia melihat Ruby dan teman-teman nya baru saja duduk di meja yang tidak jauh dari nya tumben sekali para gadis itu tidak duduk tengah-tengah kantin, biasanya mereka sangat ingin menjadi pusat perhatian.

Pasti tidak lama lagi, Darrel akan datang dan menempeli gadis itu seperti hari-hari sebelumnya.

Alice rasa dunia novel ini sedikit aneh, maksudnya semua berjalan dengan tentram tanpa ada kehebohan yang seharusnya terjadi.

Meski dia tidak pernah membaca novel tapi dia sudah membuat skenario di kepalanya seperti apa alur novel yang bagus.

Dia mengangkat bahu acuh, itu bukan urusannya. Alice masih lapar untung saja dia tadi juga membeli beberapa cemilan.

Dia pun membuka satu di antaranya dan baru saja dia mengambil satu suap keripik kentang, seseorang datang dan mengambil bungkus cemilan di tangan nya.

Alice segera mengangkat kepalanya untuk melihat siapa orang lancang yang mencuri makanannya. Seketika pandangan nya mendatar ketika melihat Darrel dan teman-teman nya telah berada di mejanya bahkan Ditri melambaikan tangan pada nya.

Darrel, pelaku pencuri cemilan pun memakan keripik itu dengan santai nya. Alice melirik ke arah Ruby diam-diam, hampir saja dia terkena serangan jantung ketika melihat Ruby dan teman-teman nya menatap dirinya dengan tajam.

Gadis itu bahkan seperti ingin membunuh

nya saat itu juga. Alice menutup matanya jujur saja, dia memang mengatakan kalau mulai bosan dengan hidup damai nya tapi... bukan berarti ketenangan itu harus hancur sekarang juga.

Alice ingin menangis saja, kenapa para

protagonis ini mendatangi nya sih?

"Ngapain?"Tanya Alice basa basi, dia mengintip jajanannya yang ada di tangan Darrel.

Darrel sibuk menghabiskan keripik

kentang itu, "Makan"Jawabnya singkat.

Ditri berusaha mengambil sepotong keripik tapi Darrel tidak membiarkannya sedikit pun.

Alice berusaha tetap tenang. Dia melihat satu persatu teman-teman Darrel dari si pemuda berkaca mata, dia melihat name tag nya, Noah.

Di samping Noah, seorang pemuda yang memiliki mata sedikit sipit hampir seperti orang China. Namanya Esa, dia selalu menatap Alice dengan pandai menilai yang membuat gadis itu sedikit tidak nyaman.

Dan yang terakhir, ada Ditri yang sampai sekarang masih berusaha mengambil keripik dari tangan Darrel.

Alice sedikit kasihan dengannya karena itu, dia memberikan keripik kentangnya yang tersisa satu bungkus pada Ditri.

"Ini, ambil saja. Dia tidak akan memberikan itu pada mu"Ucap Alice dengan penuh perhatian. Ditri pun berhenti mengganggu Darrel dan menerima pemberian Alice, "Makasih"Katanya dengan senyum merekah.

Alice melihat tingkah pemuda itu seperti anak-anak yang di berikan mainan oleh orang tuanya. Gadis itu mengangguk dan tersenyum tipis pada Ditri.

Pemuda itu membuka cemilan nya dan segera memakan nya dengan lahap bahkan memamerkan nya pada Darrel. Dan membuat pemuda itu iri.

"Nama lo Alice ya"Ucap Esa datar. Gadis itu segera mengalihkan pandangannya pada Esa, dia mengerutkan keningnya, "Itu sudah jelas kan?"Katanya sambil menunjukkan name tag nya ke arah Esa.

Pertanyaan konyol, pikir Alice. Pemuda itu hanya mengangguk acuh kemudian dia segera sibuk dengan ponselnya.

Alice menatap aneh keempat orang ini, ada saja hal yang ingin mengganggu ketenangan nya. Dia penasaran akan suatu hal, seperti nya dia akan sibuk nanti malam.

Tapi pertama-tama dia harus melarikan diri dulu dari sini. Sebelum kepalanya hancur

karena tatapan tajam yang masih di layangkan oleh Ruby padanya. Dia melihat sekeliling, siapa tahu ada hal yang bisa membantu nya.

"Alice"Panggil sebuah suara. Gadis itu segera berbalik dan melihat ada Gama yang sepertinya baru saja masuk ke dalam kantin, dia tidak melihat pemuda ini dari tadi soal nya.

"Kenapa?"Tanya gadis itu bingung. Keempat pemuda tadi yang sibuk dengan urusan masing-masing mendadak kepo dengan kedatangan Gama, si ketua OSIS mereka.

