............. Call Me Jade ..........
" Tetaplah seperti ini Jade, sebentar saja, ijinkan aku melepas rinduku." Lirih pria itu ditelingaku sambil melingkarkan tangannya di perutku.
Aku tahu ini salah, hatiku mengakuinya. Tapi kenapa tubuhku berkata lain, aku bahkan membalas perlakuannya.
Aku membalikkan tubuhku, hingga kami saling berhadap-hadapan. Aku menatap indah manik matanya mencoba mencari kebohongan di sana tetapi aku tidak menemukannya. Hanya pancaran kasih sayang dan ketulusan yang aku dapatkan.
Dia semakin mendekatkan wajahnya, kemudian mengecup keningku lama....
Penasaran kan dengan kisah lanjutnya?
Ikuti terus updatenya yuuukk 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esma_04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Gemericik air terdengar mengalun syahdu menandai gerimis yang menyapa semesta di pagi ini. Jade berusaha menajamkan pendengarannya sembari mengucek halus kedua bingkai matanya.
Perlahan dia bangkit dan menyandarkan diri di dashboard ranjang sejenak lalu menggeserkan bobot tubuhnya hingga kakinya berhasil menjuntai dari ranjang, mengayunkannya sebentar sambil mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya setelah berkelana di alam mimpi.
"Jade...bangun sayang, sudah mau subuh". Suara wanita mengalun lembut terdengar di luar kamarnya.
"Iya Ma...Jade udah bangun kok". Balasnya menyahuti sapaan sang mama di pagi hari.
"Alhamdulillahil ladzi ahyana ba'da ma amatana wailaihin nusyur"
"Terima kasih Ya Allah, masih memberiku kesempatan untuk menikmati indahnya hari ini. Bismillah...semangat Jade, ini hari pertamamu mengikuti Masa Orientasi Sekolah." Gumam Jade menyemangati dirinya sendiri.
Tak butuh waktu lama untuk seorang Jade menyegarkan dirinya, menyempatkan untuk shalat tahajud, tadarus sebentar sembari menunggu adzan subuh bekumandang.
"Asshalatu Khairum Minannauum"
Hingga terdengar lafadz itu tiga kali dari masjid di samping rumahnya.
"Aaahh...suara itu, kenapa seperti suara muadzin kemarin di sekolah?" Gumam Jade masih terkesima dengan panggilan awal yang terbiasa membangunkan hamba-hamba Allah dari peraduannya.
Selesai shalat subuh, Jade melangkah keluar berniat membantu ibunya di dapur menyiapkan sarapan. Di saat yang bersamaan muncullah ayah Jade yang rupanya baru pulang dari masjid.
"Yah...tadi siapa si yang adzan, merdu banget deh suaranya." Tanya Jade pada sang Ayah.
"Oh itu..cucunya Pak Kyai dari Malaysia, katanya pindah ke sini karna ayahnya ada pekerjaan di Melbourne." Jawab sang Ayah.
"Kenapa harus ke sini, Yah. Kenapa nggak ikut ke Melbourne?" Jiwa kepo Jade meronta-ronta.
"Sayaaang...nggak baik loh ghibah." Ibunya Jade mengingatkan ayah dan anak gadisnya.
"Hehehehehe..., maaf Mamah sayaaang.... , tapi aneh nggak sih, itu suara adzannya mirip banget sama muadzin di sekolah Jade kemarin loh." Masih dengan jiwa keponya, Jade membalas nasehat ibunya.
"Ayah jadi inget deh Jade, pas ayah nemenin kamu Registrasi di sekolah, ayah kayaknya juga ngelihat Pak Kyai sama si Joe di sana loh". Sambung sang Ayah.
Jade yang sedang meminum coklat hangatnya pun tersedak dengan bola mata yang terbelalak dan dilanjutkan dengan kata ajaibnya;
"Whaatt...kok namanya Joe sih. Kenapa nggak Bilal, Utsman atau siapa gitu. Masa sih ada seorang Joe tapi bisa adzan?"
"Nah..nah..nah.... Udah Mama bilang, nggak usah ghibah Jade..!" Sang Mama lagi-lagi beraksi.
"Udah sana kamu siap-siap aja berangkat sekolah, jangan lupa sarapan sama bawa bekal ya Jade." Sambung sang Papa
Dengan senyum tengilnya, Jade pun berlari ngaciiiir masuk ke kamarnya.
Jam dinding di ruang tamu rumah sederhana itu menunjukkan pukul 06.00 wib di saat seorang gadis dengan seragam sekolahnya lengkap dengan tas ranselnya sedang memakai kaos kaki dengan logo SMA Harapan Bangsa.
"Sayang..ini bekalnya jangan lupa. Uang sakunya udah dikasih ayah kan semalam?" Tanya ibunya Jade.
"Udah, Ma. Oiya..makasih ya buat bekalnya, Jade berangkat dulu takut ketinggalan Bis." Jawabnya sambil mencium tangan sang mama.
