99 Days Before Divorce
"Tanda tangani surat ini setelah anak kita berusia tiga tahun, aku tak mau terikat lebih lama dengan wanita sepertimu" laki-laki berjas hitam itu menyodorkan surat cerai di malam pertama setelah pernikahan mereka, bahkan sudah dibubuhi tanda tangannya sendiri, artinya tinggal tanda tangan sang wanita yang ditunggu untuk ke pengadilan
"Baik, tapi biarkan aku merawat anakku" ucapnya dengan pandangan datar menatap laki-laki itu, tak ada ekspresi sedih atau terkejut sama sekali di wajahnya, memang apa yang diharapkan dari pernikahan yang dimulai kesalahan?
"Aku tak mau keturunan benedict menjadi gelandangan atau hidup tak teratur diluar sana" balas sang lelaki yang seolah menganggap setelah perceraian, wanita itu tak akan memiliki apa-apa lagi
"Akan ku pastikan semua kebutuhannya terpenuhi"
Sepenggal ingatan mendadak meluncur begitu saja dari kepala sang wanita yang kini nampak sedang menidurkan sang buah hati. Ia tatap sang putra yang beberapa bulan lagi akan menginjak tiga tahun dengan pandangan getir
"Maafkan Mama sayang, tapi sepertinya mama tak akan bisa melihatmu tumbuh besar" ucapnya meraih tisu dan membersihkan darah yang meluncur begitu saja dari hidungnya
"Asal kamu tau, mama sangat menyanyangimu" ucapnya kemudian mengecup kening sang putra pelan dan menaikkan selimut untuk menutupi tubuh balita itu
"Semoga mimpi indah" ucapnya kemudian membuka pintu kamar sang putra pelan untuk kembali ke kamarnya
.
Pada dasarnya manusia memang bebas memilih dalam hidupnya, ibarat ujian di bangku sekolah, semua kita bebas memilih jawaban, tapi hanya satu jawaban yang benar diantara banyaknya pilihan. Namun, terkadang diantara jawaban yang salah akan tetap ada alasan, dan pilihan itu adalah sebuah pembelajaran. Jika benar, kita belajar bersyukur, namun jika salah maka itu adalah sebuah pelajaran. Pengalaman adalah guru terbaik
Suara sepatu pantofel yang menuruni tangga membuat wanita yang sedang menyiapkan sarapan itu tersenyum, sedangkan laki-laki yang sedang mencoba memasang dasinya itu menunjukkan eskpresi aneh
"Oryza, apa kau gila?" Ingin sekali wanita itu berteriak memarahi suami yang seenak jidat mengatakan dirinya gila. Tidak aneh juga sebenarnya, karena ini adalah pertama kalinya wanita itu tersenyum manis seperti orang jatuh cinta padanya. Garis bawahi kata pertama kalinya disini
"Apa salahnya seorang istri menyiapkan sarapan untuk suaminya?" Tanyanya masih mempertahankan senyum aneh itu, padahal pipinya sendiri terasa mulai kebas. Ia membantu suaminya memasang dasi karena nampak kesusahan
"Kau benar-benar aneh" gumam suaminya begitu melihat tingkah perempuan itu pagi ini. Jika sepasang suami istri normal maka ini adalah hal biasa, tapi masalahnya disini mereka adalah pasangan suami istri tak normal yang akan bercerai
"Duduklah" Oryza menarik sebuah kursi kayu mahal untuk mempersilahkan pria itu duduk di depan meja makan yang sudah tersaji berbagai macam hidangan
"Kau ingin makan Orion?"
"Maaf, maksudku suamiku" ucapnya tersenyum manis setelah tak sengaja menyebut langsung nama suaminya
"Kamu benar-benar membuatku takut"
"Kau yang memasaknya? Kau tak berniat meracuniku kan?" Tanyanya saat istrinya mengambil berbagai hidangan diatas meja untuk diletakkan pada piringnya. Padahal ia belum mengatakan ingin makan yang mana.
"Apa kau ingin aku menambahkan sianida disini langsung? Atau kau mau aku menambahkan racun lain?" Alih-alih mengelak, Oryza seolah memperkuat argumen suaminya
"Aku hanya bercanda. Apa kau ingin aku mencicipinya jika kau tak percaya?"
