Kinan hanyalah gadis biasa, dirinya mengadu nasib pergi ke kota bersama temannya setelah mendapatkan informasi kalau ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, demi kebutuhan dan juga ingin mengurangi beban keluarga Kinan akhirnya pergi ke kota jakarta, Di sana Kinan harus berhadapan dengan Daniel pria tampan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Mampukah Kinan bertahan di jakarta atau memilih pulang dan melanjutkan sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati Tak Bisa Berbohong
Keesokan harinya satu persatu keluarga meninggalkan kediaman pak Teo. Begitu juga dengan Bunda Tata.
Sinta baru selesai menyimpan nomor telepon Kinan, kembali gadis muda itu merasa iri dengan ponsel Kinan, Harganya bahkan bisa membeli satu unit sepeda motor, Kinan hanya tersenyum saja ketika Sinta terus melontarkan kata-kata mutiara dan bijak. Membuat Danil tersenyum kuda.
"Hati-hati di jalan ya Sin." Kinan melepaskan pelukan Sinta yang terus di tarik Tamara untuk masuk ke dalam mobil.
"Nanti kita chatan ya," Kata Sinta setengah berteriak pasalnya mobil mulai di hidupkan.
Kinan mengangguk antusias membuat Daniel melirik lalu berbisik. "Jangan ngomongin aku ya."
Kinan melirik Daniel sembari cengengesan.
"Geer Aa mah," Kemudian Kinan masuk ke rumah setengah berlari. Menyusul Bu Tari dan Pak Teo. Setelah mobil bunda Tata meninggalkan halaman Daniel sendiri masih diam belum beranjak.
Tiba-tiba Daniel menghela napas cukup berat. Tangannya merogoh saku celana untuk mengambil ponsel yang sedari tadi bergetar. Daniel ragu Membuka isi pesan dengan ekspresi wajah datar.
[Daniel, Aku ada di Bandung, please temuin aku, Kalau kamu ga datang, kita ga akan pernah ketemu lagi.]
Tangan Daniel menggaruk asal kening yang mengkerut, otaknya berpikir keras ketika pesan itu di bacanya. Tanpa kata melangkah masuk kedalam rumah.
Kinan berada di dapur, membantu para pelayan untuk membawa beberapa piring kotor sisa sarapan, Bu Tari tak bisa lagi melarang, Kinan beralasan wanita hamil jangan malas. Bahkan di kampungnya ibu hamil pergi ke ladang dengan Medan yang terjal. Selain itu Kinan juga merasa berguna tidak hanya leha-leha di kamar atau bertingkah seperti nyonya. Majikannya yang kaya saja hidup sederhana. Ya walaupun tingkat kesederhanaan Bu Tari masih di katakan wah untuk Kinan.
Daniel menaiki tangga untuk ke kamar tapi perhatian tertuju ke arah Kinan yang sibuk merapihkan meja makan, bergantian melirik bunda Tari yang mana bersantai dengan ponsel di lain telinga, terlihat sang bunda tengah mengobrol dengan seseorang di sana.
Dalam diam Daniel merenung, Tak terasa sudah 4 bulan menjadi seorang suami, Mencoba membuka hati dan cinta untuk Kinan, tapi nampak sulit Daniel membiarkan Kinan menggantikan Sarah di hatinya. 4 bulan berusaha untuk bersikap baik, tidak ingin melukai Kinan lebih jauh, tapi dirinya semakin tersiksa. Apalagi Kinan sepertinya mulai menaruh hati padanya. walaupun kemarin Daniel mendengar sang istri masih merasakan trauma. Maupun Kinan dan Daniel keduanya pintar menjaga perasaan.
Kinan dan Daniel bertingkah baik-baik saja, tapi hati mereka sama-sama terluka dan kosong, bercinta hanya perasaan napsu dan pastinya di dasari suka sama suka. Lain dengan hati.
Daniel merenung akan hal itu. Bahkan Kinan beberapa kali mencoba mengatakan akan menerima jika Daniel kembali bersama Sarah, Tapi apa itu benar? Bagaimana kalau itu hanya di bibir saja.
Tanpa sadar Daniel terus menatap Kinan yang sibuk bebenah membuat Bu Tari yang sudah selesai dengan seseorang di sambungan telepon terheran..
"Kak?" panggilan itu tak di gubris Daniel. Karena tak ada respon dirinya kembali memainkan ponsel dan mengacuhkan Daniel.
"Liburan kayanya seru, ajak Kinan buat liburan ah, tapi kemana ya kira-kira?"
