"Cih! Aku tak kan pernah mau menikah dengan lelaki yang sudah tua. Apalagi umurnya hampir sebaya dengan bapak ku."
Batin Nisha seakan tak terima saat mata liar Ridwan memandang kemolekan tubuh nya dengan penuh nafsu.
Nisha terpaksa melayani nafsu bejat pria setengah baya itu untuk membayar hutang ibu nya.
Semua tragedi hidup Nisha, berawal dari hasrat Ridwan yang ingin memperistrinya.
Pria itu cemburu buta saat Nisha tampak berduaan dengan kekasihnya Farel. Ridwan pun menuntut Nisha untuk membayar semua hutang budi yang pernah ia berikan pada Nisha dan keluarganya dengan cara ia harus menyerahkan tubuhnya pada Ridwan.
Nisha pun hamil di luar nikah dan terpaksa menikah dengan Ridwan. Lelaki tua yang tak di cintainya.
Bagaimana nasib Nisha selanjutnya ?
Jangan lupa kepoin ceritanya y 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JADI ISTRI KEDUA
"Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif!"
Untuk ke sekian kali nya, ponsel Ridwan tak bisa dihubungi. Selama ini, Nisha tak pernah menaruh sedikit pun rasa curiga pada suami nya yang selalu susah di hubungi semenjak dinas ke luar kota. Nisha selalu berpikir, Ridwan sibuk dengan bisnis dan pekerjaannya.
Hanya saja saat ini, Nisha yang sedang terbaring tak berdaya di sebuah klinik benar-benar membutuhkan Ridwan. Ia tak tahu harus minta tolong pada siapa untuk merawat nya.
"Bagaimana dek Nisha? Apa Ridwan sudah bisa di hubungi?" tanya Rani gundah.
Rani yang sedari tadi masih menemani nya di klinik kelihatan sangat kesal karna Ridwan sulit di hubungi.
"Nomor bang Ridwan gak aktif, Mbak," suara Nisha terdengar lemah setelah mengalami pendarahan hebat dan mengalami keguguran.
Rani menatap iba pada Nisha. Ia teramat menyesali kecerobohan nya yang terlalu mendahului emosi tanpa memikirkan sebab dan akibat nya.
"Maaf kan Mbak ya Nisha, semua gara-gara mbak yang emosi terlalu ber lebihan. Mbak baru sadar kalau kamu dan aku hanya lah korban dari kelakuan Ridwan." ungkap nya sedih.
Mata perempuan itu tampak berkaca-kaca. Ia pun menangis meluapkan segala perasaan nya pada Nisha.
"Andai saja, mbak bisa memberikan Ridwan seorang anak, mungkin ia tak kan berselingkuh dengan mu. Dan hidup mu tak kan seperti ini." sesal nya.
Ia meratap menyesali dirinya yang mandul. Padahal, jika di pikir-pikir itu bukan lah salah nya. Emang dasar Ridwan nya yang genit, tak bisa lihat perempuan cantik.
"Sudah lah Mbak, lebih baik Mbak pulang ke rumah. Mana tau Bang Ridwan sekarang ada di rumah Mbak mencari Mbak." ujar Nisha pelan.
Senyuman pahit terukir di bibir Nisha saat mengucapkan kalimat yang terasa menyakitkan hati nya. Tak pernah ia bayang kan jika ia akan ber bagi kasih sayang suami nya dengan perempuan lain. Tapi saat ini ia tak bisa ber buat apa-apa.
Status nya saat ini sudah jelas hanya istri kedua bagi Ridwan, meski pun di surat nikah milik Nisha, Ridwan tertulis berstatus bujangan. Tapi bukti nya, pria itu sudah menikah dengan Rani sebelum menikahi Nisha.
"Tidak Nisha, dia jarang pulang ke rumah. Biar Mbak di sini saja, merawat mu sampai Ridwan pulang. Mbak ingin bertanggung jawab atas perbuatan Mbak kepada mu Nisha." sanggah Rani.
Nisha tertegun mendengar ucapan Rani yang terdengar jujur dan tulus pada nya.
Airmata nya menetes pelan membasahi ke dua pipinya yang tampak pucat.