"Ikut gue, guru manggil lo"Ucapnya singkat. Dia malas berbasa-basi lagi terlebih disini terlalu ramai.

Alice mengerutkan kening nya namun dia tetap mengangguk dan berdiri dari duduknya. Gama pun mulai berjalan meninggalkan kantin di ikuti Alice dari belakang. Kepergian mereka di perhatikan oleh seisi kantin.

"Gue bilang juga apa. Tuh cewek emang gatel banget! Kemarin Cakra, terus sekarang Darrel sama teman-teman nya. Lo nggak mungkin diam aja kan, by?"Ucap Mora dengan menggebu-gebu pada temannya.

Dia sudah gedek melihat Alice yang seakan-akan ingin menjadi pusat perhatian semua orang di sekolah. Hanya gadis yang sering di bully saja sudah terlalu sok, pikirnya.

Ruby masih menatap tajam kepergian Alice, dia sempat melirik Darrel tadi. Pemuda itu bahkan tidak ada tanda-tanda akan pindah dari sana untuk ke mejanya seperti biasa.

"Kali ini, gue setuju sama ucapan Lo"Kata Ruby pada Mora.

"Apa yang mau lo lakuin sama dia?"Tanyanya.

Mora tersenyum miring, "Tenang aja. Gue bukan geng tukang bully yang bodoh. Alice akan jadi urusan gue"Jawabnya. Ruby mengangguk paham, apapun yang

mengganggu milik nya, dia tidak akan tinggal diam.

***

Tangannya mengetik dengan cepat di atas keyboard laptop. Sedari tadi, sudah banyak

informasi yang ia cari dari beberapa keluarga besar.

Alice menggigit cokelat nya, "Mora Bratajaya"Gumamnya pelan.

Dia membaca biodata gadis itu, ternyata Mora memiliki keluarga yang secara turun temurun berada di bidang kedokteran.

Keluarga Bratajaya memiliki rumah sakit terbesar di kota ini selain itu mereka juga memiliki banyak cabang.

Terlebih lagi banyak dari keluarga mereka

yang menghasilkan dokter-dokter hebat.

Satu hal yang menarik, Mora lebih menggeluti dunia olahraga. Seperti, taekwondo dan beberapa olahraga ekstrim lain nya, sangat bertentangan dengan pedoman hidup keluarganya.

Dan yang lebih hebatnya lagi tidak ada keluarga nya yang sadar akan hal ini. Gadis tersebut menutupi semuanya dengan baik.

Sedangkan untuk Ziva. Keluarganya banyak menggeluti dunia entertainment, seperti menjadi artis, penyanyi maupun model.

Ziva sendiri adalah seorang model remaja yang cukup banyak di kenal oleh orang-orang. Sekolah akan memberikan keringanan pada nya jika dia memiliki jadwal padat.

Untuk Ruby, layaknya keluarga protagonis. Semua keluarga Everest adalah pengusaha kaya hal yang cukup sulit untuk di tembus.

Haha tapi tokoh seperti ini harus kalah dengan masa lalu si pemeran utama laki-laki. Sangat lemah, pikir Alice.

Alice tahu setelah Ruby melihat pemuda nya mendekati dirinya, gadis itu pasti akan melakukan sesuatu padanya.

Tentu saja, dia tidak akan dengan bodoh menerima semua nya begitu saja. Tapi Ruby tidak akan turun tangan secara langsung jadi akan ada dua kemungkinan.

Dia akan menyuruh orang lain atau para anjing penjaga nya yang akan bergerak. Besok akan ada salah satu adegan dalam novel yang terjadi.

Tentu saja, pemeran utama yang akan bermain siapa lagi kalau bukan Karla. Dia akan mengganggu Ruby lagi untuk kesekian kalinya. Mendapatkan tekanan dari keluarga nya membuat Karla sedikit mulai kehilangan akal nya.

"Alice!"Teriak ibunya dari bawah. Gadis itu terkejut mendengar teriakkan ibu nya tunggu dulu, kenapa ibu nya berteriak memanggil nama nya bukankah wanita itu tahu dia tidak bisa mendengar? Alice memiliki firasat buruk tentang ini.

Tidak lama, pintu nya di ketuk dengan brutal dari luar.

Dorr Dorr

"Alice!! Buka pintu nya!"Suara Kanna terdengar dari balik pintu kamarnya. Jantung nya berdetak dengan cepat, sialan reaksi tubuh ini membuat nya tidak nyaman.

Gadis itu bangun dari tempat tidur nya dan segera berjalan ke arah pintu kamar.

Ceklek

Kanna menatap tajam pada putrinya, "Sini kamu!"Ucapnya sambil menarik tangan Alice keluar dari kamar.

Gadis itu hanya bisa diam tanpa melawan dan mereka berdua turun ke bawah.

