Alexa Beverly sangat terkenal dengan julukan Aktris Figuran. Dia memerankan karakter tambahan hampir di setiap serial televisi, bahkan sudah tidak terhitung berapa kali Alexa hanya muncul di layar sebagai orang yang ditanyai arah jalan.
Peran figurannya membawa wanita itu bertemu aktor papan atas, Raymond Devano yang baru saja meraih gelar sebagai Pria Terseksi di Dunia menurut sebuah majalah terkenal. Alexa tidak menyukai aktor tampan yang terkenal dengan sikap ramah dan baik hati itu dengan alasan Raymond merebut gelar milik idolanya.
Sayangnya, Alexa tidak sengaja mengetahui rahasia paling gelap seorang pewaris perusahaan raksasa Apistle Group yang bersembunyi dibalik nama Raymond Devano sambil mengenakan topeng dan sayap malaikat. Lebih gilanya lagi, pemuda dengan tatapan kejam dan dingin itu mengklaim bahwa Alexa adalah miliknya.
Bagaimana Alexa bisa lepas dari kungkungan iblis berkedok malaikat yang terobsesi padanya?
Gambar cover : made by AI (Bing)
Desain : Canva Pro
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agura Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Bantahan
Alexa menahan napas saat tangan Vincent bergerak untuk menunjukkan deretan berita lainnya, baru di keluarkan sekitar tiga puluh menit lalu. Netra coklat wanita itu membelalak, menatap berbagai tajuk utama yang membuat jantungnya nyaris berhenti.
JM Entertaintment mengonfirmasi berita yang beredar, membenarkan bahwa salah satu artis mereka sedang menjalani hubungan dengan wanita yang terlihat bersamanya kemarin. Berita itu disertai permohonan kepada para penggemar dan masyarakat untuk memaklumi serta tidak ikut campur kehidupan pribadi sang artis.
"Kau bilang mereka akan membantahnya?" Nada tajam Vincent terasa menghujam, tatapannya seolah siap menguliti wanita di hadapannya kapan saja.
"Harusnya memang dibantah!" seru Alexa tidak terima. "Kami tidak punya hubungan apa pun, kenapa mereka berbohong?"
"Perusahaan tidak mungkin memberi konfirmasi seperti ini kalau memang tidak ada pembenaran dari artisnya. Menurutmu kenapa aktor terkenal itu mengakui hubungan kalian?"
Alexa menggigit bibir, tidak tahu harus menjawab apa. Mereka hanya bertemu tiga kali, itu pun dua pertemuan sebelumnya hanya di lokasi syuting.
"Aku tidak tahu," ucap Alexa lemah. "Apa menurut Paman, dia tahu identitas asliku dan menginginkan Waxton Group atau Magnofy?" tanyanya.
Vincent mengerutkan kening. "Tidak mungkin," ucap pria itu yakin. "Untuk sekarang, kau dilarang ke apartement. Tetaplah di rumah sampai berita ini mereda. Biar Paman yang urus sisanya."
Kalau Presiden Direktur Waxton Group akan mengurus sendiri masalah sepele seperti ini, maka Alexa harus siap merelakan statusnya sebagai aktris figuran. Orang-orang akan tahu identitas wanita itu, lalu Alexa harus mendengar berbagai komentar, banyak yang akan mendekatinya, bahkan mereka yang tidak dikenal pun akan berbondong mendapatkan perhatiannya.
"Izinkan aku yang mengurus masalah ini, Paman!" Alexa memohon, netra coklat madunya tampak tegas. "Aku janji akan menyelesaikannya dan membuat bantahan."
"Bagaimana caramu membuat bantahan?"
Alexa menarik napas panjang. "Ada barang yang baru kubeli, salah satu edisi spesial yang tidak sembarang orang bisa mendapatkannya. Aku akan mempostingnya ke sosial media dan menulis sebuah inisial yang jelas tidak ada hubungannya dengan Tuan Raymond."
Vincent menaikkan sebelah alis. "Maksudmu benda yang bisa mengeluarkan cahaya warna-warni itu?"
"Lightstick, Paman!" ujar Alexa, sedikit kesal karena pria di hadapannya menyebut barang kesayangannya seperti benda biasa yang bisa bersinar.
Vincent berdeham, ia lupa nama benda yang selalu dibawa Alexa kemana pun meski sudah berulang kali diberitahu namanya.
"Tapi, kalau seperti itu kau mencari masalah dengan JM Entertaintment juga? Kalau orang-orang sampai tahu label sebesar itu berbohong, kau akan menghancurkan karir setiap orang di bawah naungan JM Entertaintment. Kau siap?"
Alexa menelan ludah gugup. "Tapi, kalau pun Paman yang mengurusnya, bagaimana cara menyelesaikannya tanpa membuat publik tahu bahwa perusahaan itu mengeluarkan berita palsu?"
Senyum lebar di wajah pria di hadapannya membuat perasaan Alexa tidak enak.
"Tentu saja kita akan buat projek dadakan. Bisa dengan mengeluarkan majalah fashion khusus pasangan, pakaian pengantin atau sebagainya. Kita juga bisa memproduksi sebuah film yang ada hubungannya dengan dunia entertain. JM Entertaintment bisa membuat pernyataan baru, seperti promo film atau majalah berkaitan dengan isu yang menimpa kau dan Raymond."
