Follow IG : renitaaprilreal
Anna menikah di usia 20 tahun. Selama 5 tahun menjalin pernikahan, Anna masih belum di beri keturunan.
Dimas Narendra, suami dari Anna sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya.
Anna sudah berusaha untuk melakukan segala cara. Namun hasilnya nihil, Anna masih belum bisa di beri keturunan.
Dimas lalu menikah lagi dengan seorang wanita yang sebaya dengan istrinya. Lisa adalah nama dari wanita itu.
Lisa teman satu kantor dari Dimas. Sebagai seorang istri, Anna berusaha untuk ikhlas menerima dirinya di poligami.
Di tengah keterpurukan, Anna berusaha untuk bangkit kembali. Dia berusaha untuk membalikan keadaan yang ada.
Sosok pria tampan bernama Rey hadir di tengah-tengah kekosongan hati Anna.
Note :
Harap bijak dalam membaca.
Menceritakan masalah poligami dan perselingkuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Rey sangat senang karna mamanya sudah setuju dengan calon yang dia pilih. Dia sudah tidak sabar untuk menunggu Anna berpisah dari Dimas.
Rey berangkat dengan mobilnya menuju kantor. Dia akan meminta Diki untuk mengurus perceraian itu secepatnya. Rey sudah tidak sabar untuk segera memiliki Anna.
Sampai di gedung perkantoran, Rey lekas menuju ruangan Diki. Tanpa mengetuk pintu, Rey langsung saja masuk ke dalam ruangan. Diki sampai kaget karna kedatangan Reyhan yang tiba-tiba.
"Rey ... ketuk dulu pintunya," kesal Diki.
"Ini kantor punyaku, terserah aku mau masuk tanpa mengetuk pintu," sahut Rey.
Diki berdecak. "Ck ... ada apa?"
Rey menyengir. "Dik ... kamu bantu Anna untuk mengurus perceraiannya dengan Dimas. Anna bilang dia ingin bercerai. Kamu urus biar semuanya cepat selesai."
Diki mengelengkan kepalanya. Untuk hal ini dia tidak setuju akan perintah dari Reyhan. Sahabatnya ini sudah banyak ikut campur dalam urusan rumah tangga Anna.
Rey merasa heran karna Diki terlihat menolak dirinya. "Kenapa? Apa aku salah?"
"Rey ... untuk kali kamu harus bersabar. Biarkan Anna yang menyelesaikan hubungannya bersama Dimas. Jangan sampai kamu di cap pebinor oleh orang-orang," tutur Diki.
Diki tidak mau jika Rey sampai di cap pebinor. Walau pun itu memang kenyataannya. Tapi, dengan mencampuri urusan rumah tangga Anna, itu sungguh tidak sopan. Diki tidak ingin jika nantinya Dimas malah memutar balik fakta. Meski saat itu rumah tangga Anna memang sudah bermasalah.
"Terus ... apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Rey.
"Menunggu saja tentunya. Jangan sampai Dimas mengatakan jika kamu penyebab perceraian mereka," ujar Diki.
"Aku capek menunggu." Rey tampak berpikir. "Kita habisi saja Dimas itu," ucap Rey.
"Bicara itu jangan asal keluar, Rey. Kalau kita menghabisi Dimas, masalah akan bertambah. Sudahlah ... secepatnya Anna juga akan menjadi milikmu," tutur Diki.
Rey menghela napas. Dia melangkah gontai kembali ke ruangan kantornya. Diki mengeleng akan tingkah Rey yang sudah berubah. Rey sudah tidak lagi bermain wanita. Dia sudah tergila-gila pada Anna.
Rey duduk di kursi kebesarannya. Dering ponselnya berbunyi. Segera Rey mengeser tombol hijau dan meletakan ponsel di telinga.
"Ada apa Dion?" ~ Rey.
"Malam ini kamu datang, kan?" ~ Dion.
"Datang kemana?" ~ Rey.
"Ish ... kemana lagi, malam ini ulang tahun perusahaanku." ~ Dion.
"Iya ... aku akan datang bersama Diki." ~ Rey.
Rey mematikan sambungan teleponnya. Dia lupa kalau malam ini ada pesta ulang tahun perusahaan Dion. Dia juga harus turut hadir, karna Rey menjadi pemegang saham di sana.
Rey mengebrak meja dengan tangannya. "Aku ingin mengajak Anna. Tapi, itu tidak mungkin." Rey berdecak, dia terlihat kesal. Berkas-berkas di meja dia singkirkan dengan tangannya. "Aku kesal ... kesal, kesal, kesal," pekik Rey.
Diki yang baru masuk ke dalam ruangan Rey, tertegun melihat berkas-berkas yang berserakan di lantai. Dari raut wajah Rey juga tampak kesal.
