Divya G. Ratore gadis cerdas lulusan luar negri. Ia mempunyai karir yang cemerlang. Tidak dengan cintanya.
Ia selalu saja mengalah ,memberikan cintanya kepada orang lain. Sebenarnya ia sangat capek menjalani nya. Setelah selesai masalah yang satu, munculah yang lainnya. Divya lelah, sampai sampai ia berniat tidak ingin berkomitmen lagi.
Namun, siapa sangka Divya tiba - tiba di jodohkan dengan orang ia kenal. Namun, naas awal pernikahan nya sudah dimasuki oleh orang ketiga . Dan si*lnya orang ketiga itu tengah hamil janin milik suaminya. Kejadian itu ,ia bertemu dengan pria asing tapi, seperti orang yang kenal lama.
Akankan Divya bertahan dan menerima bayi dari wanita lain suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Anggraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitnah an Tukang Gosip
" Aku memberi kado atas nama ku. Juga ada namamu D'D,"Dhaki tersenyum memandangi wajah Divya.
"D'D? Maksud nya?" tanya Divya memang tidak mengerti. D' D siapa.
Wajah Dhaki mendekat kearah telinga Divya. Ia membisikan sesuatu.
" Dhaki ' Divya, sayang,"bisik nya.
" Ooh..kenapa kamu menyematkan inisial saja? Bagaimana , kalau pak Alex dan istrinya salah paham?" Divya balik bertanya.
" Salah paham bagaimana sayang?" tanya bisik Dhaki.
" Bisa saja nanti Pak Alex dan istrinya mengira hadiah itu dari orang lain atau bisa saja nanti Pak Alex dan yang lainnya tahu nama itu kamu dana ku atau.." Sebelum Divya menyelesaikan perkataannya Dhaki mendekap mulut Divya dengan tangannya.
" Ais..Ternyata kamu cerewet ya.." Dhaki tidak menyangka Divya yang di kenalnya wanita tidak banyak bicara . Namun, ternyata cerewet.
Dhaki melepaskan tangannya dari mulut Divya. " Terserah mereka dong, mau berpikir apa aja. Lebih bagusnya mereka tahu tentang kita,"Divya mendelik.
" Ck, dasar pria ini. Kalau mereka tahu , pasti aku akan habis jadi olok-olok kan lagi," batin Divya kesal. Dia tidak mau di ejek dan di tuduh yang tidak - tidak oleh rekan rekan kerjanya apalagi oleh Lusi si mulur gacor.
"Hey, kalian disini?"Datanglah Aldona dengan sepiring buah - buahan ditangannya. Dia merupakan crew di bawah Dhaki.
" Hai juga Don! Kami baru saja makan nih," jawab Divya.
" Ouhhh.. sayang sekali padahal aku mau ikut bergabung di sini," ucapnya lesu masih berdiri.
" Eh, jangan sedih lah ! Duduk aja disini, ayo!" ajak Divya seraya menepuk kursi kosong disampingnya. Aldona masih berdiri tidak bergeming wajahnya cemberut.
" Aku temani kamu makan deh,"Lanjut Divya yang melihat Aldona cemberut.
"Wah beneran?" tanya nya antusias seraya mendudukkan bokongnya. Divya mengangguk an kepala.
" Kamu tahu tidak, tadi aku lihat hadiah besar banget di depan pelaminan. Tidak tahu dari siapa," celetuk Aldona memberikan kepada Divya dan Dhaki. Bahwa, tadi ia melihat itu.
" Wah beneran?" tanya binar Divya.
Aldona mengangguk.
"Apa isinya?" tanya Divya penasaran.
" Entahlah, belum di buka oleh yang punyanya," jawab Aldona.
" Begitu ya, padahal aku penasaran loh," lanjut Dona kecewa. ia tidak menemukan jawaban dari ke penasarannya.
"Eh, ayo makan buah ini sama aku!" tawar Aldona menyodorkan piring berisi buah-buahan itu kepada Divya.
" Emang boleh?" tanya polos Divya. Aldona mengangguk .
" Aku ambil apel aja deh," Divya mengambil satu apel merah cukup besar sekepalan tangan.
" Saya duluan ya," pamit Dhaki . Keduanya mengangguk. Dhaki pergi dari sana menuju tempat duduk bersama rekannya yang lainnya.
" Eh , tadi pak Dhaki bicara apa saja sama kamu?" tanya kepo Aldona.
Divya mengerutkan alisnya. Kenapa, Aldona bertanya soal tunangannya itu.
" Kami tidak berbicara apapun kok. Cuman bicara soal pak Alex aja ," jawaban Divya tidak lah bohong. Tadi mereka memang membicarakan soal Alex , lebih tepatnya kado dari Dhaki.
" Ouhhhh..begitu toh. Yasudah, aku duluan ya! Mau ke toilet nih kebelet soalnya heheh," ucapnya buru - buru, Aldona sampai meninggalkan buah - buahan nya di kursinya.
