NovelToon NovelToon
Stuck On You

Stuck On You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: _Sri.R06

Kehidupan Agnia pada awalnya dipenuhi rasa bahagia. Kasih sayang dari keluarga angkatnya begitu melimpah. Sampai akhirnya dia tahu, jika selama ini kasih sayang yang ia dapatkan hanya sebuah kepalsuan.

Kejadian tidak terduga yang menorehkan luka berhasil membuatnya bertemu dengan dua hal yang membawa perubahan dalam hidupnya.

Kehadiran Abian yang ternyata berhasil membawa arti tersendiri dalam hati Agnia, hingga sosok Kaivan yang memiliki obsesi terhadapnya.

Ini bukan hanya tentang Agnia, tapi juga dua pria yang sama-sama terlibat dalam kisah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Sri.R06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berharap Menemukanmu

“Dia tidak masuk kerja sejak 1 minggu yang lalu?”

Kemudian wanita yang menjadi lawan bicaranya itu mengangguk. Tampak masih cukup terkejut dengan kedatangan seorang pria tampan yang menanyakan keberadaan teman kerjanya itu.

“Baiklah, terima kasih.”

Pria itu—Abian kemudian keluar dari toko kue tempat Agnia bekerja biasanya. Namun, dia baru menemukan kabar kalau Agnia justru tidak masuk kerja sejak 1 minggu yang lalu. Apalagi, itu saat Agnia masih tinggal di kediaman Bellamy, tapi Abian tidak mengetahui apapun.

Sebelumnya, Abian bahkan sudah menunggu di luar kampus Agnia dua hari terakhir ini. Namun selama apapun Abian berada di sana, dia belum berhasil menemukan wanita itu.

Ini sudah tiga hari, dan Abian belum juga menemukan keberadaan Agnia.

Bodohnya dia. Seharusnya Abian memasang GPS di ponsel perempuan itu. Jika itu dia lakukan, Abian tidak akan kesulitan seperti ini.

Setelah setengah jam, Abian sudah kembali di kediaman. Dia menjatuhkan tubuhnya yang lelah di sofa ruangan keluarga, menutup matanya dengan sebelah tangan yang menutupi wajah atasnya, terlihat sekali bagaimana lelahnya pria itu.

“Di mana kamu sebenarnya, Agnia?”

Abian, sebenarnya sudah meminta beberapa orang kepercayaannya untuk mencari keberadaan Agnia. Namun, saat mereka mengatakan melihat Agnia di suatu tempat, wanita itu seolah kembali menghilang saat Abian menemuinya. Padahal orang-orangnya masih berada di sana untuk mengawasi.

Mengapa … seolah takdir berusaha membuat semuanya menjadi lebih sulit.

Abian kembali menegakkan punggungnya, dia memijat pangkal hidungnya. Semua yang terjadi beberapa hari terakhir ini benar-benar membuat kepalanya terasa sakit.

“Abian?”

Suara itu membuat Abian mendongak, dia melihat keberadaan Nora, Tantenya berada di sana.

“Bagaimana? Kamu menemukan keberadaan Agnia?” tanya wanita itu, sorot matanya terlihat lembut. Memang, dari semua orang, yang terlihat paling mengkhawatirkan Agnia adalah Nora.

Abian menggeleng, dengan helaan napas yang terdengar berat.

Nora menatap penuh iba pada putra dari kakaknya itu. Dia begitu tahu, Abian pasti merasa kehilangan dengan kepergian Agnia dari rumah ini.

“Kamu tenang saja Abian. Agnia pasti bisa kembali kamu temukan,” ujar Nora, yang diangguki oleh Abian dengan gerakan pelan.

Kemudian suara langkah kaki lain terdengar. Abian yang memang sudah menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan tidak ingin repot-repot untuk mencari tahu siapa itu.

“Sebenarnya apa yang dilakukan wanita itu hingga membuatmu seperti ini, Abian? Bukankah dia hanya wanita yang bahkan tidak jelas asal-usulnya, memang lebih baik dia pergi dari rumah ini sebelum hal buruk terjadi pada keluarga kita karena kedatangannya!” tukas Eriana—anak pertama dalam Keluarga Bellamy. Dia tampak datang dengan tangan yang terlipat di depan dada, dagunya terangkat tinggi menunjukkan keangkuhannya.

Abian yang pada awalnya hendak mengabaikan, mendengar itu jelas tidak bisa untuk tetap diam. Dia seketika itu berdiri. Tubuhnya yang menjulang tinggi tampak begitu mengintimidasi Eriana saat berjalan mendekati wanita itu.