Daniel menggelengkan kepalanya cepat, tanpa ingin menegur Kinan, ia menaiki tangga dan masuk kedalam kamar. Segera berganti pakaian. Menyemprotkan parfum lalu menyambar ponselnya.
[Kirim alamatnya, aku ke sana sekarang]
Setelah mengirim pesan itu Daniel lantas meninggalkan kamar. Begitu cepat menuruni tangga, Bu Tari kembali menatap Daniel pun dengan Kinan yang mana keduanya duduk bersama sembari memperhatikan ponsel yang di genggam Bu Tari.
"Mau kemana Kak, Rapih amat." Tanya Bu Tari, memperhatikan penampilan Daniel yang keren seperti akan pergi jalan-jalan.
Daniel duduk sebelum memberi jawaban.
"Ada urusan di restoran Bun."
"Ga ajak Kinan, Sekalian kan pergi jalan-jalan ini hari Minggu." Saran Bu Tari membuat Kinan menggelengkan kepala. Sedangkan Daniel berusaha tenang.
"Ayo kalau Kinan mau," Jelas itu hanya basa-basi saja. Hatinya bergemuruh karena takut Kinan mengiyakan dan bundanya memberi paksaan kepada Kinan untuk ikut.
"Ga Bun, Kinan rasanya lelah. Mau di rumah aja sama bunda." Laku Kinan melirik Daniel.
"Ga A, Kinan mau di rumah aja, Aa hati-hati."
Daniel menghela napas lega, kemudian pamit kepada Kinan dan bunda Tari, Daniel berpesan untuk Kinan tidak mengantarnya sampai teras, Kinan mengangguk patuh dan membiarkan Daniel pergi.
Seperti di kejar waktu, Daniel membawa mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi. Apalagi setelah mendapatkan pesan lokasi yang di mintanya.
"Tunggu aku, aku datang."
Sekitar 20 menit Daniel berkendara, dirinya lantas memarkirkan mobilnya di halaman cafe samping Mall. Bergegas ke dalam Cafe celingukan mencari sosok yang di cari.
Lamanya mencari Daniel tersenyum melihat sosok yang di carinya berjalan menghampiri.
"Aku tau kamu akan datang, aku tau." Kata si wanita berparas cantik itu..
Daniel lantas tak membuang waktu. Langsung berlari dan memeluk tubuh gadis tinggi semampai itu.
"Maafin aku, aku rindu kamu, benar-benar rindu."
Daniel memeluk Sarah begitu erat, melepaskan rasa rindu yang hampir empat bulan ini di tahannya. Gadis yang di cintai nya tengah di pelukannya melupakan orang-orang yang tidak tertarik dengan mereka..
Maafkan aku Kinan, Sarah begitu berharga untukku.
.
Di rumah, Bu Tari sepakat mengajak Kinan liburan, awalnya Kinan menolak tapi paksaan dari ibu mertuanya Kinan tak berdaya. Tinggal duduk manis aja kok repot, Kata Bu Tari tadi.
Karena besok mau pergi ke puncak, Kinan di minta mengemas baju yang akan di bawa, dan juga baju Daniel tanpa meminta izin, Kinan membuka lemari pakaian sang suami yang memang selama menikah tidak berani di bukannya, Daniel selalu mengambil baju sendiri, dari kecil Bu Tari mendidik Daniel mandiri sampai dewasa Daniel melakukannya tanpa bantuan siapapun termasuk Kinan, Alasan yang lain lagi, takut baju yang di ambilkan tidak sesuai dengan seleranya.
Hati-hati Kinan menarik beberapa baju, celana bahkan malu-malu menarik celana dalam sang suami. Meletakkannya di koper berulang terus sampai selesai, di tengah aktivitas itu Kinan melihat ada kotak berwarna merah, Jelas itu adalah kotak perhiasan.
Bukan punya aku,
Kinan bergumam, mengingat kotak cincin kawin dari Daniel berwarna hitam. lantas kotak perhiasan ini untuk siapa?
Untuk memastikan Kinan mengambilnya dan membukanya. Tapi..."Kosong."
.
"Sarah, maukah kamu menikah dengan ku?"
Sarah terpaku menatap Cincin dengan bermatakan berlian berwarna biru, amat cantik dan mengkilap membuat jantungnya berdebar. Cincin itu tengah di arahkan Daniel kepadanya.
Para pelanggan Cafe yang melihat itu bersorak dan bertepuk tangan sembari menyuarakan kata.
"Terima...Terima....Terima...."
Sarah celingukan dengan wajah malu sekaligus bahagia tak ingin membuang waktu dirinya mengangguk.
"Aku mau, aku mau."