NovelToon NovelToon
Cinderella Abad 21

Cinderella Abad 21

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Anak Yatim Piatu / Beda Usia / Romansa / Pembantu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Anim_Goh

Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.

***

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mirip Penyihir

Byurr

Hanum menyeringai puas melihat Lisa yang gelagapan setelah dia menyiram wajahnya dengan air es. Sambil bersedekap tangan, dia melayangkan makian tepat ketika gadis tersebut hendak melakukan protes.

"Berapa banyak lelaki yang semalam kau layani, hah? Dasar p*lacur kecil. Sudah diberi kesempatan untuk melihat dunia luar, kau malah sibuk menjajakan diri dan pulang larut malam. Sudah tidak tahan ingin digaruk ya?"

"Kau .... "

Lisa mengepalkan tangan dengan kuat sambil menggeretakkan gigi saat Hanum dengan kejam menyebutnya sebagai p*lacur kecil. Sakit, rasanya sakit sekali. Pantaskah seorang wanita dewasa bicara dengan wanita lain yang bahkan usianya saja belum genap tujuh belas tahun dengan kalimat yang sangat kasar? Hati Lisa bagai teriris-iris. Perih.

"Cepat bangun dan bereskan rumah ini. Kau masih harus menjadi pelayan di rumah Tuan Lionel!"

"Aku lelah." Lisa menahan tangis. "Bisakah langsung pergi ke sana saja? Rumah ini masih cukup bersih untuk ditinggali. Jangan menambah beban pekerjaanku."

"Oh, sudah berani melawan kau ya?"

Hanum terkekeh sinis. Setelah itu dia berteriak memanggil ibunya yang sedang asik membaca koran di teras depan. "Bu, kemari dan lihatlah kelakuan gadis bengal ini. Dia bilang kita tak cukup pantas untuk tinggal di lingkungan yang bersih. Kita kotor!"

"Hanum, kau idiot ya?"

"A-apa?"

"Kapan aku bicara seperti itu tentang kalian? Jangan mengada-ada!" murka Lisa setelah Hanum memfitnahnya. Terbayang jelas apa yang akan terjadi jika ketua tukang sihir itu sampai muncul di sana. Pasti dia akan mendapatkan hukuman.

(Sialan sekali si Hanum. Kenapa sih dia suka sekali membuatku menderita. Masa iya aku harus menjahit bibirnya supaya tidak bisa bicara lagi? Menyebalkan!)

"Ada apa ini? Kenapa kau berteriak seperti itu, Num?" tanya Arina. Dia menatap bergantian pada dua wanita beda kasta di hadapannya. "Siapa yang membuat ulah?"

"Siapa lagi kalau bukan dia!" jawab Hanum seraya menunjuk Lisa. "Bu, barusan dia menyebutku sebagai idiot. Tolong berikan hukuman atas hinaan itu. Aku tersakiti."

"Lemah!"

Tiba-tiba Lisa melontarkan celetukan penuh ejek. Dia kemudian beranjak dari tikar pesakitan yang sudah tak layak pakai. Sambil mengelap wajahnya yang basah air es, Lisa dengan berani menghadapi dua penyihir yang selama ini menyengsarakan hidupnya. "Hanya sebatas ini kemampuanmu menghadapi gadis yatim piatu, hem? Memalukan sekali. Jika dunia tahu, mereka pasti akan mengolok-olok kalian dengan buruk. Dua wanita dewasa menindas gadis enam belas tahun dan memfitnahnya dengan kejam. Cihhh!"

Plaakk

Buah dari rangkaian kata yang terucap dari mulut Lisa, memberinya satu tamparan yang cukup kuat. Kepalanya sampai tertoleh ke samping dan telinganya seketika berdenging. Lagi, dia kembali mendapatkan kekerasan secara fisik.

"Kau sudah melewati batasanmu, Lisa. Jadi jangan salahkan aku jika harus bertindak tegas terhadapmu!" tukas Arina penuh penekanan. Dia tersinggung sekali oleh ucapan yang dilontarkan Lisa barusan. "Kami diam bukan karena lemah, tapi coba lihat tingkahmu sekarang? Kau semakin tidak tahu diri dan suka melawan. Perlu kuberikan lagi pukulan agar bisa membuatmu sadar?"

