NovelToon NovelToon
Last Night

Last Night

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Romansa / Pihak Ketiga / Bad Boy
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Razella

"Hidup aja, ikutin kemana arus bawa lo. Teruskan aja, sampe capek sama semua dan tiba-tiba lo bangun dirumah mewah. Ucap gue yang waktu itu ga tau kalo gue bakalan bener-bener bangun dirumah mewah yang ngerubah semua alur hidup gue "- Lilac

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

I'm Here

Joseph menatap mata yang sama dengannya itu selama yang ia bisa. Menatap pahatan wajah yang sesungguhnya begitu ia rindukan. Sore dengan cahaya senja yang sedikit menyembul dari jendela membuat sosok yang kini duduk didepannya seakan tak nyata. Bias cahaya matahari yang siap mengakhiri tugas hari itu membuat Joseph sekali lagi memuji betapa indahnya sosok yang kini hadir mengunjungi.

"Lo beneran ngga kangen gue ternyata. Hah..."

Sosok itu menghela napas. Tangannya memainkan permen batang yang kini ada dalam mulutnya. Memutar kekanan dan kiri dalam mulutnya. Membuat wangi perisa srowberi menguar dari mulutnya tiap kali berbicara. Sangat ciri khasnya sekali.

"Jangan terlalu sering makan yang manis-manis."

"Lo ngga kangen gue? Lo ngga kangen papi?"

"Pulang, Johan."

Dua kata yang keluar dari mulut Joseph berhasil membuat Johan mengerutkan alis tebalnya. Wajah yang tak kalah tampan dari Joseph itu mengeras dan mengerut tak suka.

"Kapan lo pulang? Pulang atau gue ngga bakal biarin lo makan eskrim lagi."

Joseph menghela napas. Padahal ia berniat untuk mengakhiri hari dengan tidur dan beristirahat setelah kegiatan yang ia lakukan seharian ini. Penugasan yang dilakukan sungguh benar-benar menyiksa. Namun inilah yang dia inginkan. Ia ingin menjadi seperti apa yang ia cita-citakan sejak kecil. Namun semua itu terhalang restu sang ayah yang begitu menginginkan ia menjadi seperti apa yang ia inginkan. Pria yang berharap Joseph menjadi batu loncatannya itu menumbalkan Joseph demi anak yang kini berada didepannya.

"Pulang."

Beriringan dengan tatapan mata Joseph yang kian menajam, Johan tersenyum miris. Dilihatnya sang kakak yang kini duduk dengan tegak didepannya. Jika ditanya apakah Johan tau semua tentang sang kakak dan ayahnya, maka jawabannya adalah iya. Namun yang tidak semua orang tahu adalah, Johan yang begitu ingin menikmati waktunya dengan sang kakak, yang tidak mereka tau Johan ingin bisa menceritakan semua yang ia jalani dan alami kepada sang kakak.

"Kenapa lo seakan anggep gue yang paling jahat disini? Gue adek lo kan? Kita, kita bisa kayak sodara lainnya kan, abang?" Johan menatap sang kakak tepat dimata. Betapa inginnya dia memuji Joseph yang begitu hebat bisa berjalan menuju mimpinya sendiri. Sedangkan dia masih menjadi bayang-bayang sang ayah.

"Jaga ayah. Beliau udah tua. Saya ijin kembali ke kamar-"

"Gue juga pinign lo panggil adek. Abang, abang ayo pulang aja kerumah. Kenapa segitu bencinya ke gue sampe lo juga ngejauhin orang-orang yang lo sayang dari gue? Apa gue ngga termasuk orang yang lo sayang."

Karena pada dasarnya, keduanya masihlah tetap saudara. Darah yang mengalir ditubuh satu sama lain bagiakan magnet yang akan selalu mengikat mereka. Namun karna kesalah pahaman yang mereka simpulkan sendiri, mereka menjadi kutub magnet yang saling menolak.

"Kamu mau apa?"

"Pulang. Papi nyari lo."

Joseph masih diam. Kemana saja sang ayah selama dua tahun ini? Kenapa baru sekarang ia mencari Joseph yang sudah setengah jalan menuju cita-citanya.

"Lo ngga mau kaya? Nikahin kak Li-"

"Jauhin dia, Johan Alaric Lancaster."

