MENIKAHI LELAKI TUA
#SELAMAT MEMBACA #
Rintik-rintik hujan sore itu.
Seorang gadis cantik berpakaian lusuh terlihat berlari kecil menghindari titik-titik hujan yang turun. Sesekali kakinya melompat melewati genangan air hujan yang terlihat kotor. Lambat laun, pakaian yang di kenakan nya mulai terasa basah oleh air hujan.
Hujan kian deras.
Gadis itu masih bersikeras hati melanjutkan perjalanan pulang menuju rumahnya. Ia seolah tak peduli, meski tubuhnya sudah basah kuyup terkena guyuran air hujan.
Tanpa ia sadari, tingkah laku nya ternyata mengundang beberapa pasang mata pria nakal yang memandangnya dengan penuh hasrat.
Lekukan tubuhnya terpampang nyata di balik pakaian yang sudah basah. Gadis itu terus berlari dengan lincah tanpa mempedulikan orang-orang disekitarnya.
"Anak siapa tuh? Cantik amat." Suara Ridwan mengejutkan teman-temannya yang sedang berkumpul di sebuah warung sambil memperhatikan gadis itu dari kejauhan.
"O... Itu Nisha, anak gadisnya Bu Salma yang janda beranak tiga..." Celetuk salah satu pemuda.
"Hem, kayaknya kemarin masih ingusan, udah gede saja dia sekarang." Gumam Ridwan pelan.
Matanya tak berkedip memandang tajam ke arah gadis cantik yang makin lama kian jauh dari pandangan mata mereka.
Tak beberapa lama.
Hujan masih mengalir deras membasahi tubuh Nisha yang baru saja sampai di depan pintu rumahnya yang terlihat sederhana dengan kusen pintu yang hampir lapuk di makan rayap.
Tok tok tok!
"Ibuk...!" Nisha mengetuk pintu rumahnya dengan tangan gemetar menahan hawa dingin yang mulai menyerang tubuhnya.
Perlahan ia mengusap kedua belah tapak tangan dan menaruhnya di pipi. Tubuh mungilnya mulai menggigil kedinginan.
"Ibuk...!" Bibirnya gemetar memanggil ibunya sekali lagi.
Tak berapa lama pintu terbuka dari dalam. Seraut wajah tua milik ibunya menyambut kedatangannya tanpa senyuman.
"Tunggu saja di pintu...! Ibu ambil kain lap! Badan mu basah semua Nisha! Lantai rumah jadi becek kalau kau injak!" Bentak Bu Salma seraya bergegas ke dapur mengambil kain lap.
Nisha berdiri patuh di ambang pintu rumah menunggu ibunya kembali membawakan kain lap.
"Dari mana saja kau seharian heh? Pulang-pulang basah kuyup. Apa kau tak puas? Main hujan-hujanan sedari kecil?" Hardik Bu Salma dengan nada kesal pada anak gadisnya.
Nisha hanya diam tak menjawab pertanyaan ibunya. Ia segera berlalu pergi menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang basah.
"Sudah besar kerjaan mu hanya bermain dan bermain! Harusnya kau sudah bisa bantu ibu, cari uang untuk membiayai sekolah adikmu!" Suara Bu Salma yang berteriak lantang dan keras terdengar jelas dari luar kamar.
Nisha yang hampir selesai mengganti pakaian basahnya dengan pakaian kering, sejenak berdiri terpaku mendengar omelan ibu nya. Kepalanya mulai terasa pusing. Setiap hari harus mendengar kalimat yang sama keluar dari mulut ibunya.
"Jika perlu, kau pergi kerumah istri baru bapak mu! Minta uang yang banyak sama bapakmu itu! Biar hidup mu dan adik mu tidak susah!" Lagi-lagi teriakan Bu Salma membuat gadis cantik berambut panjang itu menarik nafas panjang.
Bapak lagi, Bapak lagi yang di bahas ibunya. Nisha tak habis pikir, kenapa ibu nya terus memaksa mereka untuk meminta pada Bapaknya yang sudah hidup enak di rumah istri barunya. Sementara Ibu nya tau, Bapaknya tak pernah mempedulikan anak-anaknya.
Sejak mereka bertiga di lahir kan. Ibunya sudah berjuang sendiri mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sekeluarga. Apa ibu nya lupa? Kalau Bapak kandung Nisha adalah lelaki yang tak pernah bertanggung jawab pada keluarga. Untuk apa lagi dirinya datang mengemis dan meminta. Percuma saja, toh, Bapak nya tak kan peduli.
Otak dan batin Nisha seketika kacau balau. Ibu selalu saja menjadikan dirinya sebagai alat pelampiasan kemarahannya.
Mengapa bukan Bang Ikbal saja yang cari kerjaan? Dia kan anak lelaki? Apalagi dia anak tertua. Sudah seharusnya ia bertanggung jawab menggantikan tugas Bapak sebagai anak lelaki satu-satunya dalam keluarga.
