NovelToon NovelToon
Desa Terkutuk

Desa Terkutuk

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Rumahhantu / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada beberapa narasumber yang pernah cerita maupun yang aku alami sendiri.
cerita ini aku rangkum dan aku kasih bumbu sehingga menjadi sebuah cerita horor komedi.
tempat dimana riyono tinggal, bisa di cari di google map.
selamat membaca.
kritik dan saran di tunggu ya gaes. 🙂🙂

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cerita Horor Di Perkemahan II. 1

1

Namaku Singgih, tinggal di Tebo Tengah usia 12 tahun. Cerita ini bermula saat aku bermain di makam kuno di desa Kocek.

Saat itu sudah sore, sekitar jam empat. Aku dan teman-teman desa Tebo bermain grub-grub an melawan anak-anak desa Kocek. Grub-grub an itu seperti petak umpet, tetapi di lakukan secara berkelompok. Permainan itu tidak bisa selesai kalau kelompok yang jaga belum menemukan semua kelompok yang satunya.

Satu kelompok bisa terdiri dari sepuluh orang, atau lebih. Nah, kelompok ku saat itu yang harus bersembunyi. Kami pun berpencar supaya tidak mudah ditemukan sama kelompok satunya.

Ok, untuk memper mudah ceritaku. Dua kelompok itu aku kasih nama, Kelompok A, ada aku di dalamnya sebagai pemimpin kelompok, dan kelompok B, ketua kelompok itu bernama Utama.

Kelompok B mendapat giliran sebagai penjaga, dan kelompokku harus bersembunyi dari kejaran kelompok B.

Karena aku berperan sebagai pemimpin, maka anak-anak aku suruh bersembunyi di beberapa tempat. Aku dan dua anak yang lain, sebut saja mereka dengan Bro1 dan Bro2 mencari tempat sembunyi di makam.

Makam itu sudah ada sejak jaman kolonial dulu, wilayah makam dengan pola berundak. Ada sekitaran enam undakan. Semakin ke atas, semakin mewah makam itu dan jumlah makamnya semakin sedikit. Kebanyakan makam bagian atas itu di tempati oleh keturunan Belanda dan China.

Untuk makam pribumi di bagian paling bawah hingga ke tingkat ketiga, kami besembunyi di tingkat kedua. Di sana ada semacam pendopo kecil tempat penyimpanan penduso atau keranda mayat. Bro1 dan 2 memilih memanjat di dua pohon kamboja yang ada tak jauh dari pendopo. Sedangkan aku, aku bersembunyi di dalam keranda mayat. Dan kebetulan pula, kain penutup kerandanya terpasang. Kupikir itu tempat paling aman, menurutku sih.

Ok, begini cerita lengkapnya.

Pada hari kamis, sekitar jam tiga sore. Saat bermain petak umpet dengan teman satu Desaku, bersepuluh tepatnya. Di tengah permainan datang sekitaran sembilan anak dari desa kocek, Utama, teman ku juga. Dia menantang kelompok kami untuk main Grub-Gruban tersebut, karena sudah bosan bermain petak umpet biasa maka kami setuju.

Dan di adakan undian siapa yang jaga duluan. Kami menang dan kami dapat giliran untuk sembunyi lebih dulu. Kami membagi kelompok kami menjadi tiga kelompok lebih kecil, terdiri dari tiga sampai empat anak.

Lalu aku bersama dua anak paling pemberani lainnya memutuskan bersembunyi di makam desa Tebo Tengah. Itu pertamanya sih.

Karena beberapa teman dari kelompok kecilku sudah pada ketangkap duluan, kami memutuskan untuk pindah tempat. Pertama di sawah dekat kuburan itu. Lalu pindah lagi, dan lagi.

Karena permainan sudah tidak imbang, temanku yang lain sudah tertangkap ya. Untuk memenangkan permainan tersebut, karena tidak boleh tertangkap semuanya sampai waktu yang di tentukan, yaitu pas adzan Maghrib. Kami memutuskan pindah ke makam kuno yang terkenal angker di desa kocek.

Makam itu sangat luas, makam tua yang di dirikan bangunan di atasnya, berdiri berjejer sangat rapi. Pohon-pohon kamboja tumbuh subur, dan beberapa pohon andong dan adas juga sangat rimbun.

Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, dua temanku sembunyi di atas pohon. Aku sembunyi di dalam keranda mayat di pendopo.

Walaupun pendopo itu kecil dan hanya terisi oleh satu keranda, pendopo itu tepat berada di bawah pohon sangat besar. Aku tidak tahu nama pohon itu. Jadi, pendopo itu terkesan sangat angker.

Karena mepunyai pemikiran itu, aku merasa tempat itu sangat sempurna untuk bersembunyi.

