Kisah ini bercerita mengenai sepasang suami istri yang di satukan dalam pernikahan karena perjodohan semata, Dafa... tidak pernah menerima pernikahannya dengan zila, karena di hati Dafa ada anak perempuan lain yang bertakhta di sana, sedangkan zila sangat bahagia dengan perjodohan itu, karena zila sudah lama mencintai Dafa, sampai satu tahun pernikahan mereka dafa tidak berubah juga, sampai akhirnya zila mengandung, perlahan Dafa berubah dan mulai memerhatikan zila, tapi kehadiran masa lalu Dafa kembali mengguncang rumah tangga mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
formalitas
Zila meletakkan tempe goreng di atas meja, makan malam kali ini sederhana seperti Sebelum sebelum nya, hanya ada tempe, sambel, ayam goreng, juga sayur bening kesukaan Daffa.
Seperti biasa zila memotong ayam Milik Daffa menjadi bagian-bagian kecil agar mudah di makan begitu pula dengan miliknya.
"Ga bosen kan makan ini lagi"
Zila menyendok nasi ke piring Daffa,
" enggak lah , mas Suka malahan"
zila kembali duduk di kursinya,
"Besok masak apa buat teman teman kamu"
"ga usah, kita beli makanan cepat saji aja, mereka banyak, kesian kamunya__ nanti kelelahan kalo harus masak"
"ya sudah , kalo gitu nanti saya bikin kue aja deh"
"itu lebih baik"
tidak terjadi obrolan lagi setelah nya, keduanya diam menikmati makanan di Piring masing masing, selesai makan Daffa mencuci piring sedangkan zila membersihkan meja makan, mereka berbagi tugas selama di rumah, sebenarnya zila sudah melarang Daffa , menurutnya Daffa berlebihan zila masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, tapi Daffa masih dengan pendirian nya jika zila menolak, Daffa akan mencari pekerja untuk membersihkan rumah mereka, jelas zila tidak mau, zila tidak ingin berbagi pahala dengan orang lain dalam mengurus rumah juga suaminya, zila juga tidak Suka ada orang lain di rumah nya , alhasil zila pasrah ketika daffa membantu nya dalam urusan rumah.
selesai mencuci piring__ Daffa bergabung dengan zila di ruang tamu yang sedang asik menonton drama dengan Snack di tangan nya.
Daffa duduk dengan buku tebal di pangkuannya yang tidak di pahami zila isinya, yang zila tau buku itu di penuhi gambar organ manusia.
Daffa memasang kaca mata bacanya dan mulai membaca juga menandai setiap baris yang ia anggap penting.
Hening, keduanya sibuk dengan urusan masing-masing,
"mau minum teh"
Daffa menganguk dan tersenyum manis pada zila,
tidak lama __zila kembali dengan nampan di tangan nya, di atas nampan zila meletakkan teh hijau buat Daffa dan air putih hangat untuknya sendiri.
"Zila meletakkan teh Daffa di hadapannya"
"minum, nanti keburu dingin ga enak lagi"
"makasih"
Daffa melepas kacamata nya Sebelum menyeruput teh hangat buatan zila, jika tidak kacamata nya bisa berembun
zila kembali fokus dengan drama nya, tidak sadar sejak tadi Daffa memperhatikan dirinya
Daffa menutup buku tebalnya, Daffa berbaring di atas sofa dengan paha zila Sebagai bantal nya, jelas zila kaget dengan tindakan tiba tiba Daffa, tapi zila juga tidak memberontak, tapi terus terusan menatap ke arah Daffa
"kenapa menatap mas kaya gitu, ga suka ya mas tidur di sini"
"ee_ _ emmm ga ko kamu bisa tidur, aku hanya kaget"
"Zil"
"emm"
"mas, boleh tanya sesuatu nggak"
"tanya aja" zila meletakkan tangan nya di atas kepala Daffa , awalnya tangan nya hanya diam tapi lama kemudian zila mengelus lembut kepala Daffa, sesekali zila menyisir rambut Daffa yang panjang dengan jemari lentiknya...
