Aluna gadis lugu yang penuh dengan cobaan hidup. Sebenarnya dia gadis yang baik. Namun sejak dia dikhianati kekasih dan sahabatnya dia berubah menjadi gadis pendiam yang penuh dengan misteri. Banyak hal aneh dia alami. Dia sering berhalusinasi. Namun siapa sangka orang-orang yang datang dalam halusinasinya adalah orang-orang dari dunia lain. Apakah Aluna akan bahagia dengan kejadian tersebut. Atau malah semakin terpuruk. Ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Aku siap melangkah tanpamu dan tanpanya. Sendiri mungkin akan lebih baik.
🔥🔥🔥
"Sayang, kamu kenapa ?"
Aluna menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Dia merasa lega ketika mendengar suara Dewi.
Jantungnya sudah berdebar kencang ketika sesuatu menyentuh bahunya. Seluruh tubuhnya sudah bergetar tadi. Perasaan takut menyerang dirinya.
Setelah tahu Dewi lah yang menyentuh bahunya, perasaannya lega sekali. Secara perlahan semua kembali normal seperti sedia kala.Tubuhnya perlahan rileks. Debar jantungnya kembali normal. Keringat dingin sudah tidak keluar lagi, walaupun tubuhnya masih basah oleh keringat yang keluar tadi. Aluna mengelus dadanya, menetralisir debar jantungnya, dan kemudian menoleh.
" Bunda, Bunda sudah bangun?" Aluna membalikkan badan, menatap sang bunda yang berdiri di belakangnya.
"Sudah sayang. Tidur sebentar sudah cukup. Dan bunda cukup puas walaupun sebentar."
" Syukurlah, kalau bunda bisa istirahat."
" Kasurnya empuk dan nyaman sekali. Apalagi aromaterapi yang kamu pasang di dalam kamar, membuat pikiran tenang. Hingga dengan mudah mata ini terpejam."
"Benarkah begitu? Syukurlah kalau semua cocok buat bunda."
Aluna kemudian terdiam. Sama sekali apa yang dikatakan Dewi mengganggu pikirannya. Kasur yang empuk, benarkah itu? Yang dia ingat kasur di kamar yang dipakai Dewi memang baru tapi kasur busa biasa, jauh dari yang dibilang Dewi.
" Apa diganti juga tempat tidur dan kasur di kamar ?" gumamnya pelan.
" Kamu bicara apa sayang?"
" Tidak bunda, hanya bersenandung sedikit.."
" Oh begitu, Di luar ada apa? Tadi sepertinya kamu mengintip ke luar." Dewi membuka korden jendela, bermaksud melihat keluar rumah. Namun di luar memang sepi . Tidak ada sesuatu yang mencurigakan.
"Tidak ada apa-apa Bunda, itu ada makanan , sebaiknya diapakan. Terlalu banyak juga. Tidak mungkin habis sama kita berdu-a" Aluna diam ketika menoleh ke arah meja tak terlihat apapun disana. Tidak ada piring mau pun gelas. Hanya ada sebuah vas bunga.
"Makanan? Di meja? Tidak ada apa-apa sayang." Dewi menatap Aluna yang terlihat bingung.
" Hehehe apa tadi Luna mimpi ya bund, ada banyak makanan di meja tadi. Apa Luna yang lupa ya." Aluna menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal.
Aluna merasa sangat tidak nyaman saat di tatap sedemikian rupa oleh Dewi.
" Nak, istirahatlah. Belakangan ini kamu terlihat tidak fokus. " Dewi mengusap bahu Aluna.
" Iya Bun, kalau begitu Luna masuk kamar dulu ya. "
Aluna melangkah perlahan menuju kamarnya. Berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam kepalanya. Berkali-kali dia memukul kepalanya. Aluna merasa kesal dengan keadaannya saat ini.
Aluna membuka pintu dengan kasar. Tapi menutupnya dengan perlahan. Tidak ingin menimbulkan kecurigaan pada bunda, kalau dia sedang kesal.
" Haah... Menyebalkan."
Aluna membanting tubuhnya di kasur. Dirinya sangat kesal. Kejadian hari ini membuat dia sangat malu. Entah siapa yang salah. Yang pasti dia hanya menjalani apa yang terjadi.
Mungkin kejadian-kejadian itu yang telah mempermainkan dirinya. Barang yang tiba-tiba hilang, apa mungkin memang tidak ada . Hanya Aluna yang bisa melihat.
Aluna merebahkan dirinya. Dia menatap langit-langit kamar. Memikirkan apa yang terjadi. Mimpi yang datang tapi nyata terlihat di dunia. Sedangkan yang terlihat nyata malah di penglihatan bunda tidak terlihat.
