Ini kisah tentang kakak beradik yang saling mengisi satu sama lain.
Sang kakak, Angga Adiputra alias Jagur, rela mengubur mimpi demi mewujudkan cita-cita adik kandungnya, Nihaya. Ia bekerja keras tanpa mengenal apa itu hidup layak untuk diri sendiri. Namun justru ditengah jalan, ia menemukan patah hati lantaran adiknya hamil di luar nikah.
Angga sesak, marah, dan benci, entah kepada siapa.
Sampai akhirnya laki-laki yang kecewa dengan harapannya itu menemukan seseorang yang bisa mengubah arah pandangan.
Selama tiga puluh delapan hari, Nihaya tak pernah berhenti meminta pengampunan Angga. Dan setelah tiga puluh delapan hari, Angga mampu memaafkan keadaan, bahkan ia mampu memaafkan dirinya sendiri setelah bertemu dengan Nuri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Di sini lah kini Angga dan Nuri berada.
"Saya masih ingat betul rekaman kejadian itu sampai saya gambarkan lokasinya yang ada dalam ingatan ke dalam gambar denah ini. Bahkan sekarang kita menggunakan jalan yang sama ketika saya pergi kemarin." Ujar Angga tak percaya markas Balong sudah tidak bisa ditemukan.
"Mungkin mereka sudah melakukan persiapan jauh-jauh hari. Jika sudah ada orang yang tahu tempat persembunyiannya tetapi bisa melarikan diri dari sana, itu artinya bahaya bagi mereka. Bisa jadi karena pertimbangan itu, Balong memutuskan melarikan diri."
Hening sejenak.
Angga menelisik ke arah utara, begitu pun dengan Nuri yang pergi ke arah barat. Sisanya berpencar memeriksa keadaan sekitar. Mereka tidak berpisah dalam jarak yang jauh, hingga akhirnya Angga berseru menemukan sesuatu.
"Mbak Nuri, lihatlah."
Wanita yang dipanggil Angga lekas merapat ke arah pemuda tersebut. Tim juga turut menghampiri keduanya. Ternyata penemuan Angga adalah tergeletaknya dua orang manusia tak bernyawa.
Penggrebekan markas Balong dihentikan sementara. Mereka mengevakuasi ke rumah sakit untuk dilakukan otopsi guna penyidikan lanjutan. Belum lagi sebelum ini, ada satu orang yang diamankan lantaran melakukan penyerangan di sebuah warung. Orang itu juga akan di interogasi demi menggali informasi tentang Balong.
...***...
Lain lagi yang ada di fikiran Angga.
Setelah siang keberadaan Balong belum ditemukan, malam harinya ia nekat kembali ke hutan saking penasaran kemana kaburnya Balong. Markas yang waktu itu ia jumpa cukup besar. Terasa janggal baginya jika dalam sekejap malam Balong melarikan diri dengan membereskan terlebih dahulu bangunan-bangunan semi permanen tersebut. Bisa jadi ada dua kemungkinan yang sedang berlangsung. Antara Balong belum jauh jaraknya dari titik Angga berada, atau Balong sebenarnya masih ada disana namun dalam keadaan tersembunyi.
Angga berusaha mencari titik terang.
Setelah berkeliling lumayan lama, Angga belum menemukan petunjuk apapun. Dipikir-pikir lebih baik ia mengistirahatkan badan malam ini agar tubuhnya kembali prima mencari keadilan. Ia memutuskan bermalam di sana tanpa mendirikan tenda. Tenda satu-satunya milik Angga sudah hilang entah kemana ketika tragedi penyerangan Balong.
Angga menyalakan api kehangatan, lalu tidur menggunakan sleeping bag. Dia perlahan-lahan menutup mata setelah beres membaca do'a sebelum tidur.
"Mas Angga."
Siapa tuh?
Angga melihat sosok mirip wajah Nuri berdiri dihadapannya. Cantik. Tetapi pengalaman mengajarkan Angga untuk melihat dulu ke kaki sosok itu. Lengkap, juga menyentuh tanah.
