Seorang gadis 24 tahun, seorang guru SD berparas cantik dan selalu berpakaian tertutup, tanpa sengaja menemukan seorang gadis kecil yang sedang menangis di pinggir jalan.
"Mama...!"
Gadis kecil itu memanggilnya dengan sebutan Mama, membuatnya terkejut dan kebingungan. Ia tak mengenal anak itu sama sekali.
Meski begitu, gadis kecil itu bersikeras memintanya untuk membawanya pergi bersama. Penampilannya tidak menunjukkan bahwa ia anak terlantar. Lantas, siapa sebenarnya gadis kecil ini? Apa rahasia di balik pertemuan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pikiran Aneh
Di dalam ruang meeting, Shaka membahas proyek dengan serius, penjelasan Shaka yang sederhana membuat mereka dapat memahami dengan tepat. Dan tidak perlu lagi di ragukan, proyek apapun yang Shaka tangani pasti akan berhasil. Jadi tidak heran jika dia sukses di usia muda, apa lagi dia akan menjadi Ceo V'E dan itu murni, bukan karena dia sebagai penerus. Namun, berkat kerja kerasnya lah yang membawanya, dan kepercayaan semua orang.
"Ini adalah gambar analisis geologis, hasil dari evaluasi tim setelah turun kelapangan," ucap Shaka menampilkan struktur analisis pada area tambang, dimana dapat di lihat melalui proyektor. Para investor fokus memperhatikan gambar tersebut.
"Dan ini lokasi endapan yang memiliki kandungan mineral yang tinggi, kita juga menggunakan elektromagnetik untuk Pemetaan Geofisika." jelas Shaka dengan wajah fokusnya, para investor mengangguk-anggukkan kepala, bertanda paham dan juga merasa yakin untuk melangkah melakukan kerja sama. Setelah mereka saling berdiskusi, akhirnya mereka setuju dan menandatangani kontrak kerja sama. Meskipun V'E sudah menjadi perusahaan dengan penghasilan yang melampaui ambang batas, tetap saja dengan kecerdasan Shaka, ia selalu menggunakan investor untuk memutar kembali, dan saling berinvestasi dengan hasilnya. Itu sudah menjadi rahasia Shaka.
Setelah para investor pergi, Shaka kembali ke kantornya, kantor dengan pemandangan berbeda karena telah melakukan pemindahan. Shaka melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan angka 18.12, ternyata sudah selama ini, namun seperti biasa Shaka tidak pulang karena masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.
Aland masuk ke dalam kantor Shaka dengan membawa beberapa berkas hasil meeting. Shaka menyandarkan tubuhnya, ia merasa sangat lelah, setelah sembuh dari penyakitnya yang kambuh, Shaka kembali melakukan semua pekerjaannya. Jadi membuatnya merasa lelah.
Tiba-tiba terlintas momen dia bersama putrinya saat di kediaman tadi, dan momen itu terjadi berkat Khyra. Gadis yang berhasil menarik perhatiannya.
"Bagaimana kalau aku menikah?" tanya Shaka pada Aland tiba-tiba, sehingga membuat Aland kaget. Ia seolah mendengar sesuatu yang salah.
"Kenapa kau malah terkejut begitu?" tanya Shaka lagi dengan wajah datar.
"Maaf, sepertinya saya salah dengar," ucap Aland masih tidak yakin dengan apa yang ia dengar. Meskipun ucapan Shaka sangat jelas masuk ke dalam telinganya, namun Aland ingin mendengarkan lagi, karena ini adalah pertama kalinya ia mendengar Shaka membahas pernikahan.
"Lupakan," ucap Shaka malas mengulang kembali perkataannya, pertanyaan itu juga keluar begitu saja, padahal dia sendiri belum yakin dengan perasaannya. Mungkin saja ini hanya ketertarikan biasa.
"Apa maksud anda menikah dengan pengasuh Nona muda?" tanya Aland sedikit menebak, karena cuman Khyra yang membuat Shaka mengambil perhatiannya, dari menyuruhnya mencari tahu informasinya bahkan sampai menyelidiki kasus yang terjadi tiga tahun lalu.
"Bagaimana menurutmu?"
Aland heran dengan pertanyaan Shaka yang meminta pendapatnya. Bagaimana dia harus mengeluarkan pendapat, ini soal Bosnya, soal perasaannya sendiri.
"Lebih baik, anda menanyakan pada diri sendiri," ucap Aland dengan berani. Namun Shaka hanya dapat menerima ucapan Aland karena ucapannya tidak salah.
Kemudian Aland izin kembali untuk melakukan pekerjaan lainnya. Shaka terdiam dan terhanyut dalam pikirannya, memikirkan perkataan Aland yang harus menanyakan itu pada dirinya sendiri.
"Tidak mungkin," gumam Shaka menolak pikirannya yang mengatakan dia mulai suka pada gadis itu. Shaka mengaku dengan ketertarikannya, namun untuk menyukai ia belum bisa mengakuinya, karena masih abu-abu.