" Siapa yang telah mempermainkan aku. Siapa yang telah merekayasa kejadian-kejadian ini!!!."
Aluna mendesah kasar. Merasa lelah dengan semua yang telah terjadi belakangan ini. Aluna sedang berusaha mengingat kejadian awal kenapa Semua ini bisa terjadi. Tapi belum juga menemukan petunjuk apa pun.
Berusaha menjadi pangkal sebab musababnya. Tapi dia tidak mengingat apapun. Menurut ingatannya, belum satupun kejadian yang menurutnya bisa dijadikan alasan.
Lama berpikir membuat lelah. Lama kelamaan matanya terpejam. Aluna tertidur di sore hari menjelang Maghrib. Sebenarnya tidak baik, namun karena rasa lelah yang menerpanya membuatnya terpejam.
🔥🔥🔥
Cukup lama Aluna tertidur. Menjelang isya dia baru terbangun. Buru-buru mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat Maghrib dan melanjutkan ke sholat isya. Karena begitu dia mengucapkan salam, adzan isya terdengar.
Selesai sholat Aluna keluar dari kamar. Dilihatnya Dewi sedang menata makanan di meja makan.
" Bunda masak? Masak apa?" Aluna mendekati Dewi dan memeluknya dari belakang.
" Bunda hanya bikin telur dadar sama sayur bening. Tidak apa-apa bukan hanya makanan kampung." Jawab Dewi. Tangan kirinya mengusap pipi Aluna.
"Tidak apa-apa bunda. Aluna rindu masakan bunda."
" Kalau begitu duduklah kita makan bersama. Bunda rindu seperti ini."
Dewi menarik kursi dan menuntun Aluna untuk duduk di sana.Kemudian dia memutari meja makan dan duduk di sebrang Aluna. Lebih enak berbincang berhadapan bukan?
Dewi menyendok nasi dan lauk dan diserahkan pada Aluna. Sayurnya dipisah pada mangkok tersendiri.
" Terima kasih bunda." Aluna tersenyum memandang Dewi yang selalu melayaninya seperti anak kecil. Itulah yang membuat Aluna sangat merindukan Dewi. Apalagi Aluna anak tunggal. Tidak punya saudara satupun . Bahkan saudara sepupu sekalian pun. Sungguh sepi hidupnya.
" Bunda enak dan segar. Lama Aluna tidak makan masakan seperti ini. Apalagi yang dimasak bunda." Sambil terus menyuap mereka berbincang.
" Habiskan dulu,nak. Baru kita berbincang. Biar nikmat makannya."
Mereka makan dalam diam. Sepiring nasi dan semangkok nasi habis tak tersisa dengan cepat.
" Kenyang." Aluna menepuk perutnya sambil tersenyum. " Masakan bunda tiada tandingannya. Selalu terlezat." Aluna mengacungkan jempolnya.
" Kamu bisa saja sayang." Dewi terkekeh. Dia bahagia melihat Aluna yang terlihat segar.
" Memang benar bukan. Masakan seorang ibu selalu memakai bumbu cinta. Itulah yang membuat masakan semakin lezat. "
Aluna meraih tangan Dewi. Menggenggamnya seolah tak ingin dilepaskan. Dia genggam erat.
" Kenapa sayang, hm. Sepertinya kamu gelisah." Dewi menatap Aluna kemudian beralih pada tangannya yang digenggam Aluna.
" Tidak ada apa-apa bunda. Aluna hanya kangen. Bunda lama di sini bukan."
" Hm, justru bunda mau bilang, besok pagi bunda mau balik ke kampung...."
" Kenapa buru-buru. Luna masih kangen." Aluna memotong perkataan bunda yang belum selesai.
" Dengarkan bunda terlebih dahulu nak, Bunda tidak bisa lama-lama di sini. Kebun sawah dan ternak bunda bagaiman? siapa yang mengurus." Dewi berbalik menggenggam tangan Aluna yang baru saja Aluna lepaskan.
" Tapikan, ada kang Surip yang mengurus, bunda." Aluna cemberut. Dia belum mau ditinggal Dewi.
"Tapi tetep saja bunda tidak bisa lama-lama meninggalkan nya. Tidak apa-apa ya bunda pulang. Nanti kalau kamu kangen, kamu pulang."
Akhirnya Aluna hanya bisa mengangguk pasrah. Dia tidak bisa menahan Dewi. Dewi juga punya kesibukan sendiri di kampung. Aluna pernah meminta Dewi untuk pindah ke kota, tinggal bersamanya. Namun Dewi menolak dengan alasan, lebih enak tinggal di kampung.
🔥🔥🔥
Sudah tiga hari Aluna tidak masuk kerja. Dia sengaja mengambil cuti. Selain untuk menyembuhkan luka, juga menyembuhkan mentalnya. Dia harus memperkuat dirinya saat bertemu dengan Alisha.
