Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Kamu
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Oryza mengernyitkan alis
"Tentu saja, bukankah kita teman SMA?" ia malah balik bertanya karena bingung maksud pertanyaan itu
"Tidak, maksudku sebelum itu"
"Oowh iya enam belas tahun lalu ditaman rumah sakit" Oryza mengucapkannya dengan enteng seolah bukan masalah besar
"Pertemuan yang sudah sangat lama, tapi aku masih menyimpan potonya sebagai kenang-kenangan"
"Perempuan itu kamu?" Orion masih enggan beranjak dari tempatnya berdiri, ia perlu menetralkan irama jantungnya terlebih dahulu. Ini terlalu mengejutkan untuknya
"Kamu pikir siapa?. Maaf, mungkin kamu tak nyaman melihat foto ini, akan kubuang saja" Oryza seolah tersadar jika mungkin saja Orion takut dikemudian hari akan terjadi kesalahpahaman antara hubungannya dan Alice gara-gara foto ini. Saat meraih bingkai itu dan akan membuangnya, Orion justru menahan tangannya dan menatapnya dengan pandangan penuh pertanyaan?
"Tidak, aku tidak ingin membuang foto itu. Bukan itu maksudku Oryza" suara Orion sedikit bergetar, laki-laki itu terjebak dalam perasaannya sendiri sekarang. Alasan utama ia memilih Alice adalah karena perempuan itu adalah gadis yang ia temui dirumah sakit enam belas tahun lalu, tak lebih dari itu. Ia tak merasakan perasaan cinta seperti apa yang orang gambarkan, jantung berdebar, merasa nyaman, atau merasakan perasaan menggebu seolah takut kehilangan. Alasan Orion memilih Alice hanya karena berpikir perempuan itulah yang membuatnya sampai disini. Menjelaskan arti Orion sang rasi bintang, dan percaya suatu saat nanti ia bisa seperti itu. Orion merasa harus membalas wanita itu dengan sisa hidupnya seperti ia yang membawa Orion bangkit
Orion tak pernah bisa merasakan perasaan yang sama seperti enam belas tahun lalu ketika gadis kecil itu menggambar ditangannya, menjelaskan rasi bintang yang sesuai namanya. Orion merasakan debaran kecil saat itu, apakah cinta pertama?. Orion tak merasakan itu pada Alice, tapi Orion merasakannya pada wanita yang kini berstatus istrinya, Oryza. Ia selalu merasa bersalah dengan rasa itu dan menganggapnya tak lebih dari hubungan teman. Nyatanya ternyata tubuh memiliki reaksi yang lebih jelas daripada hatinya. Orion terus menghabiskan waktu dengan Alice hanya agar perasaan itu tumbuh, bagaimana rasanya jatuh cinta pada gadis kecil penolongnya
"Kenapa kamu diam? Apa terjadi sesuatu?" Oryza memegang bahu suaminya yang termenung seperti banyak pikiran
"Apa kamu demam?" Oryza berjinjit untuk merasakan kening itu, ia khawatir karena tadi Orion tercebur di kolam saat suasana malam cukup dingin
Orion menangkap tangan perempuan itu dan menatap mata hitam itu lekat. Orion merasakannya, perasaan enam belas tahun lalu yang hilang. Perasaan yang berusaha ia tumbuhkan pada Alice namun tak kunjung berhasil. Orang bilang jatuh cinta tak kenal apapun, tapi Orion ingin ia hanya jatuh cinta pada gadis kecil itu bukan yang lain
"Jika itu benar kamu, kenapa kamu tiba-tiba berlari pergi bahkan belum sempat memperkenalkan diri?" Ia masih penasaran, kenapa ketika nama Alice disebut ia justru berlari? Kenapa ia yang pergi jika itu bukan namanya?
Oryza melepaskan tangannya dengan sedikit keras karena Orion memegangnya terlalu erat. Ia juga mendorong dada bidang itu mundur karena menurutnya jarak mereka terlalu dekat
"Orang tuaku berteriak memanggil Alice karena dia terjatuh di kolam rumah sakit itu saat aku mengajakmu berbincang padahal mereka menitipkan Alice padaku untuk menjaganya"
"Kenapa kamu tidak pernah mengatakannya?"