“Jaga mulut Anda, Nyonya Eriana! Saya masih bisa membiarkan Anda bertindak seenaknya mengingat Anda adalah bagian dari keluarga ini, tapi tidak ada lain kali!” desis Abian, tatapannya membius tajam Eriana nyaris membuat wanita itu bergetar karena takut.

“Aku akan ke kamarku, Tante.” Abian berbicara pada Nora, yang dibalas anggukan dengan senyum kecil di bibirnya. Dia benar-benar mengabaikan keberadaan Eriana di sana.

“Dia benar-benar—aarrgh!” Eriana menatap nyalang punggung Abian yang sudah menjauh. Kedua tangannya terkepal erat, urat-urat di lehernya menonjol tanda kemarahannya yang semakin membesar.

***

Sementara itu wanita yang menjadi alasan dari kekhawatiran Abian tampak baru saja selesai dengan pekerjaannya dalam membereskan barang-barang yang tersisa di tempat barunya.

Agnia menghela napas, merasa bahagia setelah memperhatikan semua barang-barangnya sudah selesai ditata dengan rapi. Dia kini tinggal di sebuah kost putri yang tampak sangat layak dengan harga sewa perbulannya yang cenderung cukup murah.

Agnia mendudukkan tubuhnya di sofa sederhana yang baru saja dia beli kemarin. Mengistirahatkan dirinya yang terasa lelah. Bukan hanya karena pekerjaan, namun juga atas semua kejadian yang terjadi terakhir kali.

Memikirkan itu, Agnia tidak bisa untuk tidak memikirkan bagaimana Abian setelah mengetahui dirinya yang pergi dari kediaman pria itu.

Wanita itu tertawa kecil. Apa yang dia pikirkan sebenarnya? Abian tidak mungkin menyibukkan dirinya hanya untuk Agnia. Agnia merasa lebih tenang setelah pergi dari rumah itu, bagaimanapun, sebagian orang di sana tampak tidak menerima kehadiran Agnia di sana.

Terlebih, setelah tidak lagi merepotkan Abian, Agnia merasa senang. Meskipun, jauh di lubuk hatinya ada perasaan tidak rela saat harus meninggalkan Abian. Entahlah, mungkin karena Agnia belum bisa membalas kebaikan pria itu setelah semua hal baik yang Abian lakukan untuknya.

Sebenarnya, sampai saat ini, dia tidak mengetahui alasan dari kemarahan yang terlihat di mata Felicia saat menyuruh Agnia pergi hari itu. Saat itu, Agnia hanya berpikir Felicia sudah pada batas kesabaran untuk tetap membiarkan Agnia tinggal di sana. Karena tidak ingin membuat sesuatu yang bisa membuat semua orang kesulitan, Agnia tanpa pikir panjang langsung pergi dari sana. Beruntung dia memang sudah mendapatkan tempat tinggal, dan memang memiliki rencana untuk keluar dari kediaman Bellamy dalam waktu dekat.

Hanya saja, terlalu disayangkan Agnia tidak sempat berpamitan pada semua orang, mengucapkan rasa terima kasihnya.

Terutama pada dia—pria itu—Abian Putra Bellamy.

Terakhir kali, Agnia hanya berpikir tetap harus menemui Arsenio untuk mengucapkan terima kasihnya. Pria tua itu tidak menahannya namun tetap berkata dengan begitu lembut bahwa kediaman Bellamy akan selalu terbuka untuk Agnia.

Betapa baiknya pria itu!

Agnia pergi saat itu setelah mengucapkan terima kasih pada Felicia karena wanita itu berada di sana. Felicia tahu saat Agnia keluar dari kediaman Bellamy di malam hari. Dan entah hanya bayangan Agnia atau bukan, tapi saat Agnia menunjukkan senyumannya sebagai tanda ketulusan. Dia justru menemukan ada tatapan kesedihan di mata Felicia, itu hanya sebentar sebelum mata itu kembali menyorotnya dengan dingin.

Agnia menghela napas, keluar dari semua bayangan masa lalunya itu. Sedetik kemudian, semangat mulai memenuhi setiap sel-sel tubuhnya. Agnia bangkit berdiri sambil berkata, “Sudahlah Agnia. Berhenti memikirkan semua itu!” gumamnya pada dirinya sendiri. “Sekarang adalah waktunya untuk belanja!” serunya kemudian, dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

***

Agnia mengunjungi swalayan terdekat dari tempatnya di sana. Cukup lengkap untuk setiap kebutuhan dari apa yang diperlukan Agnia.

Dia sudah mengambil beberapa keperluan, termasuk bahan makanan segar beserta bumbu yang sekiranya diperlukan. Agnia juga membeli beberapa sabun dan juga keperluan lain.

