Apa yang akan kalian pilih? antara persahabatan dan nyawa? dimana saat kalian tidak ingin kehilangan teman-teman, tapi kamu juga tidak ingin kehilangan nyawamu. apa yang akan kalian pilih?
permainan ini mengatakan bahwa jika kami menang, mereka akan membebaskan kita. namun aku sendiri juga tidak yakin jika mereka akan melepaskan kami dengan mudah begitu saja. kami harus kehilangan teman-teman, kehilangan harapan, putus asa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bada'ah Hana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTENGKARAN
Alex menatap ring yang melingkari area permainan. Alex harus berkelahi dengan payung David hingga benar-benar hancur. Adzkiya juga meminta Alex memakai sarung tangan petinju. Sama seperti patung David, dia juga memakainya.
"Hanya menghancurkannya saja, kan?" Tanya Alex sembari menatap tajam ke arah boneka Adzkiya tersebut.
"Benar. Selamat bermain, Alex. Semoga kamu berhasil ya. PERMAINAN DIMULAI."
Begitu menatap patung David, patung tersebut bergerak dengan cepat ke arah Alex yang membuat dia harus menghindar. Alex benar-benar tidak menyangka dia harus menghancurkan payung dengan kecepatan ini. Apalagi patung David terlihat lebih kuat meskipun badannya sangat kecil.
"Sial." Ucapnya sembari berlari ke arah lainnya.
Patung David terlihat lebih agresif saat menyerang. Alex berusaha menghindar tanpa menyentuh ring yang mengelilingi area pertarungan mereka. Dengan tubuhnya yang atletis, Alex mampu bertahan dari serangan patung David. Namun, tidak selamanya dia harus menghindar.
Alex menyerang kembali ke arah patung David dengan memukul lehernya hingga kepalanya terlepas. Alex merasa lega. Akan tetapi, patung David menyatu kembali dan menyerang Alex. Melihat bagaimana patung David tersebut kembali menyatu benar-benar membuatnya terkejut.
Alex menyerang kembali dan berusaha untuk menghancurkan patung tersebut dengan cara apapun. Sementara Adzkiya sangat menikmati permainan ini. Melihat bagaimana Alex berusaha keras mengalahkan patung buatannya, membuat Adzkiya sangat puas.
"Ya teruslah menghindar, Alex." Ucapnya sembari terkekeh kecil.
Sudah satu jam lebih Alex menyerang dan menghindar dari serangan patung David tersebut. Keringat mulai mengalir dari tubuhnya. Bahkan Alex melepas kaosnya sehingga nampak tubuh bidangnya agar bisa bernafas lebih baik. Rasa lelah menghampiri diri Alex.
"Nyerah aja!" Ucap Adzkiya.
"Gak bakalan! Lagian ngapain sih kamu masih di sini?" Tanya Alex yang masih berusaha menghindar dari serangan patung David.
"Aku suka permainan ini. Makanya aku harus nonton. Sayang banget kalau gak nonton. Ngomong-ngomong, badanmu keren juga. Apa menjadi pembunuh keluarga sendiri menghasilkan tubuh seperti ini?" Tanya gadis boneka tersebut.
"Itu bukan urusanmu."
Gadis boneka tersebut kembali tertawa mendengar reaksi Alex. Baginya, Alex sangat lucu ketika marah dan kesal. Itu membuat gadis boneka tersebut merasa semakin ingin menganggu Alex hingga benar-benar sangat marah dan muak dengannya.
Hingga ada satu ide yang membuatnya ingin Alex marah padanya. Adzkiya tertawa sebentar sebelum berbicara kepada anak laki-laki yang sedang bertarung di dalam ring.
"Alex, kamu tau gak sih... kalau kamu tuh anak yang ingin dibuang oleh keluargamu. Hehehe dan sadar gak kalau kamu sama sekali tidak mirip orang tuamu? Kamu bukan anak kandung mereka." Kata Adzkiya yang membuat Alex menoleh padanya.
"Apa maksudmu?! Jelas-jelas aku ini anak mereka!"
Alex memukul wajah patung David hingga membuat lubang dibagian kepala. Adzkiya menyeringai melihat aksi Alex yang sepertinya mulai naik pitam. Alex tipikal orang yang penuh emosi, dan sangat mudah membuat orang seperti Alex marah dalam sekejap. Dengan sedikit ucapan kasar, Alex bisa merasa sangat marah.
"Kalau kamu juga anak mereka, kenapa kamu malah gak dianggap sama sekali oleh orang tuamu? Mereka kan udah buang kamu. Bahkan kalau kamu mati di permainan ini, mereka gak bakalan peduli juga sama kamu. Hehehe."