"Aku manusia Mas, bukan hantu." Jelas Nuri sembari terkekeh karena tahu pria dihadapannya sedang menelisik memastikan. Nuri sudah mulai memanggil 'Angga' semenjak tahu bahwa Jagur itu ternyata Angga kakaknya Nihaya.
"Oh, kirain siapa. Mbak kenapa malam-malam kesini sendirian?"
"Gak sendirian kok, tadi diantar sama Aji biar mobil ada yang bawa pulang. Aku kesini karena.. "
"Tenang aja Mbak, aku pasti berusaha mencari keberadaan Balong secepatnya. Aku gak rela kalau dia sampai terlepas. Mbak Nuri seharusnya jangan kesini karena terlalu bahaya, juga disini dingin, gelap, dan mencekam. Biar aku saja yang pantau." Angga nyerocos terdengar seperti perhatian.
"Lho aku kesini justru mau menemui kamu."
"Temui aku?"
"Iya Mas. Aku tadinya ke rumah Mas Angga mau balikin jaket yang aku pinjam. Sekalian mau ngucapin terima kasih sudah banyak membantu hari ini. Dengar kalau Mas Angga malah pergi kesini sendirian malam-malam, aku menebak Mas Angga tidak akan pulang ke rumah malam ini juga. Akhirnya aku kepikiran bawain tenda buat Mas Angga bermalam, karena ibu bilang Mas Angga hanya bawa perlengkapan seadanya." Nuri menyodorkan tenda untuk dipasang.
Tampang Angga menganga, sedikit tidak percaya Nuri datang mencari-cari keberadaannya. Di dalam pojokan hati yang paling dalam, ada rasa-rasa cenat-cenut gembira ria.
"Oh gitu Mbak. Terimakasih atas tenda ini. Terimakasih dari Mbak Nuri sudah aku terima, jadi sebaiknya Mbak Nuri kembalilah beristirahat."
"Iya Mas Angga, aku memang mau beristirahat. Lalu dimana Mas Angga mendirikan tenda?"
"Di sini."
"Sebaiknya jangan di sini. Lebih baik kita dirikan tenda di sana." Nuri beranjak lebih dulu kemudian Angga mengekor. Sambil berjalan dibelakangnya, Angga menanyakan sesuatu kepada Nuri.
"Memangnya kenapa aku harus mendirikan tenda disini Mbak, bukan di tempat tadi? apakah ada alasannya?"
"Yaa.. tadi siang di tempat kamu tidur, lokasi ditemukannya jen*zah. Agak gimana gitu Mas."
Angga tersenyum, "Oh gitu. Biarkan aku yang dirikan tendanya Mbak." Angga tak enak hati melihat Nuri sibuk memasang tenda untuknya. Seharusnya lelaki yang mengayomi perempuan, lah ini kenapa kebalik? gumam Angga dalam hati.
"Monggo Mas. Itu tendanya Mas Angga kan." Tunjuknya pada cariel di tangan Angga pemberian Nuri tadi. Angga praktis melongo.
"Aku juga bermalam disini Mas Angga. Jadi aku mau masang tenda untuk ku beristirahat." Nuri terkekeh sebab mengerti komunikasi mereka lagi salah paham.
"Oh iya iya." Angga tergagap malu. Dia salah kira, tetapi ia juga merasa khawatir Nuri bermalam disini. Sampai akhirnya Angga mengenyahkan overthinkingnya dengan sibuk membangun tenda. Api kehangatan kembali di hidupkan di lokasi baru. Tenang, api yang sebelumnya sudah dipadamkan.
"Mas, itu ada batu besar."
"Iya Mbak."
Keduanya menatap batu itu dengan lama.
"Hmmm..batunya agak lain." Spekulasi Nuri. Angga pun merasakan yang sama. Kadung malam semakin malam, keduanya memutuskan memeriksa jika fajar sudah menyingsing.
.
.
.
Bersambung.
seriusss??? end?????
btw.. nanya dong kak Zenun,, tas gemblok apaaan?? ransel bukan?
miris amat si dirimu.. gabung ma Jeff aja sana😅😅😅
Alan bakal jadi bapak asuh sembara si putra manusia dan Setengahnya jin....
Semangat berkarya akak Ze ayank....🫶🫶🫶🫶🫶