"Terima kasih Mbak, Maaf aku jadi merepotkan Mbak Rani." Nisha terharu.
"Tidak Nisha, jangan ber terima kasih pada ku. Anggap saja aku membayar hutang ku pada mu." ungkap Rani malu hati.
Rani menatap madunya itu sambil tersenyum hangat membuat pintu hati Nisha yang semula gundah jadi sedikit lega dan tenang, karna akhir nya ada seseorang yang ber sedia merawat nya di klinik, meski pun orang itu adalah saingan nya kelak dalam membina rumah tangga yang baru seumur jagung.
☘️☘️☘️☘️☘️
Seminggu kemudian.
Nisha dan Rani yang mulai tampak akrab baru saja pulang dari klinik tempat Nisha di rawat. Rani yang selama ini setia merawat Nisha tampak gembira melihat keadaan madu nya yang berangsur pulih setelah mengalami keguguran.
"Ayo makan Nis, Mbak udah bikin kan sup daging. Makan yang banyak biar cepat sembuh!" ajak Rani.
Rani tampak sibuk menghidangkan berbagai masakan lezat yang sengaja ia masak untuk mereka makan bersama.
Rumah Nisha dan Ridwan pun juga sudah terlihat bersih dan rapi setelah di bereskan Rani sejak tadi. Ia tampak bersemangat, dan tak sedikit pun mengeluh walau pun ia tahu rumah itu akan di tempati Nisha bersama suami mereka Ridwan.
Nisha tersenyum melihat Rani yang tampak sibuk melayani nya. Ternyata, Rani perempuan yang baik. Wajar saja jika emosi nya meluap saat pertama kali bertemu Nisha. Perempuan mana yang mau di madu. Begitu juga Nisha, hati nya masih sulit menerima kenyataan ini.
"Nisha, Nisha! Buka pintu! Abang pulang!"
Bunyi pintu di ketuk dari luar di susul suara Ridwan dari arah luar rumah terdengar mengejutkan mereka berdua.
Sesaat mereka saling berpandangan, ada rasa cemas dan takut menyelinap di hati mereka masing-masing.
"Biar Mbak yang buka kan pintu, kamu tunggu saja di sini. Oke...!" ujar Rani cepat.
Rani memberanikan diri untuk menyambut kedatangan Ridwan yang baru pulang dinas luar kota.
Nisha hanya mengangguk mengiyakan ucapan Rani. Diri nya memang belum siap mental untuk bicara dengan Ridwan. Apalagi kondisi nya masih lemah belum pulih sepenuh nya sehabis sakit.
Ceklek!
Rani segera membuka kan pintu untuk Ridwan yang langsung terkejut melihat kehadiran istri pertama nya di rumah itu.
"Kau?" ucap nya kaget.
Mata Ridwan membelalak melihat Rani yang langsung menyambut nya seraya melemparkan senyuman manis.
"Ya, ini aku. Istri pertama mu!" jawab Rani enteng seraya membuka kan pintu lebih lebar lagi untuk Ridwan.
Ridwan tak langsung masuk ke dalam rumah. Raut wajahnya berubah tegang dan tampak sangat marah menatap Rani yang bersikap santai dan cuek saja.
"Apa yang kau lakukan di sini? Mana Nisha?" Ridwan membentak Rani keras.
Ia terlihat mencemaskan Nisha yang perlahan keluar dari ruang tengah dengan langkah tertatih-tatih.
"Apa yang terjadi pada mu Nisha?" tanya Ridwan curiga.
Ridwan bergegas memburu Nisha ke dalam rumah mengabaikan Rani yang terlihat menyembunyikan rasa sedih dan kecewa nya akan sikap Ridwan yang sangat perhatian pada istri muda nya.
"Nisha sakit, ia mengalami pendarahan!" Rani ber teriak kesal dengan nada penuh rasa cemburu.
Ridwan tercengang menatap Nisha berjalan dengan tubuh yang tampak lemah dan pucat pasi.
"Aku yang salah, aku yang membuat nya keguguran dan kehilangan bayi nya!" Teriak Rani sekuat hati.
Rasa cemburu dan sakit hati yang telah ia coba tepis kan dari dalam hati sejak beberapa hari yang lalu kembali hadir mendera hati nya.