"Jangan-jangan kamu berniat menjadi seorang pembunuh bayaran jika sudah dewasa? Hehehe aku pasti akan mendukungmu, Alex." Kata Adzkiya.
"Aku masih anak mereka. Aku gak peduli mereka gak sayang sama aku. Aku tetep anak mereka!"
"Benar. Anak yang tidak berguna. Anak yang tidak diharapkan. Anak yang tidak memiliki masa depan pada dirinya. Anak yang benar-benar membuat siapapun muak melihatnya."
"Mereka seharusnya buang kamu ke panti asuhan bareng sama Zayyan. Sayang sekali, takdir kalian berbeda. Jika kamu dibuang ke panti asuhan, kamu gak bakalan tau kalau Zayyan adalah anak angkat dari pemilik panti asuhan."
Mendengar itu membuat Alex benar-benar marah. Patung David mulai memukul wajah Alex hingga memar. Alex dengan kesalnya kembali memukul wajah patung tersebut hingga benar-benar hancur.
Alex tidak menduga bahwa Zayyan di buang oleh orang tuanya. Zayyan terlihat seperti anak yang sangat baik dan perhatian. Namun, siapa sangka anak sebaik Zayyan justru dibuang oleh orang tuanya sendiri. Alex tidak mengerti kenapa orang tua Zayyan sangat bodoh membuat anak mereka yang berharga.
Bahkan jika dibandingkan dengan Alex. Alex merasa dirinya bukanlah apa-apa. Zayyan jauh lebih baik darinya. Meskipun secara fisik, Alex jauh lebih kuat. Sementara secara mental, Zayyan lebih dewasa.
"Aku tau pasti Zayyan mencari perhatian dari pemilik panti asuhan dengan cara yang hm? Gimana ya? Mungkin Zayyan suka dengan pria. Makanya demi diadopsi, dia berani melakukan hal itu. Kamu tau maksudku, kan?"
Melihat gadis boneka tersebut tertawa keras, membuat Alex benar-benar kesal dengannya.
"Zayyan gak mungkin lakuin itu!" Ucapnya dengan nada tinggi. Dia masih fokus dengan patung yang hampir hancur dihadapannya ini.
"Siapa tau, kan? Lagian, zaman sekarang tuh gila. Sesama jenis aja bisa punya anak. Hehehe aku bingung kenapa mereka yang menikah sesama jenis, justru membeli telur atau sperma agar mereka punya anak. Orang berduit memang beda." Ledek Adzkiya.
"Tapi, bisa saja kan Zayyan juga melakukan itu?"
"Gak usah sok tau! Kamu tuh cuman boneka dikasih nyawa. Di sobek kainnya pun, kamu gak bakalan bisa balik ke tubuh asli kamu. Apalagi kamu udah mati." Kata Alex yang mulai memukul dan menghindar dari serangan patung David.
"Hehehe, itu firasatku aja. Lagian, kalian sama-sama anak yang tidak diinginkan oleh orang tua kalian itu. Makanya kalian dibuang. Beda sama aku, yang meskipun udah mati. Orang tuaku tetep sayang sama aku."
Alex benar-benar muak dengan oceh Adzkiya. Anak laki-laki itu memukul patung David hingga terjatuh. Begitu payung David tersebut jatuh, Alex duduk diatasnya dan mulai memukulnya dengan serangan bertubi-tubi tiada henti.
Alex mengeluarkan seluruh tenaganya untuk bisa menyelesaikan permainan bodoh ini. Apalagi dengan ocehan Adzkiya yang membuat dirinya semakin tidak tahan, Alex memukul patung David hingga benar-benar hancur menjadi bubuk.
Adzkiya sangat puas melihat bagaimana Alex memukul dan menghadapi patung buatannya ini. Sudah dia duga, David adalah musuh tersebar Alex. Meskipun mereka sama-sama Seeker, Alex justru lebih hebat dalam mengeliminasi teman-temannya.
Anak laki-laki itu akhirnya bisa bernafas lega setelah patung di hadapannya sudah hancur lembut menjadi bubur. Alex berdiri hingga ring terlepas dari besi penyangganya. Yang artinya, Alex bisa melewati jalan tersebut dan menghampiri Adzkiya.
Gadis boneka tersebut tersenyum senang saat melihat Alex datang padanya. Dengan senyum yang merekah, Adzkiya menatap Alex dengan puas. Seakan sesuai dengan impian bagaimana Alex menunjukkan emosi pada dirinya sendiri.
Alex menghampiri gadis boneka yang mulai tersipu malu. Nafasnya terengah-engah setelah melewati permainan ini, seluruh badannya bermandikan keringat yang mengalir di tubuhnya, dada bidangnya naik turun seolah sedang diatur cara bernafasnya.