Selesai dengan semua belanjaannya, Agnia segera membayar saat sudah berada di depan penjaga kasir.

Beruntung apa yang dia beli kali ini tidak terlalu banyak, tidak membuatnya kesulitan untuk membawa barang-barangnya itu. Kini hanya tinggal mencari kendaraan umum, agar bisa segera kembali ke tempat tinggal Agnia.

Agnia menunggu di halte bus yang memang tempatnya hanya sekitar 3 menit perjalanan dari tempat sebelumnya. Namun dia merasa heran karena justru sebuah mobil hitam mewah yang justru berhenti di depannya.

Awalnya, Agnia berniat mengabaikan kendaraan itu namun saat pintu mobil terbuka, Agnia tidak bisa untuk tidak bersikap waspada.

Tepat saat pintu mobil terbuka, seorang pria dengan setelan formal keluar dari sana. Raut wajahnya yang terlihat kaku dan sorot mata yang tajam itu kini telah berhenti begitu berhadapan dengan wanita incarannya selama ini.

Ah, lihat wajah itu, dia selalu menyukainya. Saat mata itu menatap waspada ke arahnya, atau saat tanpa sengaja dia menjauh dengan sorot mata yang terlihat begitu rumit di sana.

Kaivan—pria itu menunjukkan seringainya yang seolah menjadi mimpi buruk untuk Agnia. Dia mendekat, hingga benar-benar berdiri tepat di hadapan Agnia.

Mau tidak mau Agnia mendongak, menatap netra gelap itu dengan sorot takut dan waspada di sana. Bibirnya tampak terkatup erat, namun kakinya seperti sudah siap untuk segera melarikan diri.

“Lama tidak bertemu?” Terdengar seperti tanya di telinga Agnia. Agnia bergidik ngeri saat melihat Kaivan masih enggan berhenti tersenyum dengan cara yang mengerikan.

Agnia memutus kontak mata sepihak, mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Tangannya yang sedang menggenggam plastik berisi belanjaannya itu kian mengerat.

Agnia mundur dua langkah, namun dia masih bisa merasakan tatapan Kaivan yang masih tertuju pada dirinya.

“Tidak perlu takut, Sayang … aku tidak berniat membawamu sekarang,” kata Kaivan, seolah apa yang dia katakan bisa membuat Agnia tenang.

Namun Agnia, ditempatnya tampak bergeming. Bola matanya bergerak gelisah. Tidak sekarang … itu artinya, Kaivan memang memiliki maksud buruk kepadanya dan itu bisa terjadi di masa depan?!

“Tentu itu juga jika kamu menjadi kucing kecilku yang penurut.” Kaivan berkata santai, dia mencondongkan tubuhnya ke depan, berbisik tepat di samping telinga Agnia. “Kamu tahu, ‘kan, aku tidak memiliki kesabaran sebanyak itu jika kamu berusaha terus menjauh dariku?”

Agnia memejamkan mata, berusaha menahan diri saat tubuhnya terasa mulai gemetar, dia tidak ingin terlihat lemah dihadapan Kaivan.

“Apa yang kamu inginkan?!” tanya Agnia, berusaha keras agar suaranya tetap tenang. Dia membalas tatapan Kaivan dengan tajam.

“Aku ingin mengantarmu pulang,” kata Kaivan.

“Aku bisa pulang sendiri.” Agnia menjawab cepat, matanya berkilat tajam seolah itu adalah kebencian yang telah ia simpan sejak lama untuk Kaivan.

“Atau kamu … ingin aku membawamu ke rumahku?” tanya Kaivan. Sebenarnya, dari cara pria itu bertanya terdengar sangat lembut. Namun, Agnia jelas dapat merasakan ancaman begitu besar dari suara pria itu.

Bagaimanapun, Agnia tahu Kaivan mampu melakukan itu. Sekali lagi, pria itu bukan seseorang yang mudah untuk dia lawan. Jika Agnia memutuskan untuk menjauh dari pria itu dengan paksa, akhirnya dia malah semakin terjerat oleh cara Kaivan yang selalu bisa membuat hidupnya terus berada dalam mimpi buruk.

“Baik, selama kamu menepati janji, hanya mengantarku ke tempatku!” tegas Agnia, satu hal yang Agnia dapat pastikan dari Kaivan, bagaimanapun sikap buruk Kaivan di matanya, ucapan pria itu masih bisa dipercaya.

“Tentu, Sayang.”

1
Jam Jam
ceritanya bagus ka, dilanjut ya kak. Semangaaat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!