"Tampar lagi saja, Bu. Satu pukulan tidak akan bisa membuat otaknya sadar akan posisi di rumah ini." Hanum mengompori. Rasanya menyenangkan sekali tiap ibunya menganiaya Lisa.

Pipi Lisa kebas. Suaranya tercekat ketika ingin melakukan pembelaan. Walau bukan yang pertama kali, rasanya tetap menyedihkan dan juga perih. Entah kapan penderitaan ini akan berakhir. Lisa sudah sangat lelah.

"Lihatlah, Bu. Dibalik diamnya gadis ini, pasti dia sedang merencanakan sesuatu untuk kembali memberontak pada kita. Ibu jangan sampai lengah," ucap Lisa mengingatkan. Rubah licik ini begitu pandai memainkan emosi. Jika tak cerdik membaca gerak-geriknya, Lisa pasti akan merajalela.

"Apa salahku?" Lisa berusaha keras agar tidak menangis. "Rumah ini milik ayahku, tapi kenapa kalian memperlakukan aku seperti orang asing? Kalian bahkan menjual keringatku demi mendapat hadiah dari Tuan Lionel. Mengapa begitu kejam? Salah jika aku ingin menuntut keadilan untuk diriku sendiri?"

Arina tersenyum. Tatapannya menghunus tajam menelisik sorot mata gadis belia yang adalah putri tirinya.

"Jadi kau menginginkan keadilan?"

"Ya. Bukankah sudah seharusnya?"

"Baiklah, kalau begitu mari ikut denganku. Akan ku tunjukkan keadilan seperti apa yang harusnya kau dapatkan di rumah ini."

Hanum kaget akan ucapan sang ibu. Segera dia menahan tangannya agar tidak pergi. "Bu, apa yang ingin Ibu lakukan? Jangan bilang Ibu mau ...."

"Diamlah. Kau tidak mengerti apa yang ingin Ibu lakukan pada Lisa," bisik Arina tak membiarkan Hanum mengacau.

"Tapi .... "

"Apa yang sedang kau tunggu? Bukankah kau sangat ingin mendapatkan keadilan?"

Lisa menelan ludah. Feeling-nya mengatakan kalau wanita kejam ini berniat melakukan sesuatu yang buruk kepadanya. Langkahnya terasa berat sekali ketika didesak untuk segera mengikutinya yang entah ingin pergi ke mana.

"Dasar dungu! Cepat susul ibuku!" teriak Hanum sembari menarik tangan Lisa yang hanya berdiri diam di tempat. Dia geram sendiri melihatnya.

"Malas. Aku sudah tahu apa yang ingin kalian lakukan padaku," sahut Lisa dengan berani menolak pergi. Dia bergeming ketika Hanum berusaha keras menarik tangannya.

"Jangan melawan!"

"Terserahku ingin melawan atau tidak. Kenapa kau sewot?"

"LISA!!"

"Tidak perlu berteriak sekuat itu. Aku tidak tuli!"

"Kalau begitu patuhlah. Jangan membantah!"

Adegan tarik-menarik terus terjadi sampai di mana akhirnya Arina kembali sambil membawa gagang payung yang sudah patah. Lisa yang melihat hal itu, segera mendorong Hanum keluar dari kamar kemudian menutup pintu dan menguncinya.

Braakkk

"Buka pintunya, Lisa. Buka!" teriak Arina penuh emosi. Dia menggedor pintu seperti orang gila karena terlalu jengkel oleh ulah gadis bengal tersebut.

"Tidak akan. Aku tidak sebaik itu membiarkan tubuhku dipukuli dengan tongkat sihirmu yang jelek dan berkarat!" sahut Lisa sambil terkikik dalam kamar.

"A-apa kau bilang? Tongkat sihir?"

"Ya, dan kalian berdua adalah penyihirnya. Berkaca saja jika tak percaya. Hidung kalian sangat panjang seperti nenek sihir yang ada di dalam buku cerita. Kalian buruk rupa!"

