Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Sebagai sosok manusia yang sangat mencintai Alana tentu saja tidak akan tega melihat wanita cantik itu terus memohon. Silas berjalan menuju Alana untuk memberikan sebuah dukungan besar kepada wanita cantik itu. Tangan Alana langsung Silas genggam sangat erat sampai wanita cantik itu mendongakkan kepalanya.
Setiap telapak tangan Alana sangat dingin menandakan jika Alana benar-benar gugup dan ketakutan. Ntah apa masalah yang membuat Alana seakan takut dengan pria yang bernama Zero itu hanya saja Silas tidak suka melihat Alana merasa tertekan seperti sekarang.
"Kau tidak pantas memohon seperti ini, Alana. Tentu saja aku akan melakukan semua yang kau inginkan, jangan ragukan itu." Ucap Silas, ia menghangatkan tangan Alana dengan genggaman tangannya yang sangat erat.
Terdengar Alana langsung mengeluarkan napas lega, ia mencoba tersenyum sangat hangat kepada Silas. Meskipun Alana tahu permohonannya kali ini malah membuat tidak bisa pergi jauh dari Silas.
"Tapi, ada syaratnya.. kau tahu kan, tidak ada yang gratis didunia ini."
Kedua bola mata Alana langsung memutar seolah sudah mengerti dengan otak perhitungan Silas. "Apa kau tidak bisa sekali saja ikhlas tidak meminta imbalan?" Alana sebal sekali, ntah terbuat dari apa hati Silas selalu saja memperhitungkan semuanya.
Silas tertawa kecil karena apa yang Alana katakan, menarik tangan Alana hingga tidak ada lagi jarak diantara mereka. Tatapan mata Silas tertuju pada bibir Alana yang sangat menggoda, ntah kemana perginya lipstik menor pagi tadi.
"Katakan, apa yang harus aku lakukan. Cepat, aku tidak ada waktu lagi." Alana harus menyiapkan pekerjaannya bukan.
"Izinkan aku menceraikan Bella lalu menjadikan kau satu-satunya istri yang aku punya. Hanya itu persyaratan yang aku minta, hanya kau yang paling penting sekarang." Ungkap Silas dengan sangat intens dan penuh ketulusan.
Keduanya saling tatap satu sama lain, Silas menatap penuh damba sementara Alana memberikan tatapan penuh keterkejutan. Baru kali ini Alana merasa sangat diutamakan dalam sebuah hubungan, hal yang tidak pernah ia rasakan saat bersama dengan Zero. Haruskah Alana merasa beruntung lalu menerima pernikahan ini dengan lapang dada sekarang.
"Itu syarat utama, yang kedua.. aku ingin kau menerima pernikahan kita ini, menerima aku sebagai suami satu-satunya yang kau cinta." Kata Silas lagi, kali ini sampai membuat Alana tidak bisa berkata apapun.
"Semua permintaanmu hanya tentangku?"
"Aku sudah memiliki segalanya, Ana. Yang aku perlukan sekarang adalah kau, setelah memiliki kau seutuhnya... aku tidak perlu siapapun." Jelasnya, Silas menyempatkan mengecup bibir Alana yang ternganga.
Ayolah Alana tidak mampu mengatakan apapun karena terlalu gugup. Ia berpindah posisi dengan membelakangi Silas, menahan senyuman wajahnya. Biasanya Alana akan merasa benci mendengar ungkapan rasa cinta Silas, tapi setelah bertemu dengan Zero tadi membuatnya menjadi lebih tahu seperti apa rasanya diperjuangkan dan disayangi bukan hanya dilandaskan oleh nafsu.
Tidak lama karena kembali Alana berbalik badan, menatap tajam Silas yang langsung terkejut karena tiba-tiba saja diberikan tatapan seperti itu oleh Alana.
"Apa kau tidak senang memiliki istri dua?" Tanya Alana dengan kedua tangan bersedekap didada. "Orang yang memiliki istri satu saja berusaha menipu istrinya untuk bisa menikah lagi lalu kenapa kau merayuku agar bisa memiliki istri cuma satu saja?" Alana panjang lebar bertanya tanpa titik koma, bibirnya bergerak lincah seperti burung berkicau.
"Karena aku mencintaimu, membuatmu nyaman disekitarku adalah tugasku, Sayang."
"Kau sedang merayuku?"
"Anggap saja seperti itu, rayuan sang suami agar istrinya setuju untuk menjadi satu-satunya."
Alana menghela napas panjang, bagaimana lagi hanya ini satu-satunya cara agar aman. Toh juga setelah melibatkan keluarga tentang hubungan mereka pastinya Alana tidak akan mau menjadi yang kedua.