Angin sore yang sangat sejuk, bertiup pelan, menenangkan aku yang berbaring disana. Semakin sejuk udara, aku menjadi sangat mengantuk. Ku terlelap, terbang ke alam mimpi.

2

“Nggih, Singgih. Teman-temanmu sudah ketangkap semuanya.” Panggil Utama. “Menyerah lah. Ini sudah mulai gelap.”

Hihihi, dia pikir aku bodoh apa. Sebentar lagi waktunya sudah selesai, sedikit lagi kelompokku menang.

Aku menyibakkan sedikit kain penutup keranda itu, kulihat Utama dan beberapa temanya mencari di sekitaran makam. Dia tidak menoleh sedikitpun ke arah ku. Ku tutup lagi. Aman deh.

“Duk, Duk” seseorang mendekat. Aku diam dalam keadaan tegang, takut ketahuan, mungkin itu Utama. Aku tidak berani mengintip, apalagi bergerak. Maka aku menutu mataku, berdoa supaya tidak ketahuan.

Lalu suara itu menjauh hingga tidak kedengaran lagi, saat itulah aku memberanikan diri untuk mengintip. ‘deg’ Utama masih disana. Ada beberapa orang dewasa membawa obor. Mungking mereka mau menyalakan penerangan di sekitaran makam ini.

Utama menoleh ke arah ku. Dan sekejap itu pula aku menurunkan penutup keranda.

Sial, ketahuan.

“Nggih? Kamu diamana?” Utama memanggil lagi. Sepertinya dia tidak menyadari aku. Syukurlah, masih aman.

“Nggih?’ suara Utama semakin mendekat. Anjrit ternyata memang ketahuan.

“Nggih!” byar. Dia membuka penutup keranda. Kaget bukan kepalang, aku pun teriak. Tapi, suaraku tidak keluar.

Utama menatap keranda tempat aku berbaring. Anehnya, dia seolah tidak melihat aku sama sekali.

“Aneh,” katanya. “kayaknya tadi aku lihat Singgih mengintip dari sini.”

“Iya, aku juga lihat.” Jawab salah satu temannya. “Tapi keranda ini kosong, apa mungkin kita salah lihat?”

“Mana mungkin salah lihat.” Jawab salah satunya lagi. “Aku juga lihat sendiri kok.”

“Mungkin dia menyelinap dari sudut yang tidak terlihat oleh kita.” Kata Utama. “Tapi, sebelah sana kan dinding pembatas punden. Mau lari kemana lagi dia?”

“Kebelakang pohon itu mungkin, coba lihat.” Salah satu teman Utama menyarankan.

“Ga aga.” Jawab yang lain.

Kini mereka mengelilingi keranda tempat aku berbaring. Pikirku, mereka sengaja mengiseng i aku. Akan tetapi.

“Eh, itu dia. Singgih kabur ke arah luar makam.” Teriak teman Utama. Reflek aku juga menoleh ke arah tersebut. Benar saja, ada sosok yang mirip sama aku, postur tubuh, rambut bahkan pakaiannya sama persis dengan pakaian yang aku kenakan.

Karena merasa ada yang aneh, aku mencoba bergerak. Apa hasilnya? benar. Aku tidak bisa bergerak. Berteriak? Suaraku tidak keluar.

Sangking paniknya, aku sampai menangis dan memejamkan mata. Hingga aku sadari bahwa aku sudah tertidur.

3

“Laa ilaha illallah, laa ilaha illallah, laa ilaha illallah.” Aku terbangun mendengar suara tasbih itu, sangat ramai. Keranda yang aku tiduri bergoyang mengiringi tasbih tadi seolah-olah keranda itu sedang di gotong.

Tasbih tersebut masih terus di kumandangkan. Hingga akhirnya keranda tersebut berhenti bergoyang, begerak seolah di taruh. Dan penutup itu di buka secara tiba-tiba.

Aku memekik kaget, tapi suara tetap tidak keluar.

Orang-orang yang mengangkat keranda tadi sekarang berdiri mengelilingiku.

Wajahnya kaku tanpa ekspresi, dan sangat pucat. Lalu mereka mengangkat ku dan berupaya menurunkan aku kedalam lubang.

Aku mau di kubur hidup-hidup gaes.

“Toloong, aku masih hidup. Toloongg....” Akirnya suaraku berhasi keluar. Tapi, apalah daya, ternyata Cuma suaraku saja yang keluar. Tubuhku sangat sulit di gerakkan.

Ternyata, aku sudah terbungkus kain kafan.

“Ya Allah, tolongg, aku masih hidup.” Aku masih berteriak. Meronta-ronta sekuat tenaga. “Pak, buk. Teman-teman. Utama. Tolong.”