"Kenapa, Al-"
Belum selesai Adzkiya berbicara, Alex mengambil gadis boneka tersebut dan merobeknya menjadi dua bagian. Kapas Adzkiya bertebaran bersamaan dengan beras yang ada di dalamnya. Tak hanya itu, ada semacam batu yang aneh di dalam diri boneka Adzkiya tersebut. Seakan itu adalah jimat bagi Adzkiya.
Alex merobek boneka tersebut dalam sekali tarik. Adzkiya tidak bergerak lagi setelah Alex menjatuhkan boneka tersebut ke lantai. Gadis boneka itu seakan kembali ke asalnya, dimana menjadi boneka biasa.
"Rasain. Jangan pernah kamu ngomongin hal buruk soal temen-temenku, terutama Zayyan." Ucapnya.
Alex keluar dari ruangan tersebut dengan rasa puas di dalam dirinya. Perasaan lega menghampiri diri Alex. Dia sangat senang akhirnya bisa kembali kerumah dengan aman. Terdengar suara dari mikrofon yang tidak jauh dari tempat Alex berdiri.
"PERMAINAN BERAKHIR. KEMENANGAN DIMILIKI OLEH PEMAIN."
...
Jam menunjukkan pukul 11 malam. Suara burung hantu yang bertengger di dekat jendela ruangan Adzkiya berbunyi cukup nyaring. Seorang wanita paruh baya yang dalam kondisi hamil, memasuki ruangan yang sangat berantakan tersebut. Dimana banyak sekali kapas dan beras bertebaran dimana-mana.
Wanita paruh baya tersebut nampak melihat seorang bayangan gadis yang dia kenal. Gadis tersenyum ke arahnya dan menghampiri wanita paruh baya tersebut.
"Adzkiya." Panggilnya.
Wanita paruh baya tersebut adalah Ibu Adzkiya. Beliau masih mengandung yang sudah mencapai usia 5 bulan. Wanita paruh baya itu bisa melihat sosok putrinya yang kini telah keluar dari boneka buatannya. Untung saja, sang Ibu kembali menemui putrinya dengan memberikan boneka baru untuknya.
Sebuah boneka yang sama seperti sebelumnya, namun kini memiliki ukuran yang berbeda. Jika sebelumnya ukurannya memiliki tinggi hingga 50cm. Yang satu ini mencapai 145cm. Namun, pakaian boneka tersebut juga berbeda.
Dimana yang dulu memakai dress biru muda, kini yang baru memakai dress hijau muda dengan pita di rambut hitamnya. Adzkiya menyukai rambut hitamnya karena terlihat sangat cantik. Ketika melihat orang lain yang memiliki warna rambut berbeda, membuat dirinya merasa mereka adalah orang yang aneh.
Gadis bayangan tersebut tersenyum saat melihat boneka tersebut. Perlahan dia masuk ke dalam boneka tersebut. Beberapa saat kemudian, boneka itu bergerak dengan baik. Seakan sudah seperti anak bagi sang wanita paruh baya tersebut.
"Adzkiya suka?" Tanyanya.
Gadis boneka itu mengangguk bahagia mendapatkan sesuatu yang baru. Gadis boneka itu berputar-putar dan berlari mengelilingi ruangan tersebut. Adzkiya benar-benar sangat senang dengan hadiah barunya ini. Baru saja dia hancur, namun Ibunya kembali untuk menggantikan yang rusak.
"Terima kasih, Ibu!"
Adzkiya memeluk sang Ibu dengan sangat erat. Gadis boneka itu juga membelai perut Ibunya dengan penuh kasih sayang.
"Andai aku masih hidup, aku pasti bisa rawat adikku nanti setelah lahir." Kata Adzkiya yang mulai merasa sedih.
Mengingat bagaimana cara dia mati, membuatnya benar-benar sangat marah. Seakan yang ingin dia hancurkan adalah orang-orang yang menyebabkan polusi udara seperti asap rokok dan kendaraan bermotor.
"Adzkiya, kamu tetap jadi anak kesayangan Ibu. Saat adikmu nanti lahir, Adzkiya bisa jaga adik dengan baik, kan? Adik Adzkiya pasti nanti sangat manis seperti Adzkiya." Ucap sang wanita paruh baya tersebut.
Melihat wanita paruh baya dengan dress putih berenda itu, membuat gadis boneka itu merasa lega dan senang. Dia tidak sabar menunggu kedatangan anggota baru dalam hidupnya. Meskipun wanita paruh baya itu tau, suaminya masih terus berusaha untuk menghidupkan kembali Adzkiya.
"Adzkiya, jaga diri kamu baik-baik disini, ya? Ibu harus kembali ke ayah kamu sebelum dia marah. Kamu gak mau bikin ayah marah, kan?" Tanya wanita paruh baya tersebut dengan lembut.