Beberapa kali Bram menghubunginya. Namun tidak pernah dia jawab. Dia Belum ingin bertemu dengannya. Aluna mematikan ponselnya. Sengaja tidak ingin diganggu. Benar-benar ingin istirahat total.
Dewi sudah pulang ke kampung halamannya. Ada banyak hal yang ditinggalkan begitu saja. Tentu saja Dewi harus mengurus sawah dan kebunnya. Binatang ternaknya juga butuh perhatian. Sudah satu mingguan mereka ditinggal dan dititipkan pada tetangganya.
Aluna sendirian sekarang. Tidak ada temannya sama sekali. Andra dan Nina tidak nampak sama sekali. Tak sekalipun datang berkunjung semenjak Aluna pulang.
Dirinya sudah tenang. Dia sudah tidak memikirkan lagi tentang Bram dan Alisha. Aluna akan dengan ikhlas melepas Bram untuk Alisha. Dan tidak ingin punya hubungan apa pun dengan mereka. Kalau bisa tidak usah bertemu sama sekali.
Bukan belum bisa move on tapi memang sudah tidak ingin berurusan lagi dengan mereka. Seseorang yang pernah mengkhianati akan selalu menjadi duri selamanya.
Aluna sudah mempersiapkan semua keperluan buat besok. Baju sudah rapi tersimpan di lemari. Tidak ada cucian kotor dan rumah yang berantakan. Semua sudah bersih wangi dan juga rapi ditempatnya.
Aluna juga menyempatkan diri merawat tanaman yang dia punya. Tidak seperti dulu yang selalu tergantung sama Andra dan Nina. Sekarang semua nya dia lakukan sendiri. Mumpung senggang dan sengaja untuk menyibukkan diri.
Tidak lupa Aluna juga merawat tubuhnya. Sekarang terlihat semakin putih dan mulus. Aluna juga mulai belajar berdandan, walaupun dia hanya sedikit memoles wajahnya saja.
Sekarang apa yang ada ditubuh Aluna telah jauh berbeda. Wajahnya terlihat lebih segar dan menawan hanya dengan polesan sedikit. Pakaiannya walaupun menutup seluruh tubuhnya tapi model dan cara Aluna memadukan warna dan model sangat pas. Dalam waktu tiga hari Aluna berhasil merubah segalanya.
Ini berawal dari sebuah catatan yang dia temukan di atas nakas. Entah siapa yang menaruhnya. Semua tentang ilmu menciptakan inner beauty. Penampilan dan juga dandanan yang natural yang bisa membuat seseorang terlihat menarik.
Berkali-kali Aluna memikirkan dan akhirnya dia menerapkan semua yang tertulis dalam catatan tersebut. Walaupun dia tidak tahu punya siapa, namun apa yang tercatat sangat bermanfaat. Tidak ada salahnya bukan untuk mempelajarinya.
Tiga hari juga sosok-sosok yang sering datang, sama sekali tidak menampakkan diri. Jujur Aluna merasa kesepian. Tidak ada lagi orang-orang yang memanggilnya dengan panggilan yang penuh perhatian. Tidak ada lagi candaan mereka yang membuat bibir tersenyum.
" Apa benar mereka telah pergi hanya karena aku ragu tentang keberadaan mereka. Naif sekali aku. Mengharap sesuatu yang tidak mungkin. Sosok yang perfect mungkin hanya ada di khayalan. Seandainya ada, mana mau berteman denganku."
Itulah Aluna selalu merasa rendah diri. Padahal semua yang ada pada dirinya adalah kelebihannya. Namun dia masih merasa rendah diri.
Semua berawal dari keadaannya yang lupa akan masa kecilnya. Ingatannya hilang sampai saat dia berumur dua belas tahun. Aluna hanya ingat kejadiannya saat dia mulai masuk SMP. Sebelum itu tidak ada kenangan sama sekali. Pernah bertanya pada Dewi, namun jawabannya membuat Aluna tidak berani lagi bertanya.
Sejak SMP dia tidak punya teman. Selain teman sebangkunya. Tidak ada yang lain. Dia hanya tidak nyaman bergabung dengan teman yang lain. Apalagi sekolah tempat dia menuntut ilmu adalah sekolah orang kaya.
Aluna bisa masuk karena beasiswa. Seandainya tidak mana bisa dia bersekolah di sana. Beaya yang mahal yang jadi Kendalanya.
Seiring berjalannya waktu. Aluna mulai berani dan mau membuka diri walaupun belum sepenuh. Dan Alhamdulillah sekarang sudah lumayan percaya diri.
Bersambung
Lovee❤️❤️❤️