"Kenapa kamu mau menerima perjodohan ini"
deg, tiba tiba
zila mengentikan usapan nya, zila menggigit bibir bawahnya , pertanyaan Daffa yang tiba tiba membuatnya salah tingkah, kalo di ingat ingat rasanya zila pernah mengatakan alasan menerima perjodohannya dulu, tapi dalam keadaan marah , berbeda dengan sekarang, Daffa dengan posisi yang teramat tidak aman untuk kesehatan jantung zila __bertanya dengan santainya.
Zila tidak berani mantap Daffa , zila berpura pura menonton tv di hadapannya padahal perasaannya sudah tidak karuan.
"Kalo ga mau jawab juga ga papa,tapi tangan nya jangan berhenti dong, mas suka kamu elus Elus kaya tadi"
Daffa meletakkan kembali tangan zila di atas kepalanya, zila kembali mengelus lembut kepala suaminya, sedangkan Daffa mulai memejamkan matanya.
"Kalo di tanya kenapa aku menerima kamu menjadi suami saya, aku rasa kamu tau jawabannya"
"karena kamu suka sama mas"
"Sudah tau ko masih nanya" Sinis zila , Daffa hanya tersenyum mendengar ucapan zila.
"sejak kapan kamu suka sama mas"
"harus banget ya nanya kaya gitu"
"Ga juga sih , seterah kamu mau jawab atau enggak"
"Sejak SMA"
"benarkah" Daffa pura pura terkejut mendengar pernyataan istrinya, padahal Daffa tau pasti__ zila sudah menyimpan rasa padanya sejak SMA, bukannya kepedean tapi memang kenyataannya
"apa yang buat kamu tertarik sama mas"
"semua yang ada pada kamu membuat aku begitu mengagumi kamu__awalnya, tapi rasa kagum itu perlahan memudar setelah menikah karena kamu menujukan sikap asli setelah sekian lama"
Daffa merasa tertohok dengan ucapan zila, salah sendiri siyapa suruh bertanya.
Daffa membalik tubuhnya dan sekarang wajahnya berada tepat di depan perut zila, di pandangi perut buncit zila hasil karya nya, sesekali Daffa membubuhkan kecupan di sana, zila hanya memperhatikan Daffa tangan nya masih menyisir rambut hitam legam milik Daffa.
"maafin papah yah nak, papah jahat banget dulu sama mamah, kamu jangan benci papah yah nak"
"Berhenti meminta maaf daf" Zila kesal sendiri mendengar ucapan Daffa
"Iya memang mas tidak pantas untuk meminta maaf semua yang mas lakukan ke kamu sudah keterlaluan"
Daffa berucap tanpa menatap zila, ada rasa sakit di hati zila mendengar ucapan Daffa__ rasa bersalah muncul karena menyakiti perasaan suaminya dengan ucapan nya tadi , padahal hal itu sepontan saja terucap dari mulutnya
"Daf" zila memanggil Daffa lembut
"daf, sini, lihat aku"
zila berusaha memutar wajah Daffa agar menghadap nya.
Daffa menatap zila dengan sejuta rasa bersalah di hati nya, zila tersenyum manis menatap balik wajah Daffa, keduanya hanya saling pandang, zila mengelus permukaan wajah Daffa dengan lembut , Daffa memejamkan matanya merasakan setiap sentuhan tangan dingin zila di wajahnya
"Masa lalu biar lah menjadi masa lalu kita bersama baik buruk ataupun tidak semua nya sudah menjadi kenangan dalam rumah tangga kita, sekarang mari bersama membangun semuanya dari awal seperti yang kamu pernah bilang"
Tanpa sadar Daffa meneteskan air mata nya, zila yang sadar akan hal itu dengan cepat mengusap nya dengan ibu jarinya.
"Kamu wanita baik, aku pria bodoh pernah menyakiti wanita sebaik kamu"
"Tidak ada manusia sempurna"
Daffa tidak tahan lagi melihat wajah zila, Daffa kembali membalik tubuh mengahadap perut zila dan merangkul pinggang wanita itu.
