Nafisah kaisa Az-Zahra tidak pernah menyangka kalau dirinya dipilih oleh Ibrahim Al Kahfi untuk menjadi istrinya.Seperti yang diketahui oleh semua orang,tidak ada seorang wanita manapun yang mau menikahi Ibrahim karena keadaannya yang penyakitan dan divonis dokter memiliki sisa umur hanya satu tahun lagi.Maukah Nafisah menerima pinangan dari Ibrahim untuk menjadi istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Iya mas,Nafisah suka kok sama rumahnya.Semoga kita berdua bisa hidup bahagia saat tinggal disini ya mas." ucap Nafisah.
"Aamiin,kita masuk yuk." ajak Ibrahim yang disambut dengan antusias oleh Nafisah.
Sembari menggandeng tangan istrinya dan mendorong koper bawaannya,Ibrahim pun akhirnya mengajak Nafisah untuk masuk ke dalam rumah baru mereka.Rumah mewah yang baru dibelinya ini memiliki tiga kamar tidur,kolam renang pribadi,ruang tamu dan taman kecil yang berada di belakang rumah.
Begitu berada di dalam rumah,Nafisah tak henti hentinya merasa takjub akan keindahan bangunan serta perabotan mewah yang memenuhi rumah barunya.Selama satu hari itu,Ibrahim dan Nafisah menghabiskan waktu mereka untuk menata semua barang bawaan mereka di dalam kamar serta berkeliling rumah untuk mengenali setiap sudut dari rumah barunya.
Malam harinya di saat Nafisah tengah mencuci piring kotor selesai melakukan makan malam,Ibrahim sengaja cepat cepat masuk ke dalam kamarnya untuk menghias kamarnya dengan bunga mawar merah dan lilin lilin aromaterapi untuk merayakan malam pertama pernikahannya bersama Nafisah.
Sejak dirinya menikah dengan Nafisah dulu sampai sekarang, mereka berdua belum melakukan malam pertama pernikahan.Untuk itulah mengapa malam ini Ibrahim telah mempersiapkannya dengan matang agar bisa menghabiskan malam pertama pernikahannya dengan berkesan bersama Nafisah.
Dengan bersemangat Ibrahim menghias ranjang tidurnya dengan kumpulan kelopak bunga mawar merah yang ia bentuk hati,sementara kedua sisi dari pintu masuk kamarnya,Ibrahim hias dengan lilin lilin aromaterapi yang baunya harum dan menenangkan pikiran.
Seusainya menyiapkan itu semua,Ibrahim pun segera menghampiri Nafisah di dapur untuk mengajaknya masuk ke dalam kamar mereka yang sudah siap dengan berbagai kejutan yang Ibrahim buat untuk wanita itu.
"Mas kita mau kemana?Nafisah masih belum selesai cuci piring lho." ucap Nafisah yang dibuat kebingungan saat suaminya menyuruhnya untuk menyudahi cuci piring yang sebelumnya dilakukan oleh Nafisah untuk mengajaknya ke suatu tempat.
"Cuci piringnya bisa besok saja Nafisah,sekarang mas mau nunjukin kamu sesuatu yang sangat istimewa." ucap Ibrahim
"Istimewa? Memangnya apa yang ingin mas Ibrahim tunjukkan sama Nafisah?" tanya Nafisah dengan sangat penasaran.
"Ada deh,kamu akan mengetahuinya sebentar lagi." ucap Ibrahim yang akhirnya mereka berdua sudah sampai di luar pintu kamarnya.
"Masuklah Nafisah,kau akan mengetahui kejutan apa yang telah aku siapkan untukmu." ucap Ibrahim yang menyuruh Nafisah untuk masuk ke dalam kamarnya.
Tanpa menjawab perkataan suaminya, Nafisah pun segera membuka pintu kamarnya dan lekas melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya yang disusul oleh Ibrahim yang berada di belakangnya.Dan saat Nafisah telah masuk ke dalam kamarnya, alangkah terkejut dan bahagianya Nafisah saat ia melihat kamarnya yang sudah didekorasi dengan cantik oleh suaminya.
"Mas,semua ini mas Ibrahim yang menyiapkannya?" tanya Nafisah dengan takjub.
"Iya sayang,semua ini mas yang menyiapkannya.Mas sengaja menyiapkan ini semua agar bisa melakukan malam pertama pernikahan kita dengan berkesan dan romantis." ucap Ibrahim yang membuat Nafisah menelan salivanya dengan kuat.
"Malam pertama pernikahan mas?" tanya Nafisah yang tampak terkejut dan gugup.
"Iya Nafisah, setelah kita berdua sudah saling mengungkapkan perasaan masing masing maka tidak ada hal lagi yang bisa membuat mas untuk tidak menjadikan kamu menjadi milik mas seutuhnya.Nafisah kamu mau kan melakukan malam pertama pernikahan kita hari ini?" tanya Ibrahim dengan penuh harap.