"Aku percaya"
"Sama saja dengan aku mempercepat kematian kalau meracunimu" Oryza tersenyum, namun dibalik ucapannya ada makna tersirat yang tak disadari suaminya
"Mama" suara lucu balita dari atas tangga menarik perhatian keduanya
"Hati-hati sayang" Oryza menggendong putranya saat laki-laki itu baru memijak tiga tangga pertama
"Papa?" Ia menaikkan sebelah alisnya melihat ayahnya yang duduk di meja makan, biasanya ketika ia bangun ayahnya pasti sudah pergi bekerja
"Halo tampan"
"Papa antik" ucapnya membuat Oryza menyemburkan tawa namun segera menormalkan wajahnya seperti biasa saat suaminya menatap dirinya tajam
"Cantik itu perempuan sayang, kalau papa itu jelek" ajarnya sesat
"Mama jelek" giliran Orion yang tertawa terbahak, ia menatap Oryza seolah mengatakan senjata makan tuan. Padahal ia mengajari itu untuk menyinggung suaminya, malah ia yang kena mental
"Saga anak pintar, nanti papa beliin mainan" laki-laki itu mengelus rambut putranya yang terkesan tipis namun terasa begitu lembut
"Yey, mobil" ucapnya semangat bertepuk tangan
"Mobil-mobilan Saga kan udah banyak, kenapa minta itu lagi?"
"Blu" ucapnya yang tak Orion mengerti
"Warna biru?" Tebakan Oryza benar, karena setelahnya anak itu mengangguk semangat. Ibu memang kadang translate terbaik untuk anaknya.
"Oke, nanti papa beliin warna biru"
Tepat ketika Orion berdiri, Oryza menarik lengan jas suaminya membuat laki-laki itu menoleh dengan menaikkan sebelah alisnya
"Hehe, aku ngambil uang yang di kartu ATM itu ya"
"Buat beli tas lagi?" Orion tak mengerti kenapa istrinya itu suka sekali membeli tas dengan harga tak murah. Ia tak masalah sama sekali karena uang itupun hanya sebagian kecil dari pendapatannya sebagai pemimpin perusahaan. Ia hanya heran dengan wanita itu yang hobi membeli tas saja, apalagi memakai uang cash. Oryza kadang menolak saat ia berikan kartu untuk belanja sepuasnya, agak aneh.
"Iya" Oryza mengangguk dengan senyum, dalam hatinya ia meringis karena tentu bukan untuk barang tak berguna itu
"Pakai saja, aku tak membatasimu menggunakannya. Kita masih suami istri dan tugasku memang menafkahimu" ucapnya yang membuat Oryza tersenyum dan mengucap kata maaf berkali-kali dalam hati karena membuat kebohongan yang sama lagi dan lagi
"Nyonya, agak aneh tuan" Ares, asisten Orion itu mengungkapkan pemikirannya sambil mengikuti tuannya dibelakang. Ia memperhatikan interaksi mereka sejak tadi yang menurutnya tak biasa. Ia termasuk saksi bagaimana sikap wanita itu selama ini yang acuh tak acuh
"Karena ada maunya" jawab Orion tak memusingkan tingkah istrinya. Biarlah bagaimana pun tingkahnya, toh sebentar lagi mereka juga berpisah
"Anda juga sekarang nampak lebih dekat dengan tuan muda" lanjur Ares, sebelumnya Oryza seolah memasang benteng diantara ia dan putranya sendiri. Seolah agar Orion tak mengusik Sagara. Orion sadar akan hal itu sudah jauh-jauh hari. Sesuai perjanjian mereka kalau hak asuh akan jatuh pada Oryza, sepertinya itu alasan wanita itu membuatnya jauh dari Sagara. Tapi justru sekarang, Orion lumayan lebih banyak menghabiskan waktu dengan putranya tentu dengan berbagai trik istrinya
"Aku tau" balasnya singkat
"Lalu bagaimana hubungan anda dengan..."
"Apa kau sudah berubah jadi tukang gosip sekarang Ares? Kenapa kamu banyak tanya sekali" potong Orion menatap asistennya itu dingin
"Maaf tuan, saya tak bermaksud seperti itu, hanya agak aneh saja"
"Lebih baik pikirkan tentang perusahaan daripada bertanya hal yang tak perlu seperti itu" Ares mengangguk dan meminta maaf lagi
.
Ini novel pertama author tentang rumah tangga, biasanya kan fiksi remaja, tolong dukungannya buat author yang masih banyak kekurangan dalam penulisan ini😭😁
Author juga minta tolong jangan skip babnya ya, biar retensinya nggak turun...🙏🏼😭
Jangan lupa juga like, komen dan vote, terima kasih semuanya😘❤️
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Alivaaaa
Hai Thor aku mampir 😊
2024-12-24
0
YuWie
awal yg bagus
2024-11-17
2
Anonymous
keren
2024-11-16
0