"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bicara Dengan Mantan
Glekk
Keymira tertegun mendengar setiap bait kata yang keluar dari bibir Ben Derrick, jantungnya jadi berdebar tak karuan dan seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.
Key terbawa kata-kata yang entah kenapa membuat hatinya menghangat, ungkapan manis Ben Derrick sukses membuat Keymira tereyuh, hanyut kala mendengar rangkaian kata dari suara Ben yang mendayu.
Deg
Deg
Deg
Key memegangi dada kirinya yang terasa sakit akibat denyut jantung yang terlalu kencang, apa ini? Dia tak pernah seperti ini sebelumnya, sesuatu yang aneh telah merasuki Keymira.
"Mas...."
"Ya, istriku?"
"Bagian ini sakit" adu Keymira.
"Yang mana sayang?"
Deg Deg Deg Deg Deg!!!
Dipanggil seperti itu makin-makin lagi jantung Keymira berdetak cepat, dia memaku seakan nyawanya diambil untuk sesaat, pandangannya pun jadi tak bisa fokus menatap dengan jelas.
Melihat Keymira yang memegangi area dada, Ben Derrick pun lantas menyingkirkan tangan sang istri dan menyentuh bagian yang sebelumnya dikeluhkan oleh Keymira.
"Yang ini?" Tanya Ben.
"I-iya" jawab Key terbata-bata.
"Kamu deg-degan, sebelumnya suka begini?"
Key menggeleng cepat, baru kali ini dia berdebar hanya karena mendengar ucapan Ben Derrick.
"Gak pernah"
"Coba tarik nafas"
Key melakukannya, dia menghirup oksigen sebanyak mungkin hingga paru-parunya mengembang.
"Tahannn........ Keluarkan"
Huftttttttt!
"Sudah enakan?"
"Sedikit"
"Gak masalah, besok pagi pasti kembali normal. Mungkin kamu butuh istirahat, tidurlah ini sudah malam" Ben menarik selimut dan membawa Keymira masuk ke dalam dekapannya.
Cup!
"Selamat malam istriku, mimpi yang indah"
Namun Key masih tetap melotot dalam pelukan sang suami, dia belum bisa melupakan ucapan Ben Derrick yang tadi, masih terngiang-ngiang di kepala hingga membuatnya jadi gila.
***
Pagi yang cerah membawa orang-orang menuju semangat dalam menjalani aktivitas, meskipun kegiatannya itu-itu saja namun ada secercah gairah yang menggerakkan antusiasme mereka.
"Ini bekel buat makan siangnya, mas" Key menyodorkan sebuah lunch bag saat Ben Derrick selesai menghabiskan sarapan.
"Tumben kamu siapin makan siang" yang tetap menerima tas tersebut.
"Supaya mas gak bingung lagi mau makan apa nanti siang, kasian juga kalau kak Jennie yang beliin terus"
"Gak setiap hari Jennie yang nyiapin, kadang-kadang dia istirahat duluan dan saya pesan sendiri makanannya" ujar Ben.
"Oh ya? Emang kak Jennie suka istirahat dimana?"
"Di kantin bareng teman perempuannya"
"Ohh... Ya udah berarti bagus dong kalau aku nyiapin makan siang buat mas setiap hari"
"Boleh, saya juga lebih suka masakan buatan kamu"
"Saya berangkat dulu ya, hati-hati di rumah" Ben mengecup kening sang istri sebelum dia masuk ke dalam mobil.
Setibanya di kantor Ben melihat keributan kecil di depan pintu lobi, Ben yang baru saja sampai tidak tahu-menahu apa yang sedang terjadi.
Dari kejauhan tampak pak satpam sedang berseteru dengan seorang wanita, beberapa kali sang penjaga menghadang wanita tersebut untuk masuk.
"Minggir! Saya cuma sebentar gak akan lama"
"Tidak bisa, Nona! Bahkan Tuan Ben Derrick saja belum datang"
"Jangan coba membodohi-bodohi saya ya pak! Mana mungkin Ben Derrick jam segini belum datang, dia itu orangnya selalu datang tepat waktu meskipun di perusahaannya sendiri" elaknya tak menerima alasan yang menurutnya sangatlah klasik, enak saja dia mau dibohongi.
"Mungkin itu dulu, Nona. Sekarang Tuan Ben sudah berumah tangga, siapa tau sebelum ke kantor beliau mesra-mesraan dulu dengan istrinya" ujar pak satpam.