"I-iya mas,Nafisah mau." ucap Nafisah dengan gugup dan berdebar debar serta membuat Ibrahim melemparkan senyum kepadanya.
Setelah mendapatkan lampu hijau dari Nafisah,Ibrahim pun segera menutup pintu dan juga tirai kamarnya agar tidak terjamah oleh dunia luar meskipun saat ini hanya ada mereka berdua di rumah tersebut.
Ibrahim menghampiri Nafisah yang sudah berdiri menunggunya di tengah ruangan.Ibrahim mengulurkan tangan dan jemarinya untuk mengusap rambut Nafisah, ekspresi wajahnya tampak jelas diselimuti oleh gairah yang hampir membuat Nafisah gemetar.
"Akhirnya saat saat ini tiba juga ke dalam hidupku Nafisah,sudah lama aku menginginkan hal ini terjadi." ucap Ibrahim dengan suaranya yang berat.
"Mas... bisakah kita melakukannya dalam kamar yang gelap,Nafisah malu mas." ucap Nafisah dengan pandangannya yang tertunduk dan tak berani menatap wajah Ibrahim.
"Tidak Nafisah,kau tidak perlu menyembunyikan apa yang ingin aku lihat darimu." ucap Ibrahim
"Tapi mas," ucap Nafisah dengan putus asa.
"Malam ini tidak ada kata Tapi diantara kita berdua sayang, malam hari ini hanya kata Ya dan Iya." ucap Ibrahim.
Jemari Ibrahim bergeser dari rambut Nafisah ke punggung Nafisah untuk menarik resleting baju dan melepaskan baju Nafisah dari tubuhnya.Nafisah merasakan bahwa kini pakaian yang dikenakannya telah terlepas dari tubuhnya dan jatuh ke lantai.
Detak jantungnya tak henti hentinya berdegup kencang ketika ia menyaksikan suaminya yang melihat tubuhnya yang hanya memakai bikini hitam dengan tatapan matanya yang mendamba.
"Menarik!" ucap Ibrahim saat menyapu tubuh Nafisah dari bawah ke atas.
"Mas..." ucap Nafisah yang dirinya merasa hampir gila karena tatapan mata Ibrahim yang menyapu tubuhnya.
"Iya Nafisah ada apa sayang?" tanya Ibrahim
"Nafisah malu mas." ucap Nafisah
"Untuk apa kau harus merasa malu dihadapan ku Nafisah?Kau tidak memiliki kekurangan apapun, jadi berhentilah merasa malu dan nikmati malam ini dengan baik." ucap Ibrahim yang meletakkan tangannya di pinggang Nafisah dan menarik wanita itu untuk lebih dekat ke arahnya.
Nafisah yang sebenarnya merasa gugup itu pun akhirnya tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti kehendak suaminya.Bahkan Nafisah tidak memprotes saat bibir suaminya mendekati bibirnya untuk kemudian menciumnya.
Nafisah merintih dan berpegangan erat kepada Ibrahim ketika suaminya itu melumat bibirnya dengan posesif dan hampir membuat Nafisah tidak sanggup untuk berdiri.Nafisah terkesiap ketika ia merasakan tangan suaminya yang lain tengah meraba bikini yang membungkus bukit kembarnya.
"Ahhh" desah Nafisah dengan tersiksa saat ia merasakan tangan Ibrahim melepaskan bikini itu dari bukit kembarnya melalui atas kepalanya.
Bukit kembar milik Nafisah terlihat secara bersamaan naik turun sesuai dengan nafas Nafisah yang tidak beraturan.Kedua mata Ibrahim menggelap ketika ia melihat bukit kembar milik Nafisah yang bulat besar dan membusung ke depan, membuat Ibrahim tidak sabar untuk mencicipinya.
"Kemarilah Nafisah,dan biarkan aku mencicipi bukit kembar milikmu dengan mulutku." ucap Ibrahim kepada Nafisah.
"Jangan harap mas" ucap Nafisah dengan jahil yang segera melarikan diri dari hadapan suaminya dan membuat Ibrahim mau tak mau harus mengejar Nafisah agar bisa menuruti keinginannya yang ingin mencicipi bukit kembar milik istrinya itu.
"Jangan lari Nafisah,ayo kembalilah padaku." ucap Ibrahim di tengah usahanya yang mencoba untuk menangkap Nafisah yang berlari menjauhinya di dalam kamarnya.
"Tidak mau mas, sebelum mas Ibrahim berhasil menangkap ku." ucap Nafisah dengan jahil kepada suaminya.
jangan salah paham dulu. beri kesempatan nafisah menjelaskan semuanya. dan sebagai orang tua, harus bijaksana yaaaaaa
awal bab sudah sangat menarik kak,
semangat ka!