Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.
Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.
akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membela Bima
Cahaya dan Ibu Aiden saling menjambak satu sama lain, Cahaya tak takut sama sekali karena dia merasa bahwa dirinya tengah dalam jalur kebenaran. Finalnya, Cahaya mendorong tubuh Ibu Aiden sampai terhuyung ke belakang.
"BERHENTI..!" Suara bariton menggema mendominasi keributan yang terjadi, Cahaya merapikan rambutnya dan segera memeluk Bima yang menangis kala melihat dirinya melawan Ibu Aiden.
Sagara berdiri di depan pintu bersama kepala sekolah di belakang tubuhnya, tatapannya lurus kearah putranya yang tengah menangis pilu sambil memeluk erat Cahaya. Langkah panjangnya membawanya masuk ke dalam ruang guru, dia menghampiri Cahaya dan juga Bima.
"Apa yang terjadi?" Tanya Sagara sambil menahan amarah.
Bima tak berani menunjukkan wajahnya kepada sang ayah, dia terlalu takut jika ayahnya ikut menyalahkannya atas kejadian ini.
"Tidak apa-apa, biar mbak yang menjelaskan semuanya ya, Den Bima." Ucap Cahaya dengan lembut.
Cahaya menjelaskan semuanya yang dia dengar dari Bima, di mulai dari ia yang mendapat telpon dari pihak sekolah sampai melihat sendiri bagaimana keadaan Bima. Sagara mengepalkan tangannya, dia semakin merasa gagal menjadi sosok ayah bagi Bima.
"Apa lukanya serius?" Tanya Sagara.
"Den Bima, jangan takut. Papa Den Bima gak akan marah kok, coba liat dulu mukanya ya." Bujuk Cahaya.
Cahaya sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menyatukan hubungan ayah dan anak antara Sagara dan Bima, mungkin dari permasalahan ini mereka bisa menjadi lebih dekat lagi.
Ibu Aiden, Ibu Javen dan Naren terkejut melihat kedatangan Sagara, apalagi saat melihat Sagara yang langsung mendekat kearah Bima.
"Jangan-jangan si Bima sakti anaknya Pak Sagara, bisa tamat riwayat kita ini." Bisik Ibu Javen.
"Please, suamiku bilang katanya dia baru menjalin kerjasama di perusahaan Pak Sagara, bisa-bisa kontraknya langsung di putus." Sahut Ibu Naren ikut panik.
Ibu Aiden juga gelisah, pasalnya dia juga tidak tahu kalau Bima adalah anak dari Sagara. Disini, Sagara menyembunyikan identitas anaknya dari semua orang, kecuali orang terdekat saja. Sagara ingin anaknya tumbuh seperti anak pada umumnya, tidak perlu di junjung karena berasal dari keluarga ternama yang bisa berakibat pada masa depannya, intinya Sagara tahu apa yang harus ia lakukan sebagai ayah sekaligus ibu bagi Bima.
Tetapi, Sagara sama sekali tidak menyangka kalau anaknya mendapatkan perundungan dari teman bahkan dari orangtua murid lainnya.
Bima menuruti ucapan Cahaya, dia melerai pelukannya dan beralih menatap wajah Sagara. Kepalan tangan Sagara langsung terbuka, betapa hancurnya hati seorang ayah melihat wajah putranya banyak cakaran sampai bibirnya robek.
"Aku ingin rekaman CCTV sekarang juga..! Bukan hanya hari ini, tetapi dari dua minggu kebelakang juga..!" Tekan Sagara.
Kepala sekolah terhenyak, ia segera memberi kode kepada Miss Novi untuk memanggil bagian IT sekolah untuk mengambil rekaman CCTV sesuai permintaan Sagara.
Ketiga wanita julid itu langsung ketar-ketir, wajah ketiganya langsung pucat pasi begitu Miss Novi keluar dari ruangan.
*
*
Beberapa saat kemudian.
Bagian IT membawa laptopnya dan menunjukkan semua rekaman yang di dapatkan, Sagara saat ini benar-benar tak bisa menahan amarahnya lagi, bahkan kepala sekolah dan juga guru yang bertanggung jawab atas kelas Bima pun terdiam.
BRAAAKKKKK....
Semua orang yang duduk di sofa terhenyak, anak-anak pun sampai ketakutan begitu Sagara menggebrak meja dengan begitu kuat.
"Sekolah macam apa ini, hah?! Bagaimana bisa anak saya di rundung bahkan di jatuhkan mentalnya oleh orangtua murid yang lain di biarkan begitu saja, sebejat-bejatnya dan seburuk apapun saya dengan segala kesalahan yang saya perbuat, tidak pernah sekalipun saya memukul atau pun menjewer telinga anak saya..!" Amuk Sagara memprotes kinerja guru dan juga kepala sekolah yang menurutnya tidak becus mendidik sekaligus menjaga anaknya.
"Tuan, To--" Ucap Kepala sekolah tak bisa melanjutkan ucapannya begitu melihat tatapan bengis Sagara.
"Semua bukti sudah jelas, kalian tidak bisa mengelak lagi. Akan aku tuntut kalian semua, aku pastikan kalian semua mendapatkan balasannya." Tegas Sagara.
Semua orang pun menunduk, Sagara benar-benar diliputi amarah yang menggebu sampai urat lehernya terlihat.
"Minta maaf pada Bima dan Cahaya!" Titah Bima menatap para manusia nyinyir itu secara bergantian.
Ketiganya saling menyenggol dan menatap satu sama lain, gengsi mereka sangat tinggi sehingga satu kata 'Maaf' Saja mereka tak mampu mengatakannya.
Cukup lama Sagara menunggu, tapi taka d satu orang pun diantara mereka bertiga yang meminta maaf, akhirnya Sagara meminta bagian IT menyalin buktinya dan di masukan ke dalam flashdisk miliknya.
Selesai mendapatkan semuanya, Sagara menggendong Bima dan mengajak Cahaya pulang tanpa pamit ataupun basa-basi lagi.
Sagara akan mengurus semua hama itu, dia akan menuntut pihak sekolah juga yang diam saja akan apa yang sudah terjadi. Bukan hanya mereka saja yang harus sagara hukum, melainkan dirinya sendiri yang sudah egois terhadap anaknya.
Di sepanjang perjalanan menuju tempat parkir, Sagara merutuki kebodohannya serta kelalaiannya dalam menjaga anaknya sendiri. Tangannya tak berhenti mengelus punggung putranya dengan lembut, Cahaya tersenyum melihat apa yang di lakukan oleh Sagara.
'Ya Allah, mudah-mudahan mah ini teh jadi awal perbaikan hubungan Tuan sama Den Bima, Cahaya teh sedih ngeliat Den Bima sedih terus. Sabar ya Den, Mbak Yaya bakalan berusaha satuin kalian, meskipun mbak harus jambak-jambakan dulu sama nyai gonjreng' Batin Cahaya.
kalau gara tau dia ditipu selama ini gimana rasanya ya. gara masih tulus mengingat relia , menyimpan namanya penuh kasih dihatinya, ngga tau aja dia 😄, dia sudah di tipu
relia sekeluarga relia bahagia dengan suami barunya.