"Whatttt?? M-mana mungkin!" Elaknya tak terima, jiwanya makin panas membayangi kejadian seperti itu, walau bisa saja Ben melakukan hal seperti yang dikatakan oleh pak tua ini.
"Anda harus punya izin dulu, Nona. Kalau Tuan Ben mengizinkan silahkan anda boleh masuk tetapi kemarin saja Tuan mengusir anda"
"Setidaknya izinkan saya masuk dulu, saya janji tidak akan membuat keributan seperti kemarin"
"Maaf Nona, tidak bisa"
"Akhhhhh..... Kau ini!!"
"Ada apa ini?" Suara bariton dari arah belakang menghentikan perdebatan mereka, sang wanita berbalik kala mendengar suara yang dia cari-cari sedari tadi.
"Ben??" Rupanya Ben Derrick memang belum datang ke kantor, satpam itu ternyata tidak berbohong, tapi ada untungnya karena ia jadi bisa bertatap muka dengan Ben Derrick.
Wanita yang awalnya Ben kira adalah salah satu pegawainya ternyata bukan, dia adalah Xaviera yang pagi-pagi sudah mencari keributan dengan datang ke kantornya lagi.
"Mau apa lagi kamu kesini?"
Xaviera segera mendekat, dia bahkan memegang kedua tangan Ben secara tiba-tiba.
"Ben jangan gitu dong, aku pagi-pagi kesini buat ketemu sama kamu. Aku minta waktunya sebentar ya, kamu mau kan?" Xaviera berharap penuh Ben mengiyakan permohonannya, tetapi Ben justru menghempaskan tangan Xaviera dari lengannya.
"Tolong jaga sikap kamu, ini di kantor, kamu bisa mencoreng citra saya sebagai pemimpin di perusahaan sendiri" ucap Ben dengan tegas.
"Oke oke, aku minta maaf. Jadi gimana, kamu mau kan bicara sama aku?"
Ben jadi pusing sendiri, kalau tidak dituruti Xaviera sudah pasti akan bertingkah, tapi Ben juga tidak mau membicarakan apapun dengan Xaviera, dia sudah teguh dengan pendiriannya.
"5 menit, dimulai dari sekarang"
"Hah? D-disini???" Xaviera gelagapan.
"10 detik berlalu" sahut Ben menatap jam tangan miliknya.
"W-whattt*?? Ben are you serious**?! Masa disini sih, mendingan di ruangan kamu aja, it's private*!"
"Empat menit lagi"
"Ben!"
Xaviera hendak protes, bukan ini yang ia mau, dirinya tak diberi privasi untuk berbicara, ada beberapa pegawai yang lalu-lalang, bahkan pak satpam masih ada diantara mereka, mengawasinya bak mangsa.
"Aku pulang untuk ketemu kamu, Ben"
"I know" timpal Ben singkat.
"Aku yakin kita belum bener-bener selesai, terakhir kita ketemu gak ada diantara kita yang bilang putus, aku mau ngelurusin hal ini dulu, kamu juga tiba-tiba menikah sama orang yang baru kamu kenal, padahal saat itu aku berharap kamu nemuin aku di Itali"
"For what?"
"Seharusnya kamu bujuk aku saat itu, kamu pasti bisa ngubah pola pikir aku, hubungan kita juga gak sebentar, harusnya kamu paham aku gak akan semudah itu lupain kamu"
"So?"
"Sekarang aku gak punya siapa-siapa, Ben. Sebagai anak tunggal yang broken home aku selalu merasa butuh kamu. Dari kecil aku selalu dibebaskan apapun, orang tuaku cuma memastikan aku hidup selebihnya mereka lempar tanggung jawab. Aku bukan gak menghormati aturan keluarga kamu, aku cuma gak terbiasa terikat sama aturan"
Ben kembali menatap arloji yang bertengger di pergelangan tangannya, kemudian berkata.
"Waktu mu sudah habis, saya sudah harus mulai bekerja"
"Tapi Ben--"
"Saya sudah menepati kemauan kamu, silahkan kembali beraktivitas jika kamu bukan pengangguran" Ben Derrick langsung berlalu dari hadapan Xaviera, dia juga tak menghiraukan panggilan sang mantan.
"Ben Derrick aku belum selesaiiii!"
Masa sih kamu belum jatuh cinta kepada Ben?
lanjuuuttt kaka authoorr