Hati Johan seakan begitu miris mendengar nada suara sang kakak yang begitu dingin. Padahal dulu saat usia mereka tak lebih dari lima tahun, Joseph tak pernah memanggilnya dengan nama. Hanya kata sayang yang selalu keluar dari ranumnya saat memanggil Johan. Ah, betapa rindunya ia pada masa kecil mereka.

"Pulang. Selagi lo disini, gua ngga akan biarin ayah nyamperin kak Lilac kerumah kakek. Sebelum itu, lo harus bisa balik ke Tulungagung."

Johan bangun dari duduknya dan keluar dari ruangan itu. Menyisakan Joseph yang bahkan juga tak berniat untuk menghentikannya. Keduanya sama-sama bingung dengan jalan hidup mereka. Joseph dengan langkah yang diambilnya dan Johan dengan sifat kakaknya.

Dalam ruangan yang tak lebih dari 2x4 itu Joseph menundukkan kepalanya. Semua berawal dari sikap sang ayah yang ia rasa begitu pilih kasih sejak kelahiran sang adik. Mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal yang wajar. Anak pertama dididik untuk menjadi kuat dan menjadi pelindung bagi keluarga saat kepala keluarga tak ada. Namun tidak dengan sang ayah yang juga selalu memaksakan kehendaknya pada Joseph. Rumah yang dulu begitu hangat dengan suara sang bunda kini jadi sepi. Semua orang yang tinggal disana sudah tak lagi bersikap sama. Atau mungkin senyatanya hanya Joseph yang tinggal dalam kenangan itu.

"Joseph, mengalah sama adikmu."

Joseph dan Johan yang saat itu masih SD sama-sama begitu menyukai makanan manis. Joseph dengan eskrimnya dan Johan dengan permen milkitanya.

"Tapi ayah, Joseph ngga suka permen..." Joseph mencicit kecil saat sang ayah memutuskan untuk membeli camilan untuk keduanya di swalayan kala itu. Namun sang ayah hanya mengijinkan mereka memilih satu diantara dua makanan manis yang mereka sukai.

"Ambil atau ngga sama sekali."

Sang ayah berjalan mendahului keduanya dan meninggalkan kedua bersaudara itu disana. Johan yang melihat wajah murung sang kakak langsung saja mendekat begitu ayahnya pergi. Ia peluk tubuh tinggi sang kakak dan mendusalkan wajahnya dibahu Joseph.

"Nanti kita suruh mbak aja buat beli eskrim ya, abang? Ngga apa-apa, kita suruh mbak beli nanti."

Johan mendongak untuk mengintip wajah sang kakak yang kini tersenyum kearahnya. Yang lebih tua mengusap rambut Johan dengan sayang sebelum melepaskan diri dari sang adik.

"Minta tolong, Johan. Bukan nyuruh." Ia genggam tangan sang adik dan membawanya untuk mengambil permen milkita rasa strawberry kesukaan Johan.

"Abang, abang kalo ngomong jangan pelan-pelan dong. Kata papi kalo abang ngomong pelan begitu dia ngga denger abang ngomong apa." Johan masih tetap menautkan tangannya dengan sang kakak. Tangan yang lebih besar darinya itu selalu membawa kehangatan yang berhasil membuat Johan nyaman.

"Ngga papa. Abang juga ngga perduli ayah mau dengerin abang atau ngga."

Joseph tersenyum sambil terus melanjutkan langkahnya. Hatinya sakit, itu kenyataannya. Namun apa yang bisa ia lakukan selain membiarkan semuanya terjadi. Joseph hanya tidak akan membiarkan sang ayah menyakiti Johan lebih lama. Karena ia tau, jika ia tak bisa menjadi seperti yang ayahnya inginkan, maka Johan yang harus bisa. Tapi semua pemikiran itu sirna dalam benak Joseph. Ia akan menjadi apa yang ia inginkan dan membawa Johan bersamanya. Biarkan ia hilang dari radar sang adik. Nanti saat waktunya sudah tepat, ia akan membawa serta Johan bersamanya.

"Johan ngga tau ya kalo abang sayang banget sama Johan..." Bisiknya saat melihat mobil yang dikendarai sang adik pergi meninggalkan barak.

1
santi
👍👍
Dzakwan Dzakwan
Penuh kejutan, ngga bisa ditebak!
Laqueno Sebaña
Keren banget bro, aku terhanyut dalam cerita ini!
Razel: terimakasih yah/Smile//Smile/
total 1 replies
La Otaku Llorona <33
Tidak ada yang kurang.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!