Dan akhirnya tubuhku sudah di taruh di tanah. Orang-orang pucat tadi mulai naik dari lubang. Dan mereka mulai menguburku.

Aku menangis semakin menjadi-jadi, meronta-ronta sekuat tenaga. Hingga akhirnya aku bisa bergerak. Aku lepas kain kafan yang melilitku, aku naik dari lubang tadi. Dan berlari sekuat tenaga menuju keluar pemakaman.

Saat itulah terdengar suara dari belakangku.

“Itu dia, Singgih berlari keluar makam.”

“Kejar.”

“Kena kau.” Seseorang memegang tanganku.

“Waahhh, aamppuun. Aku masih hidup, jangan kubur aku.” Aku berteriak sambil meronta gak karuan.

“Heh. Jangan bercanda!” ternyata yang menangkapku adalah Utama. “Kamu kenapa sih? Jangan bercanda. Sudah adzan Maghrib kalian yang menang.”

“Eh, Utama ternyata.” Aku gemetaran hebat. “Aku kira siapa.”

“Emangnya siapa lagi, bodoh. Kenapa kamu teriak-teriak ga jelas?”

Saat dia bertanya begitu, aku melihat ke arah belakang mereka. Orang-orang berwajah pucat tadi berjalan sangat cepat menuju kami.

“Belakang, lihat belakang!!” teriak ku.

Mereka menoleh.

“Waaahhh, setaannn.” Kami pun berlarian keluar makam itu.

4

“Saat di tengah-tengah pemukiman warga Kocek, utama bertanya kepadaku ada apa, kenapa aku bisa teriak-teriak, dan siapa orang-orang pucat tadi.

Karena tidak tahu siapa mereka, aku tidak bisa menjawabnya. Aku hanya menceritakan bagaimana aku tertidur di keranda, di bungkus kain kafan dan mau di kubur.” Singgih bercerita panjang lebar.

“Temanmu yang lain juga melihat orang-orang pucat itu?” tanyaku.

“Iya, bahkan anak-anak dari kelompokku juga melihat semua. Jadi yang pasti itu bukan sekedar mimpi.” Jawabnya.

Singgih juga teman sekelasku. Kita sebelumnya tidak akrab, dan baru pertama kali ini kamu berbicara panjang lebar. “Dan yang pasti, cerita tadi sulit untuk di jelaskan. Aku tertidur di keranda, melihat aku sendiri berlari menuju keluar makam. Utama dan yang lain mengejar.

Aku yang berhasil lolos dari liang kubur dan berlari menuju keluar makam. Ternyata yang Utama kejar bersama yang lainya, anak yang mirip aku, yang aku lihat dari keranda. Ternyata aku sendiri.

Besoknya, sepulang sekolah. Kami berkumpul. Dan bercerita tentang kejadian kemarinnya. Mereka semua tidak ada satupun yang bisa menjelaskannya.”

“Kamu tidak mengecek kesana lagi?” Tanya Efi. “Misalnya, melihat lubang yang akan di buat mengubur kamu.”

“Aduh, ampu deh, boro-boro kesana lagi. Lewat depannya saja sudah ampun-ampunan aku. Ga berani, ngeri deh. Hehee. Sudah, sampai sini aja ceritaku.

“Yang lain, ada yang mau cerita juga?” tanyaku.

”Aku....”

1
Neo Kun
anjirrr pocong item. seperti apa nyereminnya ya?
Ady Irawan
oh nooo 😭
Neo Kun
cilok.. cilok.. aku mau ciloknya
Ryuu Ajaa
Jadi keinget abis tarawih ngumpul bareng sepupu bakar singkong ama jagung didepan rumah nenek sambil Cerita2 pengalaman horror.
Ady Irawan
terima tengkyu. 😍😍
Ryuu Ajaa
Mantapp, horrornya dapet komedinya juga. Semangatt thorr
Ryuu Ajaa
kok geting Aku
Ady Irawan: piye to kiih.. 🤣
total 1 replies
Ryuu Ajaa
nuansa kampungnya Ngingetin masa kecil dehh, Mantapp Thor
Ady Irawan: iya. itu gambaran tahun 90an. saat saya masih jadi bolang. bocah ga pernah pulang. 🤣
total 1 replies
Neo Kun
apakah tidak bisa update 2bab perhari?
Ady Irawan: di usahakan 😭😭
total 1 replies
Mursidahamien
itu Efa
Ady Irawan
Kritik dan saran di tunggu ya gaes.
silahkan komen, dan share. tengkyu ferimat. 😁😁
Neo Kun
ayu baru muncul langsung meninggal 😭
Neo Kun
bagus. ceritanya nyeremin, tapi lucu, apalagi saat riyon kecirit. 😂
Neo Kun
duh ga bisa bayangin jadi si Roy 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!