Nisha sangat menyayang kan sikap ibunya yang terkesan memanjakan anak lelaki satu-satunya.
Dengan lunglai gadis itu menutup pintu lemari bajunya yang sedari tadi masih terbuka. Suara Omelan dan teriakan ibunya tak lagi terdengar di telinganya. Ia pun naik ke atas tempat tidur seraya membaringkan tubuhnya sejenak. Ia malas keluar kamar. Ujung-ujungnya di marahi lagi.
"Magrib-magrib tidur! Pamali...!" Teriakan Ibu nya terdengar lagi dari balik pintu kamar, membuat Nisha melonjak bangkit dan duduk di sisi tempat tidur dengan tampang kalut.
Tuh kan, salah lagi. Gadis itu menepuk jidatnya kesal.
"Kak...! Buka pintu dong...? Masa pintu nya di kunci? Ntar aku tidur dimana...? Buruan...! Aku mau bikin PR! Tas dan buku ku ada di kamar!" Gantian, Pamela adik perempuan nya berteriak menjerit minta di bukakan pintu.
"Huff...!" Nisha menghembuskan nafas kuat.
Kesabarannya benar-benar teruji. Ia pun segera membuka kan pintu kamar untuk Pamela yang menerobos masuk sambil bersungut-sungut kesal.
"Kayak kakak aja yang punya kamar." Pamela menyindir Nisha seraya melirik baju yang sedang di pakai kakaknya.
"Tuh kan...! Baju ku di pake lagi. Kenapa sih, Kakak gak pernah permisi dulu setiap kali pake barang-barang ku?!" Jerit Pamela dengan nada jengkel pada Nisha.
Wajah Nisha seketika berubah merah menahan malu. Ia pun buru-buru melepas kembali baju milik Pamela dari tubuhnya. Dan memberikannya pada Pamela yang merampas baju itu segera dengan wajah kesal.
Dengan lunglai, ia pun membuka lemari bajunya dan menarik sehelai baju usang yang terlihat sedikit robek di bawah ketiaknya. Sekalian, ia juga mengambil kotak berisikan benang dan jarum diatas meja rias usang yang ada di kamar itu.
Matanya yang sudah minus namun tak memakai kacamata mencoba untuk menjahit baju yang robek itu dengan tangannya.
Hampir lima belas menit.
Waktu yang cukup lama di habiskan Nisha untuk menjahit baju robek itu. Setelah selesai, ia pun buru-buru memakai baju itu dan segera keluar dari kamar.
Hatinya sungguh tak nyaman berada di kamar bersama Pamela yang terlihat membuat PR dengan tampang tak berdosa.
Wajahnya terlihat sangat sedih dan kecewa dengan sikap adik perempuan nya itu. Padahal baju-baju milik Pamela sangat banyak dan bagus semua.
Kadang Nisha heran, dari mana Pamela dapat uang untuk membeli semua barang-barang bagus miliknya.
Pernah sekali ia bertanya. Pamela bilang, itu semua pemberian tetangga sebelah yang kaya raya. Kebetulan tetangga itu tidak punya anak.
Nisha percaya saja kalau Pamela di belikan tetangga itu. Hanya saja, tidak mungkin tetangganya sering kali memberi Pamela uang saku yang banyak hingga Pamela bisa membeli semua kebutuhannya. Apalagi barang-barang yang di miliki Pamela bukan barang-barang murahan.
Kriuk!
Tiba-tiba bunyi perut kosong terdengar mengejutkan Nisha. Dia jadi ingat. Sedari tadi siang, ia belum makan apa-apa.
Perlahan ia berjalan mendekati meja makan. Dia pun membuka tudung penutup lauk pauk. Berharap ada sedikit makanan yang tersisa untuk bisa di makan.
Kosong! Lagi-lagi tak ada makan malam untuk hari ini. Seperti biasa, untuk malam yang kesekian ia terpaksa menahan lapar hingga besok siang.
Dengan raut wajah murung. Gadis itu pun membaringkan tubuhnya di atas sofa di ruang tamu.
"Nisha...!" Sebuah suara yang teramat ia kenal, terdengar berteriak memanggil namanya dari arah pintu luar.
.
.
.
Bersambung 🤗
Kepo in Bab selanjutnya 👇
__________________&&&&_____________
Welcome di karya ku yang terbaru ya 🥰
Smoga disukai para pembaca yang Budiman 🤲
Jangan lupa tinggalkan 👣👣👣👣 mu dengan komentar , ❤️👍⭐
Thanks so much for u 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
nayya r
pelit amat sih sama kakak sendiri/CoolGuy/
2024-11-21
0
Delita bae
hadir
2024-11-04
1
🌟~Emp🌾
Hai juga 😀
2024-09-13
1