NovelToon NovelToon
Aku Sudah Memaafkan

Aku Sudah Memaafkan

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / cintamanis / Hamil di luar nikah / Kehidupan di Sekolah/Kampus / trauma masa lalu
Popularitas:1.6M
Nilai: 5
Nama Author: yu aotian

"Aku emang cinta sama kamu. Tapi, maaf ... kamu enggak ada di rencana masa depanku."


Tanganku gemetar memegang alat tes kehamilan yang bergaris dua. Tak bisa kupercaya! Setelah tiga bulan hubunganku dengannya berakhir menyakitkan dengan goresan luka yang ia tinggalkan, aku malah mengandung darah dagingnya.

Saat itu juga, aku merasakan duniaku berotasi tidak normal. Aku terisak di sudut ruangan yang temaram. Menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi. Namun, satu yang aku yakini, hidup itu ... bukan pelarian, melainkan harus dihadapi.


Adaptasi dari cerpen Aku Sudah Memaafkan, ©2022, Yu Aotian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 : Keluarga yang Bukan Keluarga

Sayangnya, kami tak bisa merayakan hari jadi kesatu tahun karena bertepatan dengan kepulanganku ke kampung halaman. Ya, aku harus pulang karena kakakku akan menikah. Aku meminta izin pada pihak kampus selama seminggu. Sialnya, dalam rentang waktu seminggu itu, kak Evan juga akan menggelar wisuda. Ini membuatku sedih karena melewatkan dua momen spesial. Padahal, aku berharap bisa berfoto bersamanya saat dia sedang menggunakan toga wisuda.

Langit tengah dibedaki awan tipis-tipis. Di sini. Di bandara. Aku dan dia berdiri saling berhadapan. Suara panggilan naik pesawat telah terdengar saling bersahutan. Dia menyerahkan koper milikku yang sedari tadi dibawanya. Memandang wajahnya membuatku seperti berat meninggalkannya.

"Berbaliklah!" pintanya lembut.

Hah? Dia menyuruhku segera masuk tanpa mengatakan apa pun? Bahkan dia belum mengucapkan selamat hari jadi kami padaku hari ini. Dengan wajah setengah merengut, aku pun berbalik dan beranjak. Namun, dia lekas menahanku dengan melingkarkan sebelah tangannya di dadaku.

"Aku suruh berbalik, bukan cepat pergi!" ucapnya berbisik lembut, "tetap berbalik seperti itu!" perintahnya lagi saat aku hendak menghadapnya.

Aku yang tak paham dengan instruksinya, mencoba tetap membelakanginya. Di waktu yang sama, ia menggantung sebuah kalung simpel nan elegan di leherku.

"Happy anniversary, Sayang. Tolong jaga baik-baik kalung ini," bisiknya sambil memasang pengait kalung tersebut.

Aku terperanjat seraya memandang kalung pemberiannya yang kini telah terpasang di leherku.

"Ini gak adil!" gumamku kecil.

"Hum?" Dia menampakkan air muka keheranan.

"Cuma kamu yang ngasih aku hadiah, sementara aku enggak," ungkapku dengan suara kecil.

Dia tertawa kecil seraya memencet hidungku dengan jari telunjuknya. "Kamu itu udah jadi hadiah terbesar aku. Kita rayain bareng kalo kamu dah pulang, ya?"

Aku mengangguk kecil seraya mencoba menyentuh buah kalung berbentuk hati tersebut. Senang, sudah pasti! Kalung ini menjadi barang pemberiannya yang kedua selama kami menjalin hubungan, setelah sebelumnya dia memberikan jepitan kupu-kupu yang selalu kugunakan.

Selama setahun perjalanan asmara kami, aku tak pernah menyinggung apa pun yang berhubungan dengan keluarganya. Sama seperti aku yang enggan membeberkan kondisi keluargaku padanya. Kami bertindak seakan hanya ada 'aku dan kau'. Tidak ada yang lain selain kami.

Tunggu, aku ingin meralat kembali. Ternyata masih ada Arai yang berada di lingkaran cinta kami.