"Daf, karena aku sudah jawab pertanyaan anda , sekarang aku yang mau nanya, boleh"
tanpa suara Daffa mengiyakan ucapan zila , zila bisa merasakan nya dari anggukan Daffa
"Kenapa kamu begitu membenci aku, apa aku ga secantik mbak Zahra atau ga sepintar dia ?"
Daffa mendongak menatap zila, seakan memastikan pertanyaan zila barusan
"Kenapa kamu begitu benci dengan ku daf " Zila mengulang pertanyaan nya
"Karena mas menyukai seseorang waktu itu, mas bahkan berjanji akan menikahi nya suatu hari nanti, mas di butakan dengan cinta , sampai mas tega menyakiti hati kamu , wanita yang sudah di takdir kan untuk mas, tanpa mas kasih tau mas yakin kamu kenal sama dia"
"mbak Zahra"
"iya __itu dulu Zil"
"Sekarang gimana"
"gimana apanya"
"perasaan kamu"
"Perasaan ke siapa kamu atau Zahra"
"Mbak Zahra lah, saya tau perasaan kamu ke saya, hanya sebatas formalitas suami ke istri"
"loh ko kamu ngomong gitu"
"lah emang benar kan"
"jangan mulai deh" Daffa mulai kesal dengan ucapan zila, tapi Daffa berusaha menahan emosinya
tidak ada Jawaban, zila meraih kembali snake yang sebelumnya ia letakkan karena tangan nya terus mengelus kepala Daffa, zila memakan kembali snake nya dengan wajah datar, zila masih menunggu Jawaban Daffa,
"Zil" panggil Daffa lirih, berusaha menyentuh wajah zila tapi dengan cepat Zila menjauh kan wajahnya, Daffa bangun dari tidurnya, duduk bersila di samping zila.
"Khaira fazila, istriku , calon ibu untuk anak anak ku, percayalah hanya ada kamu di sini" Daffa meraih tangan Zila ,. di letakkan nya tangan zila di
dada kirinya, zila menoleh menatap Daffa
" Hanya ada kamu di hati aku Zil, jangan pernah ragukan perasaan sayang aku ke kamu, perasaan aku ke kamu bukan sekedar formalitas suami ke istri, tapi mas sudah terikat sepenuhnya dengan mu Zil, satu bulan kamu pergi ke Bandung satu bulan juga mas seperti kehilangan sebagian nyawa mas, mas takut kehilangan kamu, mas takut kamu meminta pisah dengan mas, mas takut kamu pergi, mas takut kamu ninggalin mas"
Daffa menarik nafas nya sebelum Melanjutkan ucapannya
"Mas sayang sama kamu Zil , tulus , dan maaf mas lambat untuk menyadarinya lebih awal"
Daffa menarik zila masuk ke dalam pelukannya, Daffa menenggelamkan wajahnya di celuk leher zila.
"Jangan pernah bilang kalo semua yang mas lakukan hanya formalitas lagi ya, mas terluka mendengar nya"
zila mengangguk di pelukan Daffa dan membalas pelukan Daffa
"tapi aku ingin mas bilang kalo mas juga cinta sama aku, ungkapan sayang dapat di artikan banyak hal mas, aku menunggu lama untuk mendengar kalimat itu dari mulut kamu mas , apa sesusah itu mas bilang cinta ke aku, atau Mbak Zahra masih ada di dasar hati mas paling dalam , dan sampai kapanpun aku ga akan pernah mendengar mas mengucapkan kata ini untuk zila" Monolog zila.
...Hay gess cerita ini sudah tamat .kalian bisa mampir jika berkenan dengan novel ku yang lain...
Alhamdulillah..
Maaf mbak author, sedikit masukan dalam penulisan :
Biasanya, bukan biyasanya
Siapa, bukan siyapa
Semangat dalam berkarya mbak author..
Dan terimakasih atas karyanya yang sangat menghibur..
🙏💖
Tetap semangat mbak...
Selamat buat karya-karyanya ya..
sebenarnya tuh aku masih bingung sama alur ceritanya..apa lagi sama masa lalu daffa