Pikiran Shaka tertuju pada pakaian Khyra yang begitu tertutup, selain wajahnya, Shaka tidak bisa menilai yang lainnya. Apa lagi ia tidak pernah melihat rambut gadis itu, membuatnya tidak yakin. Bagaimana pun juga Shaka tetap menilai penampilan wanita dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pikirannya semakin jauh terhadap Khyra, dan semakin aneh. Bagaimana kalau gadis itu tidak memiliki rambut, atau di balik kain yang tertutup itu ada tubuh yang begitu kurus. Bisa juga ada sesuatu buruk yang harus dia sembunyi di balik kain tertutup.
"Hah! Apa yang ku pikirkan," Shaka sadar, ia melihat tumpukan berkas dan memutuskan untuk berhenti berpikir yang tidak-tidak dan segera menyelesaikan pekerjaannya.
***
Kini Khyra duduk menikmati makan malam bersama Lea, Nyonya besar dan juga Tuan besar. Seperti biasa tidak ada suara selain sentuhan sendok.
"Anak itu sangat gila kerja," ucap Tuan besar dimana perkataannya menuju pada Shaka. Karena bukan lagi suatu yang mengherankan jika Shaka tidak pulang.
"Itu semua juga karena dia harus mengerjakan pekerjaanmu," ucap Nyonya besar.
"Huh, padahal dia bisa mengerjakannya besok, dari dulu dia memang lebih mementingkan pekerjaan daripada keluarganya. Apa lagi umurnya itu, seharusnya dia sudah menikah," ucap Tuan besar membahasnya Shaka panjang lebar. Namun, istrinya tidak mengatakan apa-apa, suasana menjadi hening kembali.
"Berapa umurmu, Khyra?" tanya Tuan besar membuat Khyra menyimpan sendoknya yang akan siap masuk ke dalam mulutnya.
"Umur saya 24 Tuan," jawab Khyra dengan kebingungan, karena tiba-tiba menanyakan umurnya, setelah membahas Putranya. Jangan-jangan Tuan besar akan menayangkan kenapa dirinya belum menikah. Pertanyaan yang Khyra hindari untuk sekarang.
"Oh.. 24.." balasnya kemudian terdiam dan memikirkan sesuatu.
"Kamu pasti punya targetkan?" tanya Nyonya besar.
"Benar Nyonya, saya ingin menyelesaikan karir, juga ingin melanjutkan S2, jadi saya belum berpikir untuk menikah," jawab Khyra sambil menunduk, entah apa nanti yang mereka katakan.
"Anak muda sekarang lebih mengejar karir, ya itu bagus, hanya saja sangat di khawatirkan pandangan orang yang tidak paham, tapi tidak usah pedulikan pandangan orang-orang." ucap Nyonya besar membuat Khyra tidak menyangka dengan apa yang di katakan. Dimana pandangannya yang sangat terbuka.
Khyra tersenyum dan merasa lega, tidak heran juga, karena mereka keluarga dengan status tinggi jadi pandangnya tidak sama lagi dengan orang-orang yang hanya memikirkan untuk memaksa anaknya menikah karena malu, atau menjadikan anaknya sebagai tempat penghasilan uang dengan memaksa menikah dengan orang kaya.
Kemudian makan malam berakhir, Khyra dan Lea kembali ke kamar. Malam ini Khyra akan tidur bersama Lea. Tiba-tiba Ia teringat kalau dia ingin menghubungi orang tuanya, Khyra segera mengambil hpnya dan segera menghubungi orang tuanya.
"Assalamualaikum, Pa.. Anak kita nelpon nih!!" ucapnya sambil berteriak memanggil suaminya.
Khyra tersenyum bahagia mendengar suara Mamanya dari seberang sana, rasa rindunya menggebu.
"Waalaikum'salam Ma," ucap Khyra menahan air matanya, benar-benar dirinya sangat lemah hanya mendengar suara Mamanya ingin membuatnya menangis. Yah, ini adalah pertama kalinya Khyra jauh dari orang tuanya.
"Putriku akhirnya menelepon?" ucap Ayah Khyra yang terdengar namun tidak terlalu jelas. Ia dengan cepat berjalan menuju istrinya dan duduk sambil memasang telinga untuk mendengar suara Khyra.
"Bagaimana kabar Papa dan Mama?" tanya Khyra yang dimana tangannya sibuk mencoret buku, kebetulan ada buku dan pulpen di depannya.
"Alhamdulillah kami sehat sayang, kamu sendiri gimana nak?" tanya Mama Khyra.
"Putriku.. kapan kamu pulang? Kami sangat merindukanmu," ucap Papa Khyra.
"Alhamdulillah ma.. em, pulang, saya juga tidak tahu, tapi yang pasti saya akan menjenguk Mama dan Papa," ucap Khyra.
"Hanya menjenguk saja nak?" tanyanya memastikan.
"Khyra juga belum pasti Ma, tapi nanti saya akan meminta izin," jawab Khyra tidak yakin.