"Gurita! Gurita!" Suara teriakan Arai mengejutkan kami.

Itu dia! Dari jarak yang tak terlalu jauh, aku melihat lelaki berparas manis itu berlari di antara sibuk orang yang berlalu lalang. Dia bahkan sampai terpeleset hanya karena buru-buru mengejar kami.

"Aku kira aku terlambat!" ucapnya sambil membungkuk memegang kedua lututnya.

"Arai, kamu dari mana aja? Aku kira kamu gak bisa ngantar aku."

"Berikan tanganmu!"

"Hah?"

Arai menarik tanganku lalu memberikan beberapa buah permen jahe. "Ini untuk atasi mabuk di perjalanan." Dia juga mengambil sebungkus kuaci dari dalam ranselnya. "Ini juga bisa kau makan kalo lagi bosan nunggu. Maaf, cuma ini yang bisa aku kasih."

Senyumku spontan terurai. "Makasih, Arai."

"Jangan khawatir, aku bakal rekap semua materi selama kau pergi, jadi bisa kau pakai belajar pas pulang nanti!" lanjutnya lagi.

"Ya, udah, masuk gih sana. Jangan lupa kabari kalo dah sampai!" pinta kak Evan sambil memegang pundakku.

Aku mengangguk, kemudian mulai berjalan mundur seraya melambaikan tanganku pada dua lelaki yang sudah mewarnai kehidupanku selama setahun terakhir ini. Dari dinding-dinding kaca, aku bisa melihat mereka terus mengawal kepergianku.

Duduk di dalam pesawat, tangan kananku memegang permen dari Arai, sedang tangan kiriku mengelus buah kalung dari kak Evan. Padahal cuma seminggu, tapi rasanya seperti enggan meninggalkan mereka.

***

Setahun di Jakarta, akhirnya aku kembali ke rumah. Berada di rumah dalam suasana ramai sanak saudara, ternyata tidak membuatku nyaman. Tiga hari menjelang pesta pernikahan, semua keluarga berkumpul setiap hari untuk mempersiapkan acara. Di keluarga besar ibuku, semacam ada strata sosial yang tampak jelas saat salah satu keluarga sedang membuat acara.

Keluarga yang dikategorikan miskin dengan latar pendidikan anak-anaknya yang rendah, akan ditugaskan di dapur. Sementara keluarga yang dikategorikan kaya, akan di tempatkan di ruang tamu, dijamu dengan aneka suguhan dari tuan rumah. Inilah yang membuatku muak menghadiri acara besar keluarga. Dan karena ini pula, sedari kecil aku dan dua saudaraku dituntut ibu untuk bisa melebihi anak dari saudara-saudaranya.

"Kalung punyanya siapa ini yang jatuh!" teriak salah satu tanteku.

Aku langsung meraba leherku. Tidak ada! Jangan-jangan ....

"Itu punyaku!" teriakku segera sambil hendak mengambil kalung itu.

Kakak sepupu yang berdiri di sampingku lantas merebut kalung itu sambil melebarkan mata.

"Ini kan kalung Cartier keluaran terbaru. Aku cek dulu, asli atau tidak," ucapnya sambil memerhatikan detail perhiasan.

Kakak sepupuku ini bekerja sebagai pegawai toko perhiasan dari brand-brand ternama di Surabaya. Jadi, bisa dipastikan dia tahu melihat keaslian suatu produk perhiasan.

Dia menutup mulutnya karena terkejut. "Ini asli! Harganya belasan juta. Kok kamu bisa beli kalung mahal begini?" Pertanyaannya mengundang perhatian beberapa keluargaku, termasuk ibuku.

"A ... itu ... itu ... dikasih pacarku," ucapku pelan.

"Pacar? Heh, Ita udah punya pacar?.Pasti pacar kamu anak orang kaya! Anak mana dia?"

"Anak jakarta. Fakultas kedokteran juga," ucapku sambil mengambil kembali kalung itu.