" Ada - ada saja. Aku tunggu saja lah," ucap Divya. Ia berniat menunggu Aldona kembali saja dari toilet.
" Ambil buah - buah deh. Supaya nunggunya tidak bosan," Divya mengambil lagi buah - buahan di paras manan. Ia mengambil buah anggur dan 2 buah pir.
Namun, sudah 1 jam ia menunggu. Yang ditunggu tidak kunjung datang.
" Ya ampun ,kenapa Dona lama ya? Padahal sudah satu jam ini," Divya bertanya - tanya.
" Yasudah deh aku kembali saja ke aula,"Divya akhirnya pergi dari sana. Ia kembali ke aula tempat pengantin.
"Loh dia di sana. Katanya mau ke toilet, aku tunggu juga," Kesal Divya saat melihat Aldona sedang di samping tunangannya melihat pertunjukan barongsai.
Wajarlah, namanya juga sultan. sukanya gede banget lagi.
Divya menghampiri kumpulan rekan - rekannya. Kebetulan di samping Aldona ada kursi kosong. Ia langsung duduk di sana.
" Kamu sudah kembali ternyata," ucap Aldona ketika Divya duduk.
" Iya, kamu juga ternyata sudah disini saja. Padahal, aku tunggu kamu di sana," awan Divya sedikit kesal.
" Eh, beneran? " Divya mengangguk.
" Maaf ya tadi aku pikir kamu sudah kesini duluan. Jadi , setelah dari toilet aku langsung saja kesini," jawaban Aldona terasa bohong bagi Divya. Bagaimana bisa Aldona tidak melihatnya masih duduk di sana. Toilet nya saja ada di belakang tempat duduk mereka tadi.
" Ck, pembohong! Apa maksudnya coba dia berbohong begitu ke aku?" batin Divya.
" Oh begitu ya, mungkin aku lagi mengambil makanan lagi kali,"ucap Divya.
" Padahal tempat parasman an ada di depan toiletnya juga . Huh, memang tukang bohong," batin Divya lagi.
"Lihat deh, itu yang aku maksudkan tadi,"Aldona menunjuk kearah bungkusan besar berwarna-warni. Entah apa isinya.
" Besar banget ya, kira - kira apa isinya ya, patung atau kue?" tanya Divya memikirkan kue.
" Bhahahahah, kamu ini ada - ada saja. Mana ada kue di bungkus oleh kertas warna-warni itu. Yang ada nanti rembes,"Aldona tertawa mendengar penuturan Divya.
" Hehehehe, iya juga ya," Divya nyengir kuda.
"Giliran aku nih!" seru Aini tidak mau kalau tidak kebagian.
" Minggir! Aku duluan lah! Ini kah yang traktir
kakak aku huh!" Lusi memang sudah menganggap Alex sebagai kakaknya begitupun dengan Alex menganggap Lusi adiknya. Bagaimana tidak, mereka mulai dari Alex hanya punya 2 crew, itupun cowok semua. Lusi menjadi crew wanita pertama sampai Lusi menjadi sukses.
" Yeh, ini bukan masalah kakak atau adik ya! Ini masalah siapa yang duluan datangnya woy!" Aini kesal.
" Ck, dasar babu nya si duk*n lu . Sama - sama tidak punya keahlian dan wewenang. Bwahahahahahahaha," Lusi mengejek lalu tertawa.
" Siapa yang lu bilang babu duk*n hah? Enak aja kalau ngomong. Kagak dipake filternya tuh mulut main fitnah aja," kesal Aini.
" Si Divya ya , kan dia main duk*n bisa me*et semua crew cowoknya biar tetap menjadi bawahan dia tuh,"fitnah Lusi.
" Eh, asal lu tahu ya. Gue itu dapat kerjaan bukan dari si Divya. Tapi dari ini noh!" Aini menunjuk Yaafi yang sedang asyik melahap Dessert nya sampai belepotan.
" Uhukk uhukkk ," Yaafi sampai batuk. Lusi menoleh kearah Yaafi berada. Ia melupakan hal itu. Syukurlah, Yaafi tidak mendengarkan perkataan nya. Kalau tidak , pasti akan kena marah dan diadukan kepada Alex.
" Oh iya gue lupa. Yaudah sana lu duluan!"akhirnya Lusi mengalah.
" Beneran?" Lusi mengangguk.
" Eh, gue juga heran tuh sama Divya . Cepat banget ya dapat nya, setahun loh. Berarti beneran loh pake yang gitu - gituan,"Aini mulai menuduh Divya yang tidak - tidak.
" Pasti itu," jawab Lusi yakin.
" Ihhh ,ngeri banget ya," sahur Aini.
" Hah, lagi pada gosip apa nih," kedua orang itu kaget.
dasar tokoh utamanya bodoh
udah tau dari awal cuman nurutin kemauan orang tua.kasih tau dong orang tuanya mana ada orang tua mau anaknya sengsara