Kanna melempar Alice ke sofa, gadis itu mengerutkan keningnya ketika rasa sakit

menghampiri nya.

"Ibu dapat informasi dari seseorang, kamu buat keributan di sekolah. Dan satu lagi selama ini kamu hanya berpura pura bisu?! Kenapa Alice?"Ucap wanita itu dengan dingin.

Sepertinya dia baru saja mengonsumsi alkohol, emosinya sangat mudah meledak ledak sekarang.

Benarkan firasatnya. Seperti nya para gadis itu sangat tidak sabaran untuk membalas dirinya.

"Kenapa kamu diam saja? Kamu masih mau berpura-pura bisu di depan ibu? Percuma, Alice. Ibu sudah tahu kebohongan mu berhenti bermain-main sekarang dan jelaskan pada ibu"Lanjut Kanna lagi.

Alice masih tidak mau membuka mulutnya, bagaimana ini?? Apa yang harus dia lakukan?

"Alice!"

"Ini semua karena ibu!!"Teriak gadis itu tidak tahan lagi. Dia menatap tajam Kanna, Alice berdiri dan menjauh dari sana.

"Ibu terlalu memaksakan kehendak ibu, aku lelah. Aku butuh istirahat, ibu tidak tahu kan hal apa saja yang sudah ku rasakan selama ini? Aku sakit Bu, aku hampir gila bahkan aku berpikir lebih baik mati."

Kanna menatap tidak percaya pada anak nya. Minuman membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih dan Alice sadar akan hal itu.

Lebih baik dia kembali ke atas bukan saatnya mereka membahas hal seperti ini.

"Lebih baik ibu istirahat. Ini bukan saat nya kita membicarakan hal ini, ibu sedang tidak dalam kondisi yang baik sekarang"Lanjut gadis itu datar.

Tanpa menunggu jawaban ibunya, dia segera berlari menaiki tangga. Kanna hanya bisa terdiam melihat kepergian Alice, dia duduk di sofa dan mengambil botol alkohol.

Wanita itu segera meneguk minumannya dengan cepat dan menutup mata nya

mencoba untuk tenang.

Dia mendapatkan kabar ini dari seorang gadis yang dia tidak kenal yang membuatnya lebih marah, suami nya ternyata datang menemui Alice di sekolah dan itu tanpa izin dari nya.

Dia kehilangan kendali lagi.

Mendengar penjelasan Alice, Kanna merasa ada hal yang harus mereka bicarakan lebih dalam. Semenjak dia membawa putrinya dari rumah mereka, gadis itu menjadi lebih banyak diam.

Dia sendiri juga tidak pernah lagi berinteraksi dengan putrinya dan dia juga lebih memilih menutup diri dengan mabuk-mabukan.

Di atas, Alice menatap tajam pada gambar di laptop nya. Sepertinya anak-anak labil ini telah salah memilih lawan, dia tidak pernah ingin berurusan dengan mereka namun gadis-gadis ini membuat nya marah.

Jangan salahkan dia jika membalaskan semua nya ya lebih cepat, dia tidak perduli jika orang-orang ini adalah para protagonis dalam novel.

Siapapun yang mengganggunya, dia tidak akan tinggal diam. Mungkin ada gunanya berada di dekat Karla, biasanya antagonis maupun protagonis mempunyai keberuntungan mereka masing-masing. Ini dunia novel, protagonis akan tetap menjadi yang nomor satu.

Mau mereka berbuat salah satu tidak, tokoh utama akan selalu menjadi yang terbaik.

Baiklah, kita lihat saja besok. Apa yang akan terjadi selanjutnya.

^^

1
Airana
Thor lanjut donk
Airana
Bagus banget... ramaikan yok!! seru nih. setiap masuk ke bab berikutnya aku tambah penasaran dan ya begitulah intinya seru dan bagus bangetlah
Nur Anti
bagussss
Nur Anti
sumpah ini bagus bnget..
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah
Cha Sumuk
aneh masa ga ada ingatan dr yg punya tubuh hemmm
Lippe
makin seru/Hey//Hey//Hey/
Wiecipa Wicipha
👍
Jamilah Hidirmanto
/Drool/
Milkaja
Luar biasa
Airana
Luar biasa, bagus
Airana
Ruby salah pilih lawan
Milkaja
Jadi itu adalah dunia novel, aku penasaran lebih ke jodoh nya berry sih di dunia novel itu
Milkaja
Lanjut thor, nggak sabar sama bab berikutnya
Simehate Peanut
next thor/Smile/
Simehate Peanut
Lanjut thour
Miaaaoowww😸
wowww ceritanya seruuuu...
semangat kk
Korean: Terima kasih atas dukungannya!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!