Tiga sahabat, Reza, Bima, dan Fajar, terjebak dalam sebuah misi absurd di tengah gurun pasir setelah disedot oleh portal misterius. Dengan hanya lima nyawa tersisa, mereka harus menghadapi tantangan aneh dan berbahaya untuk mencapai harta karun legendaris. Setiap kali salah satu dari mereka mati, mereka "respawn" seperti dalam permainan video, tetapi jumlah nyawa mereka berkurang, mendekatkan mereka pada nasib terjebak selamanya di gurun.
Setelah berlari dari kejaran buaya darat dan selamat dari angin puting beliung yang disebut "Angin Putri Balalinung," mereka menemukan helikopter misterius. Meskipun tidak ada yang tahu cara mengendalikannya, Bima mengambil alih dan, dengan keberanian nekat, berhasil menerbangkan mereka menjauh dari bahaya.
"Bro, lo yakin ini aman?" tanya Reza sambil gemetar, memandangi kokpit yang penuh dengan tombol.
Bima mengangguk ragu, "Kita nggak punya pilihan lain, kan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vyann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirr dari perjuangan???
Setelah berdiri di depan pintu kastil yang besar dan misterius, Reza, Bima, dan Fajar terdiam sejenak, mencoba memahami bagaimana cara membuka pintu raksasa tersebut. Mata mereka menjelajahi permukaan pintu yang penuh ukiran dan ornamen. Tidak ada pegangan pintu atau tombol, membuat mereka semakin bingung.
"Ada ide gimana caranya buka ini?" tanya Fajar dengan nada resah.
Reza menggelengkan kepala, tapi tatapannya tertarik pada celah kecil di samping pintu. "Sebentar, ini kayaknya familiar," gumamnya, mendekati celah itu. "Kayaknya ini tempat buat naruh sesuatu."
Mata Reza tiba-tiba berbinar saat dia teringat batu Orion yang mereka ambil sebelumnya di gua. "Batu Orion! Coba kita taruh di sini."
Bima cepat-cepat merogoh tasnya dan mengeluarkan batu Orion yang mereka simpan dengan hati-hati. Ia memberikan batu itu kepada Reza, dan Reza langsung memasukkannya ke dalam celah tersebut. Seperti yang mereka duga, ukuran batu itu pas. Tiba-tiba terdengar suara mekanisme bergerak, dan pintu besar itu mulai terbuka perlahan, memperlihatkan ruang besar di dalam kastil yang sangat menakjubkan.
Mereka bertiga masuk dengan penuh kekaguman. Interior kastil dipenuhi pilar-pilar megah yang menjulang tinggi ke langit-langit. Namun, sebelum mereka bisa menikmati lebih lama, tiba-tiba terdengar langkah kaki besar yang mengguncang tanah.
"Hati-hati!" teriak Fajar, tetapi terlambat.
Happ!
Sebuah monster raksasa dengan taring tajam muncul dari balik bayangan dan dengan cepat mencaplok Reza dalam satu gigitan. Suara itu mengerikan, dan darah langsung menghilang dari wajah Bima dan Fajar.
"Reza!!" seru Bima, sementara Fajar menariknya untuk berlari.
Tanpa pikir panjang, mereka berdua langsung berlari secepat mungkin, mencoba menjauh dari monster raksasa yang mengejar mereka. Namun, Reza yang seharusnya tewas, tiba-tiba hidup kembali dan berlari mengejar Bima dan Fajar.
"Lari!!" teriak Reza, suaranya serak, napasnya tersengal. Meskipun baru saja tewas, dia tidak punya waktu untuk mengeluh. Mereka bertiga berlari menelusuri lorong-lorong kastil yang gelap, dikejar oleh langkah-langkah raksasa yang terus mengguncang tanah di belakang mereka.
Tiba-tiba, jebakan muncul dari lantai tanpa peringatan. Sebuah tombak tajam melesat dari bawah tanah, langsung menancap di tubuh Bima.
"Bima!!" teriak Reza dan Fajar, terkejut melihat teman mereka yang terjebak. Namun, dengan perasaan putus asa, mereka tahu bahwa Bima akan hidup kembali seperti sebelumnya. Reza dan Fajar terus berlari dengan panik, mencoba menemukan jalan keluar, sementara Bima, yang baru saja tewas, hidup kembali dan langsung bergabung dengan mereka.
Mereka bertiga terus berlari, bingung dan tidak tahu harus ke mana. Mereka berlari tanpa tujuan, hanya ingin menjauh dari monster yang masih mengejar mereka dengan ganas.
"Kita nggak mungkin menang lawan monster ini!" seru Reza. "Kita harus lari!"
Mereka terus berlari hingga tiba di sebuah jembatan yang terlihat sangat rapuh dan aneh. Jembatan itu hanya terdiri dari beberapa pijakan, dan mereka sadar, jika salah satu pijakan dipilih dengan salah, mereka akan jatuh ke jurang.
Fajar, yang tidak tahu bahaya itu, melangkah lebih dulu. "Ayo cepetan! Kita harus—" Suaranya terhenti ketika kakinya menginjak salah satu pijakan yang salah, dan seketika dia jatuh ke dalam jurang.
"Bima! Reza! Hati-hati!" teriak Fajar saat jatuh, namun tak lama kemudian hidup kembali.
"Astaga, Fajar jatuh!" seru Bima dengan suara putus asa.
"Tenang, dia hidup lagi," jawab Reza. Tapi ini tidak membuat situasi mereka lebih mudah. Mereka masih harus melintasi jembatan yang sangat berbahaya ini.
Reza memutuskan untuk memimpin. Dia dengan hati-hati melangkah, mencoba menebak mana pijakan yang aman. Langkah pertamanya benar, dan Bima serta Fajar mengikuti. Langkah kedua juga benar, tapi saat Reza mencoba yang ketiga, pijakannya salah dan dia jatuh ke jurang.
"Kita bener-bener kehabisan waktu!" Bima yang sekarang memimpin, mulai mencoba keberuntungannya. Langkah pertamanya benar, diikuti oleh Reza dan Fajar. Begitu juga langkah kedua, dan ketiga.
"Fokus, Bima!" Fajar berseru dengan napas tersengal.
Namun, saat Bima melangkah lagi, pijakannya salah. Dia terjatuh ke dalam jurang, membuat Fajar dan Reza kembali panik. Mereka sadar bahwa nyawa mereka semakin menipis. Reza kini tersisa 2 nyawa, Fajar 1, dan Bima juga tinggal 1.
Sementara monster raksasa itu terus mendekat, mereka tahu waktu mereka semakin terbatas. Perjalanan panjang melintasi jembatan ini belum berakhir, dan nasib mereka kini tergantung pada langkah-langkah berikutnya.
Bersambung...
Mati pun gk usah khawatir ya, yg penting balik.