Jade pun melangkahkan kakinya mantap ke luar rumah, memakai sepatunya dan mulai berjalan menyusuri jalan depan rumahnya untuk sampai ke Halte Bis yang hanya berjarak 10 meter dari rumahnya.
Jade menyandarkan tubuhnya di tiang penyangga atap Halte sambil matanya tak lekat mengawasi Bis yang akan membawanya ke sekolah barunya.
Sudah hampir 10 menit dan tetap saja masih belum terlihat tanda-tanda Besi Berjalan itu akan segera datang.
"Waahh...nggak lucu deh klo seorang Jade harus telat di hari pertama MOS." Gerutu Jade kesal.
" Tin...Tin...Tin"
Jade terhenyak saat persis di depannya bertengger sebuah motor sport yang dikendarai seorang pemuda dengan helm full facenya.
"Lo murid SMA Harapan Bangsa kan? Buruan naik kita searah kok." Kata si pemuda. Jade pun menoleh ke kanan dan ke kiri mencari siapa yang sedang diajak bicara si pemuda itu.
"Eh buruan, ngapain lo tengak tengok kaya maling." Sahut si Pemuda. Jade pun memandang lekat pemuda di depannya dan berkata; "Maaf, apa anda sedang berbicara dengan saya."
"Waahhh...ini manusia satu benar-benar jadi penggugur dosa".
"Astaghfirullah..Astaghfirullah..Astaghfirullah". Lirih Joe dalam hati.
Joe pun membuka helm full facenya dan sekali lagi berkata;
" Ini sudah mau setengah tujuh, itu sopir bis sama angkot mau pada ikutan Demo Kawal Putusan MK. Jadi lo mau pulang apa mau nebeng gue?"
Jade yang masih menikmati ciptaan Illahi didepannya dengan ukiran alis yang hitam lebat, hidung mancung dan bibir yang merona alami itu pun masih tetap saja terbengong.
"Tin...Tin..Tin.."
"Woii...lu nggak kesambet Jin Penunggu Halte kan?" Teriak Joe membuyarkan lamunan Jade sambil membunyikan klakson.
"Masha Allah...Fabiayyi alaa irobbikuma tukadzibaan. Astaghfirullah hal'adziim Jade..kenapa mata lu jadi mesum gini." Lirih Jade yang masih bisa didengar oleh Joe.
"Eh..iya... Itu..anu..., aku mau sekolah." Jade pun tergagap sambil menundukkan pandangannya. Kemudian dia mendongak lagi dan berkata;
"Maaf..apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kenapa saya harus nebeng sama kamu?"
Dengan kesabarannya yang setipis tissue dibagi tujuh itupun, Joe turun dari motornya dan menghampiri Jade. Dia kemudian menarik ransel Jade untuk mendekati motornya dan langsung memakaikan helm ke atas kepala Jade tanpa sepatah kata pun.
" Brooom.....Brooom....Brooom..."
Joe mulai menyalakan motornya dan menoleh ke arah Jade.
" Lo mau naik sendiri, apa mau langsung gue tabrak biar lo diantar sama ambulance?" Geram Joe menatap tajam wajah Jade.
" I...Iya..... Sabar napa, kita kan nggak saling kenal." Jawab Jade sambil menurunkan footstep dan mulai menaiki motor.
"Joe.." Terdengar gumaman singkat sang pemuda.
"Ah...apa? Joe..? Maksudnya?" Tanya Jade pada si pemuda.
"Tadi lo bilang kita nggak saling kenal. Ya udah kenalin, nama gue Joe". Jawabnya singkat.
" Brooom...Brooom...Brooom..." Motor sport berwarna Hijau itu pun melesat membelah jalanan menuju jalanan kota yang akan membawanya menuju ke sekolah mereka tanpa menyadari hiruk pikuknya pikiran seorang gadis yang duduk di belakang.
( ya elah si author..namanya juga motor, benda mati. ya kali bisa menyadari pikiran seseorang. Lo...mending ngopi dulu deh Thor...)
" Astaghfirullah.... Wal hamdulillah.... Jangan- jangan ini si Joe yang diceritain ayah tadi pagi. Gila...dia nganterin gue...! Ya Allah ...gue diboncengin si jelmaan Bilal." Gumam Jade dalam hati.
"Eh tunggu...siniin tas ransel lo, kita kan bukan mahram." Teriak Jade yang berhasil menghentikan laju si motor sport.
"Mau ngapain?" Tanya Joe.
" Siniin tas ransel lo, biar taruh di tengah ama tas ransel gue. Kita bukan mahram tau?" Jelas Jade.
"Ngebet banget lo jadi cewek. Belajar jadi Ukhti dulu yang bener baru gue jadiin mahram." Seloroh Joe sambil menggendong tas ranselnya di belakang punggung.
" What the....???!" Jade pun tak bisa berkata- kata lagi mendengar jawaban Joe yang terlalu ambigu.
..._____To Be Continued_____...
Note:
SMA Harapan Bangsa menggunakan Model Seragam Rokcel untuk putri, jadi nggak usah bingung gimana caranya si Jade bisa nangkring di atas motor sport.