"Beruntungnya kamu, Ta!" cetus kakak sepupuku.

"Apanya yang beruntung? Ita juga anak kedokteran, yang ada pacarnya yang beruntung dapat gadis cantik yang belum pernah pacaran lagi!" Ibu mendadak membanggakan diriku di depan keluarga.

Aku segera ke kamarku. Duduk di depan meja rias sambil hendak kembali memasang kalung pemberian kak Evan. Sejujurnya, aku juga baru tahu kalau kalung emas putih ini dari brand mewah dengan harga belasan juta rupiah. Tiba-tiba, ibu menyerobot masuk ke kamarku dan duduk di tepi ranjang tepatnya di sampingku.

"Ita, kenapa pacarmu bisa kasih kalung mahal?" Ibu seakan sedang mengintrogasi, tetapi tak terlihat marah. Dia seperti memaklumi anak perempuannya sudah dewasa.

"Mungkin bagi kita itu mahal, tapi bagi dia ini pasti murah. Soalnya dia dari keluarga berada. Dia wisuda Minggu ini dan udah mau koas di Rumah Sakit besar Jakarta. Dia juga asisten dosen, jadi dapat upah dari kampus," ucapku penuh antusias.

Biar bagaimanapun, aku juga ingin membanggakan pacarku di depan ibu agar beliau merestui hubungan kami. Namun, ibu mendadak mengubah topik pembicaraan sambil lebih mendekat ke arahku.

"Begini, Ta ... itu kakakmu ... waktu lamaran, masa dia cuma kasih istrinya kalung emas 3 gram, 22 karat lagi! Bikin malu sekali!"

Entah kenapa, aku sudah bisa menebak arah pembicaraan ibu.

"Ya, gak papa dong. Kalo emang kakak cuma mampunya segitu."

"Gak papa gimana? Papanya kakak iparmu dari keluarga terpandang. Bapaknya kepala dinas, sudah disediakan lagi rumah untuk kakakmu dan anaknya." Ibu memegang lenganku sambil melanjutkan, "makanya, Ta, kasih saja kalungmu untuk kakak iparmu, e ...."

Aku tergemap. Sesuai tebakanku, ibu ingin mengambil kalung ini untuk memberikannya pada istri kakakku.

"Kenapa harus kasih kalungku?"

"Supaya keluarganya tahu mama dan papamu ini perhatian ke anaknya. Supaya ditahu juga kita bukan orang susah. Jangan nanti kakakmu dipandang remeh keluarganya."

Ibu selalu memiliki prasangka buruk pada penilaian orang lain. Akibatnya, prasangka buruknya itu merepotkan dirinya sendiri dan anak-anaknya.

"Tapi bukan juga harus pakai kalungku. Kenapa tidak Mama beli saja kalung baru." Nada tak senang keluar secara terang-terangan dari mulutku.

"Kau tahu sendiri, toh, banyak sekali pengeluaran uang untuk pesta. Ini saja tidak cukup!" Suara ibu membesar, tapi kemudian kembali melembut ketika hendak membujukku. "Dia kan juga kakak iparmu. Anggap saja ini sumbanganmu untuk mereka. Nanti kau bisa minta belikan ulang kalung baru sama pacarmu, kan kau bilang dia orang berada."

Aku memalingkan muka dan tak berkata apa pun. Raut wajahku jelas menolak keras. Ketahuilah, aku tak akan keberatan jika kalung ini bukan pemberian kak Evan.

Ibu lantas berkata dengan penuh emosi, "Kau ini pelit sekali! Mama lihat kau sudah berubah begitu kuliah di Jakarta. Sudah tidak penurut lagi! Kalau begitu lebih baik pindah kuliah di sini saja!"

Ibu mengeluarkan kalimat saktinya sekaligus mengancam secara halus. Mungkin sebentar lagi ibu akan membawa-bawa 'bakti kepada orangtua' sebagai tamengnya untuk melemahkan diriku. Dengan mata yang berkaca-kaca, aku menyerahkan kalung pemberian kak Evan pada ibu untuk dihadiahkan pada kakak iparku besok saat acara pengantaran pengantin perempuan ke tempat pengantin pria.