"Kenapa lagi sih, Rey?" tanya Diki.
"Kesal saja," ketus Rey.
Diki membereskan berkas-berkas yang berserakan di lantai. Sedang Rey menatap pemandangan jalan dari jendela kaca kantornya.
...****************...
Jam makan siang Dimas datang ke butik Anna. Dia ingin mengajak Anna untuk ke pesta ulang tahun kantornya. Tidak mungkin bagi Dimas untuk memperkenalkan Lisa sebagai istrinya.
Lisa memang akan hadir di sana. Karna memang dia juga karyawan di tempat Dimas bekerja. Dimas langsung saja naik ke atas menuju ruangan Anna.
Dia membuka pintu dan terlihat Anna yang sedang mengambar. "Anna ...."
Anna mendongkakkan kepala melihat seseorang yang menyapanya. "Ada apa?"
Dimas mendekat pada Anna. Dia merangkul tubuh Anna. "Maafkan aku, sayang. Aku sungguh tidak bermaksud melupakan hari jadi pernikahan kita."
Anna melepas rangkulan Dimas. "Lupakan saja ... ada apa kamu kemari? Tumben ... kamu gak makan siang bareng Lisa."
"Aku kesini untuk mengajakmu ke pesta perusahaan." Dimas mendaratkan tubuhnya di kursi sofa yang ada di ruangan Anna.
"Kapan?" tanya Anna.
"Nanti malam ... aku akan datang menjemput kamu," ucap Dimas.
"Kamu sudah ada Lisa. Mengapa mengajakku lagi?" tanya Anna.
"Tidak ada yang tahu hubunganku dengan Lisa," jawab Dimas.
"Aku akan ikut bersamamu," ucap Anna.
Dimas tersenyum mendengarnya. Dia mendekat pada Anna. Dimas mencium pipi Anna, setelah itu dia pergi. Dimas kembali lagi ke kantor karna jam makan siang sudah lewat.
Anna menuruni anak tangga. Dia pergi menuju tempat gaun-gaun cantik di pajang. Dia memilih salah satu gaun untuk ke pesta nanti malam.
"Sepertinya aku harus ke salon," gumam Anna.
Anna mengambil tas serta kunci mobilnya. Dia keluar dari butik dan masuk ke dalam mobil. Anna melajukan mobilnya menuju salon temamnya Tere.
Anna juga membawa gaun malam untuk dia pakai ke acara nanti. Anna juga mengirim pesan pada Dimas. Dia ingin Dimas menjemputnya di salon tempat Tere.
Mobil sampai di salon. Anna keluar dari dalam mobil dan masuk ke salon. "Tere ...."
Anna memeluk erat tubuh temannya itu. "Kangen banget sama kamu."
"Sama ... aku juga," ujar Tere.
"Gimana ... kamu senang, kursus di luar negeri?" tanya Anna.
Tere pergi kursus ke luar negeri. Dia mengasah lagi kemampuannya dalam dunia kecantikan. "Senang bangetlah," serunya.
"Aku minta kamu rias wajahku. Malam ini ada pesta perusahaan Dimas. Aku mau tampil cantik," pinta Anna.
"Kamu tenang saja ... aku akan merias kamu secantik mungkin," ucap Tere.
Sebelum merias diri, Anna memanjakan tubuhnya dulu di spa. Dia ingin agar tubuhnya merasa rileks. Anna juga melakukan creambath.
Dia melakukan perawatan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Anna ingin tampil sempurna di pesta nanti. Selesai perawatan, Tere mulai merias wajah Anna.
Tere mengunakan riasan soft pada wajah Anna. Rambut Anna juga di tata rapi. "Sudah selesai make-up nya. Sekarang ... kamu ganti pakaianmu."
Anna beranjak menuju ruang ganti. Dia menganti pakaiannya dengan gaun yang dia bawa. Anna juga membawa heel serta tas pesta yang sesuai dengan gaun yang akan dia kenakan.
Anna keluar setelah memakai gaun serta heel. Tere menatap kagum temannya itu. Anna terlihat sangat cantik mempesona. Tubuh tinggi dan langsingnya sangat cocok dengan gaun yang Anna pakai.
"Anna ... kamu cantik sekali." Tere memperhatikan Anna dari atas sampai bawah. "Ann ... tubuhmu semakin sexy saja."
"Tentu saja ... aku sering berolahraga. Aku juga menjaga pola makan," ucap Anna.
"Aku yakin ... Dimas bakalan makin cinta sama kamu," ucap Tere.
Cinta apanya ... aku dandan cantik, juga Dimas gak bakalan peduli, batin Anna.
Anna hanya tersenyum akan ucapan dari Tere. Dia memang masih belum memberitahu Tere akan masalah rumah tangganya bersama Dimas.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.