Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Efek panik sempat bertemu dengan Zero membuat Alana menjadi tidak nyaman sendiri. Ia berjalan cepat menuju Lift tempat menuju ruangan paling atas dimana Silas berada. Setiap para karyawan menunduk hormat pada Alana karena kedudukannya. Jarang sekali para karyawan bisa memasuki ruangan dimana ada Silas berada. Alana hanya memerlukan waktu beberapa hari saja bisa mendapat posisi sebagai sekretaris pribadi semudah itu.
Tangan Alana sedikit bergetar menekan tombol lift, ia ingin segera bertemu dengan Silas untuk meminta pertolongan pada pria itu. Meskipun semua itu akan melukai harga diri tapi terpaksa Alana harus melakukan semua ini.
"Lebih baik aku menikah dengan Silas dari pada menikah dengan Zero, setidaknya Silas bukanlah tipe pria pemain seperti bangsat itu." Alana ngos-ngosan didalam lift, menyandarkan tubuhnya sambil terus berharap agar segera sampai di tujuan.
Ting!
Pintu lift terbuka langsung Alana berlari menuju ruangan Silas, masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.
"Silas, ini gawat!" Alana menutup pintu Silas dengan sedikit terburu-buru, disaat berbalik badan Alana terkejut melihat ruangan Silas yang ramai para karyawan berkumpul.
"Astaga!" Alana membungkam mulutnya sendiri karena semua orang menatapnya aneh dan bingung. Wajar saja karena Alana masuk kedalam ruangan atasan tanpa permisi dan sangat tidak penuh kesopanan.
"Maafkan aku.." Alana tidak tahu harus apa, ia sangat malu sekali didepan para Manager dan staf lain. Menunduk hormat sambil menyempatkan melihat kearah Silas yang menahan tawa sepertinya.
"Sekali lagi maafkan aku, Tuan.." Perlahan-lahan Alana melangkah pergi meninggalkan Silas di ruangannya dengan yang lain. Disaat pintu sudah tertutup tiada henti Alana memukuli kepalanya sendiri.
"Dasar ceroboh! Kenapa kau bisa sebodoh itu Alana? Lihat tadi cara Silas menatapmu, dia seperti menganggap kau orang gila!" Alana tiada henti mengeluh, ia duduk di bangku kerjanya sambil terus menghela napas panjang.
Akibat panik dengan segala resiko apa lagi kalau sempat sang Kakak berhasil menemukannya maka sudah pasti kehidupan Alana akan tersita dari semua kebebasan.
"Kau ingin membatalkan pernikahan ini? Kenapa, Alana?" Tanya Galih dengan raut wajah menahan amarah, disaat segala persiapan pertunangan sudah hampir selesai.
Tangan Alana saling meremas erat satu sama lain karena mendapatkan tatapan penuh kekecewaan dari semua orang.
"Cukup Silas saja yang menerima tindakan mu ini, jangan sampai Zero juga. Lagian Zero adalah pria baik, kau mau suami seperti apa lagi ha?!" kali ini sepertinya kesabaran Galih benar-benar habis.
"Jangan membuat ulah lagi, Alana. Mau tidak mau besok adalah pertunanganmu dengan Zero, jangan membuat keluarga Jegger malu lagi!" Sungguh tegas kali ini Clara memberikan peringatan pada putrinya.
Alana merasa semua orang pastinya tidak akan percaya dengan apa yang ia katakan. Semua sudah buta dengan sikap munafik dari Zero, pria tidak berguna yang suka bermain wanita itu.
"Masuk ke dalam kamar, pikirkan apa kesalahan mu kali ini!" Perintah Galih dengan sangat lantang sampai tubuh Alana kaget mendengarnya.
Ini pertama kali dalam kehidupan Alana mendapatkan tindakan dan bentakan dari Sang Kakak. Alana menatap kecewa kepada semua keluarga yang sangat ia sayangi, tidak ada satupun orang yang percaya dengan apa yang ia katakan.
"Baiklah, kalian hanya tahu semua dari omongan Zero saja tanpa bertanya seperti apa dariku. Aku sangat kecewa dengan kalian semua!"
Alana berlari kencang menaiki tangga sembari menangis, meski pun Rere terus memanggil namanya tetap saja Alana merasa tuli. Semua terasa percuma semua orang akan kembali menyalahkan dirinya lagi.
"Biarkan saja dia, Ma. Sudah pernah menolak Silas lalu kembali menolak Zero, Alana benar-benar tidak tahu diri sekarang."
Semua yang Galih katakan membuat hati Alana semakin sakit, ia mengambil barang-barang penting seperti halhal yang dibutuhkan untuk melamar pekerjaan nantinya.
"Aku tidak akan sudi menyerahkan tubuh pada pria seperti Zero, tidak akan!"
~
Alana mengeluarkan napas yang sangat berat setelah mengingat tentang masalalu. Tidak dipungkiri Alana sangat merindukan keluarganya dan merasakan sebuah perasaan bersalah yang sangat besar. Sangat tidak mudah bagi Alana untuk pergi dari semua peraturan yang ada, lalu kembali dirinya diserang oleh Zero.
"Alana, kau ditunggu oleh Tuan didalam." Ucap seseorang yang mengejutkan Alana yang asik melamun.
Ternyata para manager dan staf lain sudah selesai dengan urusan yang sempat Alana ganggu tadi. Alana mengangguk kepala saja sebagai tanda mengerti, ia tersenyum kepada orang-orang yang juga tersenyum padanya.
Merasa semua orang sudah pergi langsung Alana masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu dahulu. Yang pertama kali Alana lihat adalah Silas yang tengah merapikan berbagai berkas dokumen.
"Biasakan mengetuk pintu sebelum masuk, Sayang.." Ucapnya sembari berjalan menuju ke arah Alana yang masih diam berdiri ditempat.
Alana bingung harus mulai dari mana dahulu, tapi ia merasa tidak ada waktu lagi. "Silas, kau mau menemui orang tuaku untuk mengatakan tentang pernikahan kita yang telah terjadi?" Langsung Alana mengatakan semuanya karena tidak tahan lagi menahan semuanya.
Silas belum mengerti, ia menatap serius Alana seakan meminta penjelasan lebih lagi. "Kenapa tiba-tiba kau meminta itu padaku?"
"Aku ada alasannya_"
"Apa? Aku tidak pernah mau mengeluarkan tenaga secara sia-sia, Ana. Semua harus ada alasan yang pasti, baru aku bisa memberikan jawaban." Apa yang Silas katakan membuat Alana semakin kesal saja, sempat-sempatnya pria itu perhitungan sekarang.
"Karena pria yang akan bertunangan padaku dua bulan lalu telah menemukan aku disini. Aku sangat butuh bantuanmu agar segera mengatakan tentang hubungan kita yang sebenarnya."
"Aku tidak mau menikah dengan Zero, aku tidak mau!" Alana panik sekali sampai tidak bisa mengendalikan semuanya lagi.
Sementara Silas baru mengerti, ia menjadi teringat dengan apa yang Bella katakan kemarin malam.
"Zero?"
"Setidaknya bersama denganmu aku aman, meskipun aku tetap sama tersiksa tapi tetap saja aku aman bersamamu, Silas." Alana menunduk hormat kepada Silas, bahkan tangannya mengadah meminta pertolongan.
"Aku mohon padamu.." Alana menahan air matanya karena harus memohon seperti ini pada pria yang sangat ia benci setelah Zero. Meskipun harga diri terasa terjun jauh tetap saja Alana harus melakukannya demi kebebasan hidup.