"Apa perlu aku mengatakan itu padamu saat kamu menjalin hubungan dengan adikku?. Apa kamu ingin aku memprovokasinya untuk menunjukkan kecemburuannya padamu sebagai bukti cintanya?"
"Bodoh"
"Siapa yang kamu sebut bodoh? Apa kamu mengatai dirimu sendiri?" Orion diam karena kata itu memang cocok untuknya. Ia yang tidak bertanya dan menyelidiki lebih jauh, ia malah langsung mengenali dari nama dan marga keluarga. Ia bodoh kenapa tidak menyadari dari awal? Bahkan tubuhnya sudah menunjukkan tanda-tanda yang jelas, tapi kenapa hatinya kekeh dan menolak?
"Mama, aku mengantuk" Suara cicitan Saga menyadarkan mereka dari tatapan itu
"Tidurlah nak, kita mungkin akan menginap disini" Oryza meninggalkan Orion yang masih diam menuju ranjang dimana putranya sudah mengatur bantal untuk tidur
"Bukankah ini perlu dibersihkan? Bukannya kamu baru membukanya setelah hampir empat tahun?"
"Bik Nuri punya kuncinya satu, dia yang sering membersihkannya. Aku sengaja menguncinya karena tak ingin kamarku ditempati dan barang yang didalamnya tidak hilang" nada Oryza berubah lebih dingin, gadis itu sudah cukup mengalah selama ini
Tak sampai lima menit Saga sudah tertidur karena elusan lembut ibunya. Oryza bangkit berniat membuka jilbabnya tapi kemudian gadis itu tersadar, ia tak memakai wignya. Apa yang dikatakan nanti pada Orion? Ia tak mau menjelaskan apapun sekarang
"Aku masih menyimpan kalung itu" Oryza melihat arah pandang Orion di kalung plastik dengan permata bintang itu
"Kenapa kamu tidak membuangnya?"
"Karena aku menepati janjiku untuk menjaganya. Kenapa kamu tidak menepati janjimu untuk menemukanku lebih dulu?"
"Aku hanya berpikir kamu sudah lupa dan tak akan peduli lagi pada hal seperti itu. Aku melihatmu kembali saat masa pengenalan lingkungan sekolah waktu SMA"
"Darimana kamu mengetahui kalau itu aku?"
"Aku melihat bekas luka samar dikeningmu saat kamu memperkenalkan diri dengan nama yang sama, Orion"
"Kenapa kamu tidak menemuiku dan jujur tentang hal itu? Kenapa kamu tidak menyapaku sesuai janjimu hari itu? Kenapa kamu malah diam saja saat kamu tau itu aku?" Orion memegang kedua lengan istrinya dan memborongnya dengan berbagai pertanyaan
"Aku pikir kamu lupa dan tak akan peduli. Bukankah terlalu konyol untuk menyapa seseorang hanya dari sebuah kalung plastik? Dan bagaimana mungkin aku juga masih menyimpan benda itu sekarang?" Oryza berbicara lirih diakhir kalimatnya. Terlalu konyol menurutnya menyimpan benda itu dalam tempat kaca seolah benda museum yang perlu diabadikan bersama perasaan yang tak terbalas
"Kenapa kamu tak menemuiku dan mencoba bicara?" Orion masih belum puas dengan itu, ia menyayangkan hari itu
"Kudengar kamu juga terus bertanya pada siswa lain tentang apa ada siswi bernama Alice? jadi kupikir kamu sudah punya kekasih. Tak kusangka ternyata itu adikku sendiri" Orion diam, ia memang berkeliling setiap kelas saat itu karena terlalu bersemangat, apalagi setelah melihat marga keluarga mereka yang terdaftar
"Aku akan menepati janji terakhirku padamu"
"Apa?"
Oryza meraih tangan suaminya dan membawanya menuju balkon kamarnya
"Aku pernah menjanjikan akan membantumu melihat bintang kan? Sekarang aku punya teleskop bagus dan canggih hadiah dari professorku"
"Aku akan menepati janjiku sebelum kita berpisah, bukankah kamu akan membawa surat cerai itu besok? Aku tidak mau pergi membawa hutang yang akan memberatkanku"
Kapan part bahagianyaaa,nih airmata smakin deras sajaaaa😭😭😭😭😭