Gadis boneka itu menatap wanita di hadapannya dengan perasaan sedih sekaligus khawatir apakah Ibunya akan baik-baik saja. Akan tetapi, melihat bagaimana Ibunya tersenyum, gadis boneka itu mengangguk.
Wanita paruh baya itu membelai ujung kepala boneka tersebut sebelum akhirnya kembali menuju ruang kerja suaminya. Dimana beliau sedang melakukan uji coba dengan jantung yang dia dapatkan. Namun, semua jantung di dalam tabung tidak cocok dengan tubuh gadis 10 tahun yang terbaring tersebut.
Pria tersebut menatap putri kesayangannya yang sudah pucat. Seolah tidak ada tanda kehidupan di dalamnya. Pria itu menghela nafas sebelum kembali ke mejanya untuk membuat permainan baru. Kali ini, dia akan memilih seorang gadis diantara kedua anak perempuan yang ada di hotel tersebut.
Antara Gita dan Ela, pria itu ingin membuat permainan yang menegangkan. Seolah pria paruh baya itu ingin membuat mereka mati dan mencoba jantung keduanya ke dalam tubuh Adzkiya.
"Aku harus mencari ide baru. Tersisa Gita dan Elaina. Aku harus memilih diantara keduanya. Dari tubuh mereka, fisik mereka sangat cocok dengan Adzkiya. Lihat betapa cocoknya mereka. Tinggi yang sama, postur tubuh yang sama. Seakan mereka adalah tiruan Adzkiya." Ucapnya yang masih menatap ke arah layar cctv dimana terekam dua gadis sedang mengobrol di kamar mereka dengan satu anak laki-laki.
"Jika mereka adalah putriku, aku tidak ingin anak laki-laki itu ada diantara mereka. Meskipun itu hanya satu laki-laki diantara dua perempuan. Aku ingin putriku tetap menjaga kehormatannya." Katanya lagi.
"Putri kita tidak bisa kembali hidup, sayang." Kata wanita paruh baya tersebut yang masuk ke dalam ruang kerja suaminya.
"Apa maksudmu? Aku bisa menghidupkan Adzkiya kembali. Aku adalah dokter bedah. Aku pasti bisa!"
"Yang mati tetaplah mati, yang pergi tetap akan pergi. Tidak akan yang bisa kembali karena ini sudah takdir. Kamu tidak bisa begitu saja menyimpulkan, kamu adalah dokter bedah dan kamu bisa menghidupkan Adzkiya kembali dengan mengganti jantungnya. Percuma kamu melakukan itu. Kamu mengambil jantung orang yang sudah mati, dia tidak akan hidup kembali." Ucap sang istri.
"Jadi, maksudmu aku harus membedah tubuh orang yang masih hidup? Kamu pintar, sayang! Aku akan memanggil salah satu gadis itu dah membedah tubuhnya. Hahaha."
Melihat suaminya yang tertawa membuat wanita itu benar-benar merasa pusing. Adzkiya adalah segalanya bagi sang Ayah. Beliau sangat menyayangi Adzkiya. Meskipun istrinya akan melahirkan anak lagi, beliau tetap ingin Adzkiya kembali dalam kehidupannya.
"Aku gak yakin apa ini bakal berhasil." Ucap sang istri.
"Tidak ada yang tidak mungkin sebelum kita mencoba. Kita melakukan ini demi Adzkiya. Apa kamu tidak menyayangi putrimu itu?"
"Aku menyayanginya. Tapi, caramu salah." Kata sang istri.
"Salah? Ini keputusanku! Aku akan melakukan apapun demi mendapatkan putriku kembali hidup! Apapun!"
"Tapi-"
"Berhenti bicara dan kembalilah ke kamarmu! Aku harus membuat permainan baru. Pergilah jika kamu gak mau membantuku sama sekali, Momoko."
Wanita paruh baya itu tertegun mendengar suara keras dari sang suami. Ini pertama kalinya, suaminya membentak dirinya. Biasanya, dalam keadaan semarah apapun, beliau tetap bersikap lembut kepada sang istri.
Namun, kali ini dia malah dibentak oleh suaminya. Dia merasa suaminya semakin gila untuk menghidupkan kembali putrinya. Bahkan dengan percaya diri, dia menyombongkan kemampuannya untuk bisa menghidupkan Adzkiya kembali.
Wanita tersebut kembali ke ruangan lain dimana dia beristirahat. Kamar yang didesain khusus untuknya. Dengan furniture yang manis dan warna merah muda seperti bunga Sakura.
"Aku benar-benar gak tau pikiran Ian." Ucapnya.