Seketika Ridwan tertegun di tempat nya berdiri. Wajah nya berubah merah padam dengan rahang yang mengeras tegang. Kedua tangan Ridwan terkepal kuat dan bergetar menahan amarah nya yang memuncak tinggi saat mendengar ucapan Rani yang berdiri tak jauh di belakang nya.
Nisha yang berada di hadapan Ridwan langsung gemetar menyadari reaksi Ridwan yang terlihat menahan emosi.
"Mbak Rani tak sengaja Bang! Ia tak tahu kalau Nisha sedang..."
"Di-am......!" Teriak Ridwan naik pitam.
Suasana pun jadi tegang seketika saat bentakan keras dari Ridwan terdengar menggelegar di seluruh sudut rumah.
Pria paruh baya itu pun segera membalik kan badan menghampiri Rani yang berdiri diam di belakangnya.
Ia seakan sengaja menunggu Ridwan yang sudah tersulut emosi untuk segera memukul nya.
Plak...!
Sebuah tamparan keras dari Ridwan tak ayal lagi hinggap di wajah Rani yang tanpa merasakan sakit di pipi nya kembali berani menantang Ridwan dengan tatapan nyalang, membuat Ridwan semakin geram dengan sikap nya.
Tangan kanan Ridwan kembali terangkat ke atas hendak melayangkan pukulan sekali lagi ke wajah Rani, namun terhenti di udara ketika mendengar perkataan Rani.
"Bunuh, bunuh saja aku, biar kau puas! Biar kau bisa hidup senang bersama istri baru mu!" Teriakan Rani yang kencang semakin memancing emosi Ridwan yang sudah naik ke ubun-ubun.
Ingin sekali Ridwan menghajar perempuan itu. Tapi tubuh mungil Nisha mendadak menghalangi gerakan nya.
"Jangan Bang, jangan sakiti Mbak Rani. Kasihan Mbak Rani Bang!' cegah Nisha.
Nisha yang tak tega melihat keadaan Rani yang bisa babak belur di hajar Ridwan, malah melindungi Rani dengan tubuh nya, membuat Ridwan sulit melampiaskan amarah nya.
Ia hanya menatap kedua perempuan yang tampak menangis dan saling berpelukan itu dengan hati teramat gusar.
"Tak ku sangka kau sejahat itu Rani. Kau telah membunuh darah daging ku hanya karna rasa cemburu mu yang berlebihan!" ucap Ridwan dengan nada tinggi.
"Bukan kah sudah ku kata kan pada mu. Jangan pernah kau ganggu Nisha!" ucapan Ridwan kepada Rani sontak membuat Nisha terkejut.
Ridwan pun langsung pergi dengan membawa kemarahan di dada nya keluar dari rumah milik nya.
Selepas kepergian Ridwan, Nisha pun memandang Rani yang berada di samping nya dengan tatapan tak mengerti.
"Mbak Rani? Apa maksud perkataan Bang Ridwan tadi Mbak?" Nisha jadi terlihat bingung.
"Maaf kan Mbak, Nisha. Setelah Mbak tahu Ridwan menikah dengan mu, Ia selalu melarang Mbak untuk menemui mu. Tapi Mbak ngotot karna Mbak pikir, kamu lah yang salah telah merebut suami orang. Ternyata, yang salah itu adalah suami Mbak sendiri. Ia sudah menipu kamu dengan mengaku sebagai bujangan yang belum punya istri. Apalagi, saat kamu keguguran gara-gara Mbak. Mbak benar-benar sangat bersalah karna rasa cemburu Mbak." tutur Rani penuh sesal.
Nisha tertegun. Kesalahan pahaman yang terjadi antara dirinya dan Rani, bukan lah kesalahan Rani sepenuh nya. Walau bagaimanapun, semua adalah karna perbuatan Ridwan sendiri. Dia telah membuat rumah tangga nya hancur. Dan menerima hukuman atas kebohongan nya dengan kehilangan anak yang sudah ia nanti kan sekian tahun sebagai penerus keturunan nya.
.
.
.
Bagaimana kah nasib Nisha selanjutnya ?
Baca terus kelanjutan kisah nya ya 🤗