"Baiklah, kita akan menemui Kak Galih dan Mama lalu ceraikan Bella sekarang juga." Ucap Alana mengalah saja mengikuti persyaratan yang diberikan Silas.
Sebenarnya Alana ingin langsung pergi tapi tangannya ditahan oleh Silas. Menarik tangan Alana untuk duduk di pangkuannya, ketahuilah sebenarnya Silas sudah menahan semua keinginannya sekarang. Silas tersenyum sangat lebar kepada Alana seolah menunjukkan kebahagiaan yang sangat besar dihatinya.
"Aku mencintaimu, Alana.." Ungkap Silas yang tidak akan mendapatkan balasan dari Alana, hanya sebuah senyuman tipis saja.
Tangan Silas melingkar diarea pinggang ramping Alana, melihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul makan siang. Alana juga sepertinya sudah lapar dapat dilihat dari suka ngomel dan cemberut.
"Kau lapar tidak?" Tanya Silas tapi setiap tangannya sibuk meremas dua bongkahan milik Alana.
Alana bingung, pria yang memangkunya ini bertanya apakah dirinya lapar atau tidak. Tapi, dari gaya-gaya pergerakan tangan seperti orang yang tengah bernapsu sekarang.
"Lapar, aku mau_"
"Aku mau memakanmu sekarang.." Silas menjeda apa yang ingin Alana katakan, keduanya saling tatap satu sama lain.
Tatapan mata Alana menyeluruh pada ruangan kerja tersebut, bagaimana bisa melakukan sebuah hubungan dewasa panas ditempat seperti ini.
"Tidak mungkin kita melakukannya disini, Silas. Nanti bisa_"
KLIK
Suara pintu terkunci yang mana Silas lah pelakunya, mengunci pintu dengan remotenya. Ia tersenyum sinis kepada Alana yang terkejut, tidak menyangka Silas benar-benar kali ini.
"Mau alasan apa lagi, hem?" Tanya Silas sembari terus mengecup bibir Alana yang sangat manis menurutnya.
"Aku sangat menginginkan dirimu, Alana.."
"Kenapa kau mesum sekali, ha?" Alana sebal sekali tapi hanya pasrah disaat tangan Silas sibuk membuka satu persatu kancing dressnya. Bukan karna menginginkan Silas juga melainkan merasa membutuhkan perlindungan kuat dari pria itu.
Karena Silas lah yang bisa membantu Alana, melindungi Alana dari amukan keluarga jika Galih tidak menyetujui hubungan mereka tentu saja semua akan menjadi lebih sulit.
"Santai saja, Ana. Semua tentang pernikahan kita.. aku yang urus, apapun yang akan dikatakan Galih tidak akan mengubah semuanya." Silas tahu kegundahan hati wanita yang sangat ia cintai itu.
"Kau yakin semua akan baik-baik saja, Silas?" Tanya Alana disaat Silas mulai mengecup dua bongkahan miliknya, terus bermain di area tersebut.
"Yakin, Galih adalah sahabatku. Setidaknya aku tahu cara menghadapi dia, asal kau tetap mau bersamaku.. apapun akan kita hadapi."
Alana juga berpikir seperti itu, ia harus terus menghindari dan pergi jauh dari Zero yang suka mesum padanya. Sekarang adalah Silas maka Alana merasa memiliki perlindungan yang sangat kuat sekarang.
"Meskipun Silas lebih mesum dari pada Zero tapi ntah kenapa aku bisa sukarela dengan Pria yang menjadi suamiku ini." Gumam Alana didalam hati, ia menahan geli mati-matian disaat Silas terus memberikan kecupan dan gigitan pada dadanya.
Mungkin Alana mulai terpancing sebuah hasrat sekarang, bergerak maju mundur menggesek area liangnya dengan junior milik Silas. Sampai pria itu memejamkan mata menikmati rasa yang luar biasa, pergerakan Alana membuat hasratnya semakin naik saja.
"Aku akan memuaskan dirimu siang ini, Silas. Biarkan aku yang memimpin, bagaimana?" Tanya Alana disaat tangannya sibuk memegang area dada bidang Silas.
Ini pertama kali Alana sangat pasrah dan ingin memimpin, apakah sebagai bentuk rasa terimakasih atau mulai menerima hubungan ini.
"Lakukan saja, aku ingin tahu seperti apa kemampuan istri kecilku ini." Silas ikut saja, bermain sedikit disaat tengah bernapsu mungkin akan menyenangkan.
ada sih di novel hahahaha...