Lagi dan lagi aku dipaksa menuruti kemauannya. Dipaksa memenuhi egonya. Dan dipaksa menjadi anak manis yang penurut. Tetapi nyatanya, aku adalah anak yang telah dirampas hak untuk mengatakan ketidaksukaan dan ketidaksetujuan.

Ini bukan tentang keikhlasan, tapi ini adalah pemberian orang yang harus kujaga. Apalagi itu berasal dari pria yang kucintai. Mungkin aku akan lebih ikhlas jika ibu meminta kalung itu untuk memenuhi kebutuhan dapur kami. Bukan karena aku tak suka kakak ipar. Bukan! Tapi karena kalung ini hanya digunakan untuk pencitraan di depan keluarga besan ibu. lebih tepatnya, untuk memuaskan gengsi ibu semata.

Sekarang, apa yang harus kukatakan pada kak Evan terkait kalung itu?

.

.

.

Like dan komeng

1
varahmavah
jangan curi kesempatan dr. Evan meskipun kamu masih mencintainya kalau ada yg masuk nanti dikira itta yg menggoda dokter ingat status mu sekarang ya dok..😒
Lala_lela067
nanggung woi🤣🤣🤣
Ira Indriani
uluh uluhhh babang evan meni ga sabaran 😁
Mamihna Allyne N Adlie
evan msh nackal jug ya
Farni hana
hais... ita yg di deketin kok aku yg deg2an trus senyum2😁😁
Yoseva
pepet teros Van...mumpung dikasih kesempatan ama Kak Yu nih...wkwk🤗
Rinisa
Terkadang perempuan memang lebih memikirkan banyak hal, hal yg jauh & blm tentu terjadi sdh di fikirkan, menimbang baik buruk nya sebelum melakukan sesuatu...
Mungkin sebagian lelaki akan memikirkan persoalan yg saat ini ada di depan mata...
Next...
Next...
Riri
Evan yg gitu kok q yg senyum senyum ya.....😘😘😘
sakura🇵🇸
katanya itta disuruh sabaaaaar.....hadeeeeh coba ngomongnya sambil ngaca ke diri sendiri😅 bikin deg2an aja lhoooo
ngeri ada yg masuk tp bukan baby arai😮‍💨😮‍💨 bikin rencana sendiri mau dirusak sendiri...
dahlah terserah🤭 aku jg dah kangen keuwuan kalian...dr kemarin nangis mulu nih
Norainah Hani
jangan lewatkan kesempatan ini Van🤣
Riri
lumayan....
lepas rindu
Riri
😂😂😂😂😂
Riri
wkwkwk anak cerdas memang....
sakura🇵🇸
ah itu perasaanmu yang over confident...dalam hati itta dia pengen matahin lagi lenganmu🤣🤣🤣 karena dia tau kamu curi2 kesempatan🙊🙉🙈😜
sakura🇵🇸
rejeki bapak dapetnya dari anak bener2 nyata ya pak🤣🤣🤣🤣
kiwkiw
rejeki nomplok apa ketiban durian runtuh ini?
sakura🇵🇸
🤭🤭🤭 g kebayang kagetnya itta lho itu
sakura🇵🇸
tp aku jd ngeri🥺 disekelilingmu orang2 besar yg g akan mungkin begitu mudahnya hanya sekedar benci dengan bersatunya kalian...
takut kalian diapa2in😭
Dianti Rahayu
berasa sedikit banget ceritanya 🤭, baru baca kok uda selesai aja..
Selamat berjuang evan 💪
sakura🇵🇸
dr.takeda sepertinya tau ada yg lagi curi2 kesempatan...alias demam cintanya kambuh😅
sakura🇵🇸
tapi aku berfikir istrimu mulai ingin mendekatkan diri padamu
mungkin sebentar lagi dia akan menunjukkan klo dia sakit hati klo sampe kamu tinggalkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!