Suasana menjadi hening setelah Lisa menyebut ibu dan saudari tirinya mempunyai hidung panjang seperti penyihir. Dia menebak kalau kedua wanita jahat itu sedang sibuk berkaca untuk membuktikan apakah ini ucapannya benar atau tidak.

"Bodoh. Mudah sekali mereka dikerjai. Ya ampun, ada-ada saja sih. Membuat perut kram saja," ucap Lisa sembari mengusap perutnya yang terasa kaku karena terus tertawa.

Sementara itu di kamar lain, Hanum dan Arina sibuk memeriksa hidung mereka setelah disebut mirip penyihir. Mereka ketakutan, panik membayangkan hasil operasi yang gagal. Ya benar. Dua bulan lalu mereka melakukan perbaikan di bagian hidung agar terlihat semakin mancung dan cantik.

"Bu, hidungku tidak miring 'kan?" tanya Hanum gelisah.

"Mana mungkin hidungmu miring. Dokter yang kita bayar merupakan yang terbaik dalam melakukan operasi plastik. Mustahil gagal," sahut Arina sambil berkaca pada cermin kecil. Dia lalu mend*sah panjang, lega karena ternyata hidungnya baik-baik saja. "Huh, sialan sekali Lisa. Beraninya dia menyebut hidung kita mirip hidung penyihir. Membuat orang kaget saja."

Menyadari akan sesuatu hal, Arina segera meletakkan cermin kemudian menarik Hanum agar menghadapnya. "Num, apa kau memikirkan hal yang sama seperti yang sedang Ibu pikirkan sekarang?"

"Maksudnya?"

"Lisa ... dia sengaja mengerjai kita. Dia menyebut kita mirip penyihir agar Ibu tidak jadi memukulinya. Benar?"

Hanum tersentak kaget. Sadar telah dikerjai, dia segera menyambar ikat pinggang yang tergeletak di atas ranjang kemudian berjalan cepat menuju kamar Lisa. Hanum terbakar amarah. Dia tak terima dikerjai seperti ini.

"Habislah kau, Lisa. Dasar keledai dungu tak berguna, bersiaplah menerima hukuman dariku. Huh!"

***

1
Osie
ini cerita ttg cinderella jaman now or cerita komedi ya..hampir kram perutnya nahan ketawa
Anto D Cotto
lanjut, crazy up thor
Anim_Goh: hehe, siap kak
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Anim_Goh: terima kasih sudah mampir kak
total 1 replies
Osie
lisa kapan normalnya sih/Facepalm//Facepalm/
Anim_Goh: wkwkwkwk, maafkan ya kak
total 1 replies
Osie
Richard nih ayam berbulu musang kali yaaa
Anim_Goh: sejenisnya kak 🤣🤣
total 1 replies
Murni Dewita
👣
Osie
cinderella jaman now..tapi dimataku lisa msh lah sgt lemah..sosok wanita tangguhnya blm kelihatan sama sekali
Anim_Goh: hehe, iya kak sabar ya. kita pelan2 dulu munculin karakternya
total 1 replies
Osie
aku mampir nih. udah baca bbrp bab n ekspektasiku lisa sosok wanita tangguh n g cengeng dan juga smart
Anim_Goh: wah, makasih banyak udah mau mampir ya kak
total 1 replies
Ita Xiaomi
Kocak😁
Anim_Goh: siap kak. hehe
Ita Xiaomi: Sama2x kk.
Semangat berkarya kk.
Berkah&sukses selalu.
total 3 replies
Andi Jumriani Djufri
Supaya ceritax dilanjutkan
Anim_Goh: insyaallah up setiap hari kak
total 1 replies
Professor Ochanomizu
Inspiratif!
Channa Lotus
Saya mengikuti cerita ini dengan antusias, author jangan berhenti ya!
Anim_Goh: terima kasih banyak sudah berkenan membaca. ke depannya aku akan lebih bersemangat dan aktif lagi dalam membaharui novel ini 😀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!