Alexa menatap horor, hanya dengan membayangkan harus bekerja sama lagi dengan pria angkuh seperti Raymond membuatnya mual. Siapa yang tahan dengan orang sok tampan dan sok baik seperti itu?
"Pakai caraku saja, Paman." Alexa membuat keputusan dengan cepat. "JM Entertaintment tidak akan bangkrut hanya dengan menerima kritik atas satu berita palsu yang mereka keluarkan. Kalau pun terjadi sesuatu yang lebih parah pada perusahaan itu, Waxton Group dan Magnofy pasti akan membantu, kan?"
"Baiklah kalau kau yakin cara itu berhasil. Pastikan saja postinganmu tidak akan menambah masalah."
Alexa mengangguk mantap, semakin yakin dengan keputusannya.
"Kalau begitu aku permisi, Paman. Mama meminta pertemuan juga," ucap Alexa lemah.
Alexa berjalan menuju pintu setelah membungkuk sekali. Tangannya baru saja menarik gagang pintu saat Vincent kembali memanggil. Alexa menoleh, terhenyak melihat tatapan tajam yang kembali ditampilkan pamannya.
"Panggil Alena ke sini," titah Vincent sembari tersenyum.
Alexa hanya bisa mengangguk sebelum keluar dengan cepat. Wanita itu mengusap dada, merasa lega karena berhasil keluar hidup-hidup. Di depan pintu, seorang wanita lainnya sedang berjongkok, wajahnya tampak pucat setelah melihat Alexa akhirnya keluar.
"Papa pasti memanggilku, kan?" tanya Alena dengan raut cemas.
Alexa mengangguk. "Ya, cepat masuk sebelum Paman semakin marah."
Alena mengusap wajah frustrasi, berdiri setelah menghela napas beberapa kali. "Doakan aku agar keluar dalam keadaan kepala masih berada di tempatnya. Kau juga ditunggu Mama di ruang belajar kita."
Kalimat terakhir yang diucap Alena sebelum memasuki ruangan tempat Vincent berada membuat Alexa kembali ingin menangis. Padahal ia baru saja menarik napas lega!
"Baiklah, sekarang tinggal Mama dan Bibi Serra. Mentalmu pasti bisa melewati mereka berdua juga, Alexa!"
Wanita itu segera menuju tangga menunggu lantai tiga setelah memberi semangat pada dirinya sendiri. Lantai tiga berisi perpustakaan, ruang belajar khusus untuk Alena dan Alexa, studio lukis milik Serra serta ruangan kedap suara yang dikelilingi kaca, tempat yang biasa digunakan untuk melakukan yoga. Di tengah lantai yang luas, Alexa bisa melihat beberapa alat olahraga yang semuanya terawat dan selalu tampak baru.
Alexa segera menuju ruangan paling ujung, tempat di mana ia dan Alena sering menghabiskan waktu selama berjam-jam untuk belajar. Wanita itu baru akan mengetuk pintu saat netranya melihat jendela kaca besar di lantai itu ternyata terbuka. Sosok yang ingin Alexa temui sedang berdiri membelakanginya, bersandar pada pagar pembatas dan terlihat sedang melamun.
Alexa mendekat, tersenyum saat melihat beberapa boneka di sofa yang diletakkan di beranda lantai itu masih tersusun rapi. Ini adalah tempat bermain yang disediakan untuk Alexa dan Alena saat mereka lelah belajar.
Beberapa boneka, komik, camilan dan kue-kue coklat selalu disediakan. Meski Alexa dan Alena tidak ada di rumah, makanan seperti itu akan selalu disediakan.
"Bibi?" Alexa mendekati wanita anggun yang segera berbalik setelah kedatangannya.
"Sudah selesai bicara dengan Pamanmu?" tanya Serra sembari berjalan menuju sofa abu-abu di sana, memberi isyarat agar Alexa juga segera duduk.
Alexa mengangguk, memilih duduk di samping Serra. "Paman bilang akan biarkan aku mencoba menyelesaikannya," ucap wanita itu seraya tersenyum kecil.
"Kalau memang begitu keputusannya, Bibi juga akan biarkan kau melakukannya." Serra meraih tangan wanita di sisinya. "Nah, sekarang, bisakah kau jelaskan kenapa kemarin kabur dari rumah?"
Alexa terhenyak. Ia yakin Alena tidak akan mengatakan apa-apa tentang masalah kemarin.
"Kabur? Aku tidak mungkin di sini kalau memang kabur dari rumah, kan? Bibi kenapa bisa memiliki pikiran tidak masuk akal seperti itu, sih?" Alexa mengerutkan kening, menutupi detak jantungnya yang nyaris berhenti. Hari ini ia terlalu banyak terkejut, sepertinya Alexa harus ke rumah sakit setelah menyelesaikan ini untuk memeriksa kesehatan jantungnya.
"Kau tidak kabur? Kalau begitu kenapa pergi pagi-pagi sekali, itu pun tidak pamit